Banyak ulama yang menguasai ilmu-ilmu syariat, sekaligus menghasilkan karya-karya di bidang kedokteran
Hidayatullah.com–Sebagian orang selama ini menganggap ilmu kedokteran hanya sebagai “ilmu dunia”. Tapi tahukah Anda, ternyata para ulama menyatakan bahwa hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah?
Hal itu disebabkan ilmu kedokteran berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Lebih dari itu, ilmu ini bahkan turut memberi kontribusi terhadap ilmu syar’i, khususnya ilmu fiqih.
Beberapa masalah dalam hukum fiqih merujuk kepada argumen ilmu kedokteran. Banyak pula masalah fiqih yang perlu kesaksian dari para dokter Muslim.
Tak heran jika Imam asy-Syafi’i sampai mengatakan, “Janganlah engkau tinggal di sebuah negeri yang tidak ada di dalamnya seorang ulama yang mengabarimu mengenai persoalan dien-mu, juga tidak ada dokter yang mengabarkan kepadamu masalah badanmu.”
Karena ilmu kedokteran memiliki hubungan serat dengan ilmu fiqih, maka tak jarang dari kalangan para dokter ada yang juga menjadi seorang faqih. Ya ulama, ya dokter. Berikut di antaranya:
Ibnu Rusyd
Berfatwa dalam Fiqih dan Kedokteran
Banyak ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk disiplin ilmu fiqih dan ilmu kedokteran. Salah satunya adalah Ibnu Rusyd.
Ibnu Rusyd lahir tahun 520 H di Cordova. Ia dikenal seagai seorang faqih mazhab Maliki, belajar al-Muawaththa` kepada ayahnya. Ibnu Rusyd tidak pernah berhenti menununtut ilmu kecuali pada dua malam, yakni malam dimana ayahnya wafat dan malam pernikahannya.
Menurut Ibnu al-Abbar, di Andalusia tidak ada orang yang memiliki kesempurnaan seperti Ibnu Rusyd, baik dalam ilmu maupun dalam kelebihan. Fatwa-fatwanya dalam ilmu kedokteran membuat manusia berdecak kagum, sebagaimana fatwa-fatwanya dalam fiqih.
Di bidang fiqih, salah satu karya masyhurnya adalah Kitab Bidayah al-Mujtahid. Sedangkan dalam bidang kedokteran, beberapa karya telah dihasilkan, antara lain al-Kulliyat. (Siyar A’lam an-Nubala, 21/308).
Ibnu Ushaibi`ah memasukkan Ibnu Rusyd dalam kumpulan biografi para dokter masyhur. Ibnu Ruysd juga men-syarah syair mengenai ilmu kedokteran yang mana penulisnya dinisbatkan kepada Ibnu Sina.
Ibnu Rusyd juga meringkas Kitab al-Adwiyah al-Mufradah karya Jalinus. Ibnu Rusyd sendiri memiliki seorang putra bernama Abdullah, yang juga seorang dokter yang memiliki karya dalam ilmu kedokteran. (Uyun al-Anba`, 1/352).
Ibnu Yunus
Tempat Bertanya Tokoh Salib
Yang juga termasuk ahli dalam ilmu kedokteran dari kalangan fuqaha adalah Kamal ad-Dien Ibnu Yunus. Ibnu Ushaibi’ah memasukkan ulama yang satu ini dalam kumpulan biografi para dokter.
Karena kepandaiannya dalam berbagai disiplin ilmu, utusan dari penguasa Sisilia, Manferd, datang untuk bertanya berbagai persoalan kepadanya. Manferd sendiri penguasa Kristen yang mencintai ilmu pengetahuan.
Karya-karya Ibnu Yunus mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk fiqih dan kedokteran. Dalam fiqih, misalnya ia menulis Syarh at-Tanbih dalam mazhab asy-Syafi’i. Dalam kedokteran, ia menulis syarh Kitab al-Qanun karya Ibnu Sina. (Uyun al-Anba’ fi Thabaqat al-Athibba`, 1/272, 273).
Imad ad-Dunaisiri
Dokter dan Faqih Tiada Dua
Seorang faqih yang juga dokter adalah Imad ad-Dunaisiri. Ibnu Ushaibi’ah menggambarkan tentang sosok ulama yang satu ini:
“Dia dalam ilmu kedokteran istimewa di atas generasi awal dan generasi akhir. Dalam sastra, tidak ada penyair dan penyusun prosa yang mampu menandingi. Demikianlah, padahal sesungguhnya ia dalam fiqih mazhab asy-Syafi’i adalah tuan di masanya dan tiada duanya di waktunya.”
Imad ad-Dunaisiri mengabdi di Bimaristan an-Nuriyah, yakni rumah sakit yang dibangun oleh Sultan Nuruddin Mahmud Zanki. (Uyun al-Anba’ fi Thabaqat al-Athibba`, 1/494).
Syuyukh al-Azhar dan Kedokteran
Banyak pula ulama serupa di al-Azhar (Kairo). Mereka menguasai ilmu-ilmu syariat sekaligus memiliki perhatian terhadap ilmu kedokteran.
Salah satu di antaranya adalah Syaikh Ahmad bin Abdul Mun`im ad-Damanhuri. Dia menguasai mazhab empat, juga memiliki beberapa karya mengenai ilmu kedokteran. Misalnya al-Qaul ash-Sharih fi Ilmi at-Tasyrih yang membahas tentang ilmu bedah otopsi, serta al-Ilaj al-Yasir fi Ilaj al-Maq’adah wa al-Bawasir yang membahas penyakit ambeien.
Nama lainnya adalah Syaikh Ali Thahhan al-Azhari. Dia menguasai multi disiplin ilmu, juga menulis nadzam berbagai disiplin ilmu, termasuk fiqih dan ilmu kedokteran. Di bidang kedokteran, Ali Thahhan menulis Lamiyah Kubra dan Sughra.
Ada pula Syaikh Syamsuddin al-Anbabi. Ulama mazhab asy-Syafi`i ini juga menulis sebuah risalah berkenaan dengan pengobatan penyakit wabah. (al-Muhaddisun fi Rihab al-Azhar asy-Syarif, hal 34-37).*
Tonton video Sehat Islami dengan Mengamalkan 7 Sunnah, klik di sini