Yaman telah berperan banyak baik dalam sejarah Arab dan Islam selama ini sehingga perlu mendapat perhatian dan dukungan dunia Arab dalam menyukseskan keputusan-keputusan KDN termasuk bentuk negara yang telah disepakati itu. “Opsi bentuk negara yang telah dipilih rakyat Yaman perlu dihormati apabila mereka membutuhkan dukungan Arab untuk keberhasilan implementasinya maka harus segera didukung tanpa keterlambatan,” papar sejumlah analis Arab.
Memang tidak dipungkiri dan juga diakui oleh seluruh pemimpin Arab terutama di kawasan Jazirah Arabia bahwa stabilitas negeri Saba ini berpengaruh positif terhadap kawasan begitu pula sebaliknya akan berdampak terhadap kawasan regional. Karenanya merupakan keharusan bila Yaman butuh dukungan politis, ekonomi dan keamanan untuk segera dipenuhi karena kepentingan negeri ini merupakan bagian dari kepentingan bersama dunia Arab.
Sukses Yaman menentukan bentuk negara yang diterima oleh semua pihak setidaknya telah berhasil menutup peluang bagi mereka yang ingin memancing di air keruh atau mereka yang ingin mempermainkan stabilitas dan keamanan negeri itu. Publik Arab ikut bergembira, negeri ini telah berhasil melangkah menuju pemulihan stabilitas setelah mereka melihat langsung pertumpahan darah yang tak kunjung usai di Suriah dan pertikaian yang masih belum teratasi di sejumlah negara Arab lainnya yang dilanda “musim semi” perubahan.
Waspada
Dari pembagian wilayah negara bagian tersebut, penulis ingin memberikan sedikit catatan. Yang pertama terkait pembagian di wilayah selatan yakni negara bagian Hadramaut yang meliputi empat daerah yaitu Hadramaut sendiri yang sebelumnya sebagai provinsi terluas Yaman (sekitar sepertiga luas Yaman) ditambah Mahrah, Shabwa dan Socatra (pulau terpencil di Laut Arab yang berdekatan dengan Somalia).
Luas negara bagian ini lebih separo luas Yaman dengan kandungan kekayaan bahan tambang terbesar yang diketahui hingga saat ini terutama minyak bumi dan gas. Seperti diketahui, Hadramaut, Shabwa dan Mahrah merupakan lokasi migas terbesar yang telah dieksploitasi yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi wilayah terkaya dalam waktu dekat sehingga dapat menjadi tujuan kerja para pencari kerja terutama dari wilayah utara mengingat negara bagian Hadramaut berpenduduk sangat sedikit dan masih kekurangan SDM.
Catatan kedua dan terpenting adalah terkait pembagian negara bagian Azal di wilayah utara Yaman yang meliputi empat daerah yaitu Amran, Dzamar, Sa`dah dan Sana`a). Seperti diketahui Sa`dah yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi (sekitar 180 km utara ibu kota Sana`a) adalah pusat pengaruh kelompok Syiah Al-Houthi yang didukung oleh Iran dan pernah berperang secara sporadis melawan pemerintah pusat sejak 2004 hingga tercapai kesepakatan damai pada 2010.
Meskipun terjadi perang panjang melawan pasukan pemerintah, namun kekuatan Al-Houthi ditengarai tetap stabil bahkan semakin kuat dengan dukungan persenjataan yang dicurigai diselundupkan dari Iran. Pengaruh al-Houthi pun tidak hanya terpusat di Sa`dah namun sejak revolusi melengserkan rezim lama meletus berhasil dimanfaatkan untuk memperluas pengaruhnya ke beberapa daerah sekitar terutama daerah yang berbatasan dengan Saudi juga seperti Hajja dan Jawf.
Namun kenyataannya Sa`dah justeru digabung dengan Amran, Dzamar dan Sana`a yang berpenduduk mayoritas Sunni padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa Al-Houthi berambisi menguasai wilayah barat laut Yaman meliputi Sa`dah, Hajja dan Jawf seperti halnya Hizbullah yang menguasai selatan Libanon. Seperti diketahui Hizbullah di selatan Libanon bagaikan negara dalam negara bahkan dengan persenjatan yang lebih unggul dari pasukan pemerintah sehingga menjadi penentu setiap keputusan negara.
Dengan pembagian wilayah seperti keputusan KDN tersebut, nampaknya ambisi al-Houthi menguasai wilayah barat laut Yaman menjadi basis pengaruh Iran akan menemui kesulitan besar. Mungkin kenyataan inilah yang menyebabkan kelompok al-Houthi menyatakan keberatan atas keputusan KDN yang tidak sejalan dengan ambisi lamanya itu.
Menurut Dr. Mohammed Al-Salami, analis Yaman, mayoritas pengikut al-Houthi sebenarnya dari golongan Syiah Az-Zaidiyah, yaitu kelompok Syiah yang dekat dengan Sunni (termasuk di antaranya mengakui kekhalifahan para sahabat Abu Bakar, Umar dan Uthman pen.). “Namun para pemimpinnya yang mendapat pelatihan dari Iran dan Iraq berusaha menyebarkan ideologi Syiah Isna Asy’ari seperti di Iran bahkan banyak dari mereka yang memang sudah memeluk ideologi Syiah Iran,” paparnya, Rabu (12/02/2014).
Karenanya para pemimpin Yaman, perlu waspada terhadap ambisi al-Houthi ini, apalagi selama KDN berlangsung banyak tokoh Yaman yang mengingatkan bahwa al-Houthi merupakan tantangan terbesar dalam masa peralihan ke depan. Pasalnya kelompok ini berambisi menguasai daerah tertentu dan mengusung kepentingan Iran untuk lebih memperkuat pengaruhnya di dalam tubuh dunia Arab.
Kiranya perlu dicatat pula seruan para tokoh dan pemimpin Yaman pada HUT ketiga revolusi Yaman itu yang menuntut semua pihak agar melaksanakan semua keputusan KDN secara komprehensif. Nampaknya, seruan tersebut terutama ditujukan kepada para pemimpin al-Houthi, sebab kelompok ini yang kuat secara persenjataan berpeluang sebagai tantangan terberat dalam implementasi keputusan KDN khususnya yang terkait bentuk negara.*/ 20 Rabiul Thani 1435 H
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman