Sifat orang yang bertakwa selalu berisi kemuliaan, kesejukan, kebaikan dan sabar, bukan berisi marah, inilah petikan khutbah Jumat kali ini
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | SIFAT orang yang bertakwa selalu dihiasi kemuliaan, kesejukan, kebaikan dan kesabaran. Ia selalu sabar dan menjauh sifat buruk. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Dalam kitab Hadits Arba’in yang disusun oleh Imam Nawawi, hadits keenam belas, merekam permintaan nasihat dari seorang sahabat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Pada momen ini, Rasul ﷺ memberinya nasihat supaya jangan marah.
Sahabat yang bertanya menganggap nasihat untuk tidak marah sebagai sesuatu yang sederhana. Karenanya, ia ingin mendapatkan nasihat tambahan yang lebih dari sekadar “Jangan marah.”
Ternyata, nasihat yang sama kembali disampaikan oleh Rasul ﷺ. Setelah keterangan yang sama diulang-ulang oleh Rasul ﷺ, barulah sang sahabat sadar betapa pentingnya sikap tidak marah.
“Setelah itu, saya memahami bahwa kemarahan mencakup seluruh kejahatan,” kata sahabat yang bertanya. Artinya, saat kita mampu untuk tidak marah, sesungguhnya kita telah meninggalkan banyak kejahatan dan keburukan. Jika kita meninggalkan kejahatan, maka kita akan mendapatkan banyak kebaikan.
Sifat orang yang bertakwa selalu berisi kemuliaan, kesejukan, dan kebaikan. Salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh orang bertakwa adalah kecakapannya dalam mengendalikan diri untuk sabar, tidak mudah tersulut emosi, tidak gampang meluapkan kemarahan.
Dikisahkan, ada seorang budak tidak sengaja menumpahkan air ke kepala dan wajah Ali Zainal Abidin bin al-Husain. Sontak raut wajahnya berubah karena kesal. Seketika itu budaknya tersebut membaca Surat Ali Imran ayat 134:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS: Ali Imran: 134)
Tatkala Rasulullah SAW diliputi kesedihan akibat penolakan dan cacian penduduk Thaif akan dakwah Islam, Malaikat penjaga gunung bersiap mengangkat Gunung Abu Qubais dan Gunung Qu’aiqi’an kepada penduduk Thaif. Malaikat penjaga gunung berkata, “Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Akhsabain’.”
Rasulullah SAW menjawab: “Namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. [HR Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim].
Seorang budak secara tidak sengaja menumpahkan air ke kepala dan wajah li bin Al-Husain Zainal Abidin. Sontak Ali berubah raut wajahnya karena kesal. Seketika itu, si budak membaca Surat Ali Imran ayat 134, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya“.
Mendengarnya, Ali berkata, “Aku telah menahan amarahku”. Kemudian budaknya kembali melanjutkan ayat tersebut, “Dan memaafkan orang“. Ali kembali berkata, “Aku telah memaafkanmu.” Budak tersebut melanjutkan, “Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan“. Ali akhirnya berkata, “Pergilah, sesungguhnya mulai saat ini engkau telah bebas dan menjadi orang yang merdeka”. (Syuabul Iman, Al-Baihaqi).
Riwayat lain semisal itu juga datang dari Maimun bin Mahran, bahwa suatu hari budaknya membawa mangkok yang berisi kuah yang panas. Saat itu Maimun memiliki banyak tamu.
Tiba-tiba, budak tersebut terpeleset hingga kuah tersebut mengenainya. Maimun pun naik pitam hingga ingin memukulnya, lalu budak tersebut berkata, “Wahai tuanku, amalkanlah firman Allah, “Dan orang-orang yang menahan amarah.” Maimun pun berkata padanya, “Sudah aku lakukan.” Budak itu kembali berkata, “Amalkanlah setelahnya, “Dan memaafkan orang” maka ia berkata, “Aku telah memaafkanmu.” Lalu budak itu berkata, “Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” maka Maimun berkata, “Aku telah berbuat kebajikan kepadamu, sekarang ini kamu bebas dan merdeka.”
Jamaah Shalat Jumat dan Kaum Muslimin
Kemarahan dan kesabaran adalah dua sikap yang saling bertolak belakang. Jangan diduga orang yang marah adalah orang yang kuat, gagah perkasa, dan hebat. Sementara orang yang sabar adalah orang yang lemah, penakut, dan pengecut.
Yang benar adalah kemarahan merupakan kelemahan dan kesabaran merupakan kekuatan. Cepat marah tanda lemahnya seseorang, meski ia memiliki tubuh yang kuat dan badan yang tegap nan sehat.
Cukuplah sebagai bukti bahwa kemarahan adalah kelemahan, sabda Rasulullah ﷺ
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” (HR. Bukhari-Muslim).
Karenanya, kita harus tahu cara mencegah diri untuk tidak marah. Pertama, melatih jiwa dengan akhlak yang terpuji. Kita hiasi diri kita untuk memiliki sikap sabar, lemah lembut, tidak tergesa-gesa dalam segala hal, dan sebagainya.
Kedua, mengingat-ingat dampak negatif marah. Ada dampak buruk bagi dirinya dan ada dampak buruk bagi masyarakat.
Fisik orang yang marah tampak dari warna kulitnya yang berubah, tekanan darahnya naik, badannya gemetar, gerakannya kacau, suaranya meninggi, dan boleh jadi mengeluarkan kata-kata yang diharamkan untuk diucapkan.
Belum lagi dampak pada akhlak dan ruhiyahnya yang menjelma menjadi akhlak yang tercela, tabiat yang buruk, dan senjata yang membahayakan.
Adapun dampak bagi masyarakat di antaranya timbulnya dendam, lahirnya permusuhan dan kebencian disertai hubungan persaudaraan yang renggang, sehingga keharmonisan menjadi rusak.
Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُورِ شَاءَ
“Siapa yang bisa menahan marah, padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka pada Hari Kiamat kelak, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk, kemudian dia disuruh untuk memilih bidadari, sesuai dengan keinginannya.” (HR. Tirmidzi).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, membaca ta’awwudz (a’uudzu billaahi minas syaithoonir rojiim). Selaras dengan firman Allah SWT :
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 36).
Cara ini juga sejalan dengan anjuran Rasulullah ﷺ :
إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang apabila ia membacanya, niscaya kemarahannya akan hilang, sekiranya ia mengatakan a’udzu billahi minasy syaithanir rajim.” (HR. Bukhari-Muslim).
Keempat, mengubah posisi. Rasulullah ﷺ bersabda :
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
“Jika salah seorang dari kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri, hendakah ia duduk. Jika rasa marahnya hilang (maka itu yang dikehendaki), jika tidak hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud).
Kelima, berhenti bicara. Berhenti bicara saat kemarahan mulai menyergap akan menyelamatkan diri kita dari bertambahnya luapan amarah sehingga kita bisa terhindar dari perkataan yang akan kita sesali.
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Keenam, berwudu. Kemarahan adalah api yang membara di dada, membawa diri kita pada sikap yang bisa tidak terkendali bahkan sampai melakukan tindakan brutal dan bengis.
Air wudu akan memadamkan api kemarahan. Rasul ﷺ bersabda :
إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَالْمَاءُ يُطْفِئُ النَّارَ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya marah itu dari setan, setan tercipta dari api, dan air mampu memadamkan api, maka jika salah seorang kalian marah hendaknya dia berwudu.” (HR. Bukhari).
Setiap muslim harus memiliki kecerdasan emosional dalam memanage kehidupan yang sarat ujian dan hal-hal yang tidak mengenakkan. Selalu saja ada permasalahan dalam hidup ini.
Masalah datang silih berganti yang jika kita tidak bersabar, akan meledak menjadi kemarahan besar yang membakar persaudaraan dan menghancurkan masa depan kita sendiri.
Mari, cerdas secara emosional sehingga kita mampu menangani berbagai persoalan dengan tenang, santun, dan mendatangkan kebaikan satu per satu, dengan izin Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang