Nabi Ibrahim berbicaralah dengan berkata kepada anaknya dengan baik, beliau mengajarkan cinta karena Allah semata
Hidayatullah.com | ALLAH subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Quran pada Surah al-Mumtahanah ayat ke 4 dan ke 6 menjadikan Nabi Ibrahim Alaihissalam sebagai teladan yang baik atau tipe yang ideal untuk orang-oran beriman yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan hari akhirat. Maka, seharusnya orang-orang beriman tidak menjadikan dan mencari teladan-teladan yang lain.
Karena, sesungguhnya segala sesuatu yang telah di nash dan dikabarkan dalam Al-Quran terdapat keberuntungan baik di dunia ataupun di akhirat. Sedangkan sesuatu yang tidak ada di dalam Al-Quran dan Allah juga tidak menjamin bagaimana mungkin kita mengikuti secara keseluruhan?
Lantas, bagaimana pendidikan Nabi Ibrahim terhadap anaknya? Inilah delapan metode pendidikan beliau terhadap anaknya adalah :
Pertama, mengutamakan atau memilih istri yang shalehah
Dalam pendidikan saat ini banyak orang membahas akan pendidikan anak tetapi seringkali lupa terhadap persiapannya. Islam memperhatikan terhadap pendidikan anak bahkan sejak memilih istri yang shalehah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam di dalam menerima budak yang shalihah yakni Sayyidah Hajar sebagai istri.
Dua, doa
Sebagaiman firman Allah di dalam al-Qur’an :
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (As-Shaffat Ayat 100).
Doa adalah otak dalam ibadah. Doa adalah permintaan pertolongan hamba kepada Tuhannya. Hal ini menunjukkan kebutuhan kepada Allah, membebaskan dari daya dan upaya.
Doa termasuk salah satu perantara sampainya hamba terhadap yang diminta kepada Rabbnya yakni keluarga yang shaleh.
Tiga, teladan yang baik
Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Surah Al-Mumtahanah ayat 4 :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (Surah Al-Mumtahanah ayat 4).
Sebagaimana dalam maqalah: Tingkah laku pengaruhnya lebih kuat dibandingkan perkataan.
Empat, mencari lingkungan yang baik. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ibrahim ayat 38 :
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ 37.
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS: Ibrahim: 38).
Sebagaimana dalam syair: Janganlah bertanya kepada yang bersangkutan tentang diri seseorang. Tetapi, tanyakanlah tentang temannnya, karena sesungguhnya antar teman itu ikut (berpengaruh)
Lima, berbicaralah dengan perkataan yang baik sebagaimana panggilah Nabi Ibrahim pada anaknya. Sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’an :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS: As-Saffat : 102).
Enam, cinta karena Allah
Pada saat Allah memerintahkan supaya menyembelih anaknya, maka nabi Ibrahim melakukan perintah tersebut seraya ridha terhadap perintah Allah. Sebagaimana dalam firman Allah :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS: As-Saffat Ayat 102)
Tujuh, bersama keluarganya dalam beribadah. Sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’an :
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Al-Baqarah: 127).
Delapan, keinginan kuat menjadikan anaknya menjadi imam. Sebagaimana firman Allah :
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS: Al-Baqarah ayat 124).
Semoga kita semua dapat meneladani metode Nabi Ibrahim dalam mendidik anak-anaknya agar supaya mendapat keturunan yang shaleh-shalehah. Umat Islam sudah tidak perlu bingung lagi dengan segala problem hidupnya mulai fisik dan non-fisik, termasuk persoalan pendidikan terhadap anaknya karena sejatinya Al-Quran adalah petunjuk baginya dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Semoga Allah membimbing kita semua.*/Herman Anas, peraih Beasiswa Pemprov Jatim S2 Madin UIN KHAS Jember