PEMAHAMAN terhadap al-Qur’an dan peningkatan semangat etos kerja sangat penting, karena merupakan salah satu kegiatan strategis dalam upaya pendidikan agama Islam pada masyarakat melalui internalisasi nilai al-Qur’an.
Dalam dinamika perkembangan masyarakat dewasa ini, tantangan yang dihadapi semakin berat. Di samping dihadapkan kepada perkembangan masyarakat yang sangat dinamis, bangsa ini kini sedang mengalami krisis multidimensional.
Dalam situasi semacam ini terdapat sekolompok manusia merasakan kekosongan, yang pada akhirnya menimbulkan anomi. Ini disebabkan mengaburnya rujukan, hilangnya tauladan, dan nilai-nilai apa yang masih dapat memberikan makna kehidupan, serta landasan yang masih relevan untuk dapat mengangkat harga diri. Sebagian besar dari kelompok tersebut berusia remaja atau dari generasi muda.
Masa-masa krisis bagi kaum muda adalah tatkala mereka harus lepas dari keluarga, berada pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Mereka merasa bahwa keluarga, sekolah, dan lembaga keagamaan tidak mampu mengantarkannya dalam menghadapi perubahan sikap dan sosial di dalam masyarakat.
Kelompok ini merasa sebagai kelompok yang tersisih dari masyarakat sehingga tidak mustahil mereka akan mengalami frustrasi yang dapat menenggelamkan semua harapan. Sebaliknya, bisa juga dengan semangat militansi yang tinggi, mereka menjadi ladang subur bagi bentuk dan ajaran radikalisme.
Keresahan kaum muda sebenarnya tidak akan menjadi masalah apabila berbagai komponen masyarakat bersedia dan mampu memberikan jalan keluarnya. Sebab keresahan merupakan sifat alamiah dan terjadi dalam setiap perjalanan sejarah umat manusia.
Setiap transformasi memang dimulai dari keresahan, dan keresahan yang positif akan menjadi basis yang potensial untuk menegakkan tatanan baru yang lebih baik, termasuk tatanan sosial dan tatanan moral keagamaan bagi masyarakat.
Dalam kaitan ini, pendidikan al-Qur’an akan memegang peranan penting dalam memperkokoh ketahanan rohaninya. Jika pendidikan al-Qur’an terus dikembangkan, maka nilai-nilai al-Qur’an akan mampu mendampingi mereka dalam melukis sejarah mereka sendiri.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi semua pihak untuk terus dan selalu memasyarakatkan al-Qur’an dengan tekanan kepada pendalaman isi serta kandungannya –sudah tentu awalnya adalah kemampuan membaca al-Qur’an. Dalam hubungan ini peranan masyarakat, khususnya lembaga pendidikan al-Qur’an, ormas Islam, dan para ulama serta pemuka masyarakat ikut menentukan bagi tercapainya tujuan tadi.
Satu hal yang perlu bagi umat Islam adalah kemampuan untuk terus menerus menyegarkan pemahaman terhadap al-Qur’an. Dengan cara ini, tak diragukan lagi bahwa al-Qur’an akan tetap mempunyai fungsi sebagai pedoman hidup bagi umat Islam di mana pun posisinya di masa sekarang dan masa yang akan datang. Namun demikian, diperlukan sikap waspada terhadap bahaya pemahaman al-Qur’an secara sempit dan kaku yang dapat berakibat hilangnya relevansi ajaran Islam dengan kenyataan hidup yang dihadapi.
Jika demikian halnya, al-Qur’an hanya akan tinggal sebagai suatu yang dikeramatkan, sementara ajarannya tidak lagi tercermin dengan baik dalam pola kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan.*/Sudirman STAIL
Sumber buku: Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam. Penulis: Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.