MAYAT yang telah dikuburkan dapat mendengar langkah pengiringnya. Liang lahat yang sekarang menjadi tempatnya berbicara, “Celakalah, engkau anak Adam! Bukankah engkau sudah “diperingatkan agar waspada akan diriku? Kesempitanku? Bau busukku? Keseramanku? Dan cacingku? Apakah kau sudah siap untuk semua itu? Apa yang telah kau persiapkan untukku?”
Jika yang dikubur itu orang mukmin, taat kepada Allah, maka kubur itu akan berkata, “Hari ini saya akan menjadi rahmatmu. Saya adalah rumah, jika orang taat yang memasukiku akan keluar dengan gembira.” Tetapi bila yang dikubur orang durhaka, kubur akan berkata: “Hari ini, saya akan menjadi siksamu. Saya adalah rumah, jika orang durhaka yang memasuki akan keluar dengan menderita.”
Dalam suatu riwayat dikatakan, ketika orang mukmin dimasukkan ke liang lahatnya, bumi berkata, “Apakah dia orang taat atau durhaka?” Apabila dia orang yang saleh, maka ada panggilan dari arah kubur, “Kembalikanlah kondisinya seperti semula, dan jadilah rahmat baginya. Dia adalah hamba yang terbaik bagi Allah dan orang terbaik yang dikembalikan kepadamu.” Lalu bumi menjawab, “Sekarang dia berhak mendapatkan kehormatan.”
Muhammad bin Shabih berkata, “Saya mendapat berita apabila seseorang disiksa dikuburnya, maka mayat-mayat yang ada di sekelilingnya berteriak, ‘Wahai orang dunia yang berselisih dengan saudaranya! Apakah engkau tidak mengambil pelajaran dari kami? Apakah engkau tidak berfikir tentang kami yang mati lebih dahulu? Apakah engkau tidak melihat terputusnya amal kami, sementara kamu masih mempunyai kesempatan? Mengapa kamu tidak meraih apa yang hilang?’ Tanah kubur juga berseru, ‘Wahai orang yang tertipu di muka bumi! Apakah kamu tidak mengambil pelajaran dari keluargamu yang telah ditelan bumi yaitu orang-orang yang tertipu oleh dunia, lalu ajal membawanya ke kubur?'”
Demikianlah peringatan yang senantiasa diteriakkan kubur kepada orang-orang yang masih hidup di dunia, untuk segera memperbaiki kesalahan dan memperbanyak amal saleh. Sayangnya tidak semua orang mendengar peringatan ini.*/Imam Jalaluddin al-Suyuthy, tertuang dalam bukunya Spiritualitas Kematian-Menguak Misteri Ajal dan Kehidupan Setelah Kematian.