Setiap hari kita dijejali aib orang lain melalui televisi dan media sosial, yang bukan tidak mungkin akan menggerus dan penjadi perusak amal, demikian petikan khutbah Jumat
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | BANYA CARA syetan merusak iman seseorang. Ghibah di media sosial dan cinta dunia berlebihan justru bisa merusak amal ibadah kita. Inilah naskah lengkap khutbah Jumat kali ini.
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sepanjang hidup, Insya Allah, kita berusaha melakukan yang terbaik dalam beribadah kepada Allah SWT. Kita berupaya dengan sebaik-baiknya untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji, dan amal-amal lainnya. Kita ingin menjadi insan yang selamat di dunia dan selamat di akhirat.
Di sisi lain, penting dan perlu bagi kita untuk berhati-hati meniti karir sebagai hamba Allah. Bisa jadi di tengah upaya kita mempersembahkan apa yang bisa kita lakukan, ternyata ada hal-hal yang bisa merusak amal tanpa disadari.
Rasulullah ﷺ bersabda :
سِتَّةُ أَشْيَاءَ تُحْبِطُ الْأَعْمَالَ: الِاشْتِغَالُ بِعُيُوبِ الْخَلْقِ، وَقَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَحُبُّ الدُّنْيَا، وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ، وَطُولُ الْأَمَلِ، وَظَالِمٌ لَا يَنْتَهِي
“Ada enam perkara yang dapat menghapus (pahala) amal perbuatan, yaitu : Sibuk mencari-cari aib orang lain, keras hati, cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang angan-angan dan perbuatan zalim yang tidak ada hentinya.” (HR. ad-Dailami)
Dari hadits ini, kita belajar untuk menjauhi enam perkara yang bisa membatalkan pahala ibadah kita. Pertama, sibuk mencari aib orang lain. Ketika kita sibuk dengan aib saudara kita, padahal diri kita masih dan terlalu banyak kekurangan di sana sini, keadaan demikian mengakibatkan gugur dan hilangnya pahala yang sudah kita kumpulkan dari serangkaian ibadah yang kita tunaikan.
Setiap hari kita dijejali aib orang lain lewat berbagai sarana. Bisa melalui televisi dan media sosial, yang semuanya itu jika kita tidak pandai-pandai mengfilter, membuat hal yang tabu dianggap lumrah, hal yang vulgar dianggap biasa-biasa saja, hal yang memalukan dianggap bukan sesuatu yang memalukan.
Beruntunglah seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri sehingga dia berusaha memperbaiki kekurangan dirinya :
طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبَهُ عَنْ عُيُوبِ اَلنَّاسِ
“Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain.” (HR. al-Bazzar)
Dzun Nun pernah berkata :
مَنْ نَظَرَ فِي عُيُوبِ النَّاسِ عَمِيَ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ
“Siapa yang membuka mata untuk aibnya orang lain, kemungkinan dia akan menutup mata untuk aibnya sendiri.”
Kaum Muslimin Hafidzakumullah
Kedua, hati yang keras. Hati yang keras adalah hati yang tertutup oleh kabut kesombongan, tidak mau menerima kebenaran, sehingga merasa sebagai yang paling benar.
Ketahuilah, hati adalah raja dari kerajaan manusia. Anak buahnya adalah anggota badan yang melekat pada diri kita. Jika hati sebagai sosok pemimpin adalah hati yang lembut penuh kasih sayang, akan menjadikan anak buahnya atau anggota tubuhnya sama seperti pemimpinnya.
Namun jika hatinya keras, membatu dan membeku, dapat dipastikan anggota tubuhnya merasakan hal yang sama. Matanya mata yang melihat kebencian. Telinganya telinga yang mendengar kekisruhan. Tangannya tangan yang menggenggam permusuhan. Kakinya kaki yang melangkah kepada keburukan. Demikian pula dengan anggota tubuh yang lain.
Jamaah Shalat Jumat
Ketiga, terlalu cinta kepada dunia. Cinta dunia bisa berarti cinta tahta, harta, kedudukan, pujian, dan jabatan.
Cinta kepada dunia bukan hal yang salah, sepanjang kita jadikan dunia sebagai alat bukan tujuan. Dunia sebagai alat untuk mengantarkan kita menuju kehidupan alam akhirat yang abadi.
Seseorang yang mengerti dan memahami hakikat dunia, tidak akan menjadikan dunia sebagai tujuan. Karena dia sadar bahwa akhirat adalah program jangka panjangnya. Sementara dunia hanya sementara dan akan sirna. Terlalu besar risiko yang akan kita tanggung jika kita menukar kehidupan akhirat yang abadi itu dengan dunia yang sebentar saja.
Bagi seseorang yang terlalu cinta dunia, dia akan berusaha mati-matian melakukan apa saja untuk dunianya. Tidak peduli soal baik dan buruk. Baginya yang terpenting adalah dia bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya dunia. Jika hal ini terjadi, maka bisa membatalkan pahala kebaikannya.
Cinta dunia yang berlebihan akan membentuk pola kerakusan dan ketamakan sampai menghalalkan segala cara, yang pada gilirannya merusak amal yang sudah kita kerjakan.
Demi cinta dunia bisa saja kita menjilat ke atas menindas yang di bawah, sikut kanan sikut kiri, tidak peduli kawan menjadi lawan dan lawan menjadi kawan.
Karenanya, cinta kepada dunia secara berlebihan dapat merusak amal ibadah kita. Malik bin Dinar berkata : “Sungguh bila badan sakit, maka makan, minum, tidur, dan istirahat menjadi tidak nyaman baginya. Demikian juga dengan hati, apabila sudah terpaut dengan cinta dunia, maka untaian nasihat menjadi tidak nyaman untuknya.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah
Keempat, sedikit rasa malu. Rasa malu harus menjadi budaya dalam kehidupan kita. Di masa sekarang, budaya malu telah mengalami pengikisan sampai menjadi tipis setipis kulit ari. Tidak sedikit manusia yang tanpa rasa malu menyatakan hidup satu atap dengan pasangan yang belum sah sebagai suami istri. Ada yang menyatakan tanpa rasa malu bahwa dirinya memiliki sekian anak dari hasil hubungan gelap.
Coba bayangkan apa yang akan terjadi di masa-masa mendatang jika kita tidak menanamkan rasa malu sejak dini kepada diri sendiri dan masyarakat pada umumnya.
Malu bagian yang tak terpisahkan dari iman. Malu itu adalah menahan jiwa dari hal-hal yang tidak semestinya, sebagai bentuk malu kepada Allah dan bentuk pengharapan terhadap apa yang ada di sisi-Nya. Rasa malu adalah sifat mulia yang membawa kita menuju keluhuran akhlak dan amal berkualitas serta menghalangi kita dalam melakukan akhlak yang tercela.
Hilangnya rasa malu akan mengantarkan seseorang dalam jurang kemaksiatan, tidak peduli kepada celaan dan hinaan dari lingkungannya, hingga pada akhirnya ia melakukan perbuatan tercela secara terang-terangan.
Orang yang tidak memiliki sifat malu kepada Allah dan sesamanya, tidak akan takut melakukan perbuatan jahat. Karenanya, tidak memiliki sifat malu merupakan perbuatan menyimpang dari fitrah manusia.
Kelima, panjang angan-angan. Silakan menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit tapi kaki harus tetap berpijak di bumi, berpijak pada realitas. Jika tidak demikian, kita akan menjadi pengkhayal kelas berat, pemimpi di siang bolong, yang hidupnya hanya berisi jikalau, seumpama, andaikata, seandainya dan semisalnya.
Hadirin yang Berbahagia
Keenam, perbuatan zalim. Zalim memiliki makna kegelapan. Kita terlahir di muka bumi dalam keadaan putih bersih tanpa cacat dan noda. Namun bisa berubah menjadi lusuh dan kotor jika kita berbuat zalim kepada Allah SWT dan zalim kepada sesama.
Setiap orang yang berbuat zalim pasti akan menerima balasan akibat kezalimannya. Jangan sampai kita menjalin persahabatan dengan orang-orang yang suka melakukan kezaliman apalagi menjadi pelaku perbuatan zalim. Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اللَّه لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ، ثُمَّ قَرَأَ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Sesungguhnya Allah memberi kelonggaran waktu untuk orang yang zalim sampai waktu di mana Allah menghukum orang yang zalim dan tidak melepaskannya,kemudian Nabi membacakan firman Allah yang artinya, “Demikianlah hukuman Tuhanmu jika mengazab penduduk suatu kampung yang zalim. Sungguh siksaan-Nya itu sangat menyakitkan.” (HR. Bukhari)
Inilah enam perkara berbahaya yang bisa membatalkan pahala dari kebaikan yang kita kerjakan. Hindari dan jauhi. Obati dan sadari. Jangan biarkan amal-amal kita batal karena enam perkara di atas. Semoga Allah ta’ala menyelamatkan kita dari keburukan dan memberikan kekuatan untuk berkutat di atas kebaikan.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang