Menjadikan agama bahan candaan dan olok-olok berakibat pelakunya bisa keluar dari Islam, bahkan sampai murtad, inilah petikan naskah khutbah Jumat
oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | MENJADIKAN agama sebagai ejekan adalah tindakan meremehkan ajaran Islam. Jika hal ini dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai umat Islam, sungguh tidak main-main konsekuensinya.
Di bawah ini petikan naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Umat Islam khususnya di Tanah Air menghadapi berbagai persoalan yang sangat kompleks. Ada banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah.
Ada keterbelakangan, ketertinggalan, kemiskinan, termasuk yang patut menjadi perhatian kita adalah sikap mengolok-olok ajaran agama yang masuk dalam bagian akidah serta iman.
Menjadikan ajaran Islam sebagai bahan candaan dan olok-olok acap kali terjadi. Dilakukan oleh sejumlah pihak.
Pelaku ada yang dari luar Islam ada pula yang dari luar Islam. Kedua-duanya sama-sama buruk. Namun, ejekan dan meremehkan ajaran Islam jika dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai umat Islam, jauh lebih berbahaya.
Hal ini berakibat pada konsekuensi yang berat. Dia bisa terpental sebagai umat Islam, bisa sampai murtad keluar dari Islam.
Ibnu Qudamah al-Maqdisi berkata, “Barangsiapa mencela Allah SWT maka ia kufur, sama saja apakah ia bercanda atau sungguhan (serius). Demikian juga yang mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, para Rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nya.”
Ada beberapa contoh dari sikap meremehkan agama dan menjadikannya sebagai bahan canda tawa. Pertama, firman Allah SWT:
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ، لَا تَعْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ ۗ اِنْ نَّعْفُ عَنْ طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْكُمْ نُعَذِّبْ طَاۤىِٕفَةً ۢ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا مُجْرِمِيْنَ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa.” (QS: At-Taubah : 65-66).
Ayat ini turun dengan latarbelakang yang mendasarinya. Diriwayatkan, seperti tertulis dalam Tafsir Ath-Thabari, ada seorang laki-laki yang berkata dalam suatu majelis saat Perang Tabuk, “Aku belum pernah melihat orang yang seperti para qari’ (pembaca Al-Quran) kami, mereka paling suka makan, suka berdusta dan pengecut ketika berhadapan dengan musuh.”
Salah seorang di majelis tersebut berkata, “Engkau berdusta, akan tetapi engkau seorang munafik! Sungguh aku akan beritahukan kepada Rasulullah ﷺ.”
Maka hal itu sampai kepada Nabi ﷺ dan turunlah ayat di atas. Abdullah bin Umar berkata, “Aku melihat orang itu bergantung pada sabuk unta Rasulullah ﷺ, hingga tersandung batu dan berdarah, sedangkan ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Rasulullah ﷺ, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah meminta maaf, sungguh kalian telah kafir sesudah kalian beriman.”
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Kedua, ucapan seseorang yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah ucapan Nabi Muhammad ﷺ. Padahal kita semua tahu bahwa Al-Quran bukan karangan siapa-siapa termasuk Rasul ﷺ.
Al-Quran adalah Kalam Allah. Kelompok Muktazilah saja yang cenderung menafsirkan agama dengan pendekatan akal pikiran hanya mengatakan Al-Quran adalah makhluk, tapi tetap mengakui sebagai Kalam Allah.
Kelompok ini juga berkilah membela diri dengan mengatakan, “Rasul bersabda di dalam Al-Quran.” Atau berkata di waktu lain, “Rasul bersabda sebagaimana yang diwahyukan dalam Al-Quran.” Kita tegaskan bahwa tidak ada ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang mengajarkan pemahaman menyimpang seperti ini, baik dari kalangan Salaf atau Khalaf. Lagi-lagi hal semacam ini masuk kategori tala’ub (bermain-main dengan ajaran agama).
Jelaslah sudah, pemahaman bahwa Al-Quran adalah ucapan Nabi Muhammad ﷺ adalah bentuk ucapan dari orang yang sesat dan menyesatkan. Tertolak dari berbagai segi. Bisa mengantarkan si penutur kepada kekufuran, sekurang-kurangnya mengantarkan kepada kesesatan.
Bentuk meremehkan ajaran agama yang berikutnya atau Ketiga adalah doktrin tentang ajaran untuk mengumandangkan adzan menghadap jamaah. Sunahnya adzan menghadap ke kiblat. Adzan menghadap ke arah jamaah hukumnya makruh.
Bukan soal adzan menghadap ke kiblat atau ke jamaah. Soalnya adalah doktrin untuk mengumandangkan adzan ke jamaah lengkap dengan tata cara yang mengada-ada, yang itu tidak pernah diajarkan oleh Rasul ﷺ.
Apalagi ditambah doktrin melantunkan adzan sembari ditambah dengan gerakan layaknya upacara atau paduan suara. Kalimat pertama, gerakan seperti ini. Kalimat kedua, gerakan seperti ini, dan seterusnya.
Jadi, adzan menghadap jamaah bukan perbuatan sesat. Namun jika menjadi doktrin, dilakukan di tiap waktu shalat, para santri, guru, staf dari atas sampai bawah, harus mengikutinya, maka ini menjadi bentuk kesesatan, perbuatan bid’ah dhalalah (bidah yang sesat).
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Menghadapi sikap mengejek dan mengolok ajaran Islam, kita perlu melakukan sejumlah hal. Pertama, menjadikannya sebagai pelajaran untuk berhati-hati dalam mengambil sumber ilmu yang berkaitan dengan keyakinan dan agama.
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِيْنَ سَخِرُوْا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
“Sungguh, beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olokkan, sehingga turunlah azab kepada orang-orang yang mencemoohkan itu sebagai balasan olok-olokan mereka.” (QS. Al-An’am : 10).
Kedua, tidak menjadikan para pengolok-olok agama sebagai idola atau panutan. Mereka tidak layak ditiru dan diikuti sedikit pun.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاۤءَۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Al-Ma’idah : 57).
Ketiga, tetap memiliki kebanggaan sebagai orang Islam yang setia mengikuti jalan lurus yang dijejaki oleh Rasul ﷺ.
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran : 139).
Keempat, kita harus segera berpaling dari kelompok menyimpang seperti itu. Jangan kita duduk dalam satu majelis bersama mereka.
Kelima, tetap sabar dalam menjalankan keyakinan yang sesuai anjuran Allah dan Rasul-Nya serta banyak bertawakal kepada-Nya.
وَلَا تُطِعِ الْكٰفِرِيْنَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ وَدَعْ اَذٰىهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا
“Dan janganlah engkau (Muhammad) menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah engkau hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. al-Ahzab : 48).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang