Sambungan atikel PERTAMA
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dari angka DALY tersebut kita tahu bahwa resiko penyakit jantung dan stroke orang Indonesia lebih dari 2 kalinya dari Orang-orang Australia dan New Zealand, padahal konsumsi daging dombanya hanya kurang dari 1/15 dari mereka. Data-data ini lebih lengkapnya saya sajikan di grafik di atas, untuk membuktikan bahwa tidak ada kaitan antara sakit jantung, stroke dlsb dengan makan daging domba – yang merupakan binatang pilihan di Al-Qur’an dan gembalaan para nabi ini!
Apa pentingnya informasi-informasi tersebut bagi kita? Pertama bahwa sumber protein hewani terbaik yang tidak konflik dengan pangan manusia adalah ternak-ternak yang diberi pakan rumput – yaitu makanan yang fitrah bagi mereka.
Tinggal pilihannya adalah apakah yang diberi pakan rumput itu sapi atau domba/kambing? Urutan pilihannya berdasarkan indikasi Al-Qur’an adalah domba, kambing, unta baru sapi (QS 6:143-144). Karena kita belum memungkinkan berternak unta, maka urutan pilihannya adalah domba, kambing dan baru kemudian sapi.
Petujuk Ilahiah ini juga bisa dibuktikan denga perhitungan pertumbuhan atau kecepatan penyediaan ternaknya yang pernah saya sajikan dalam tulisan tentang Percepatan dan Kecepatan lebih dari setahun lalu.
Jadi krisis pangan dunia itu lebih ditrigger oleh kesalahan manusia dalam memilih jenis makanannya sendiri sampai kesalahan dalam memberi pakan ternak mereka. Ketika kita mau melakukan resolusi untuk meluruskan kekeliruan ini, insyaAllah ancaman krisis pangan akan dapat dihindari.
Walah, tetapi kan kita bukan pemimpin negeri atau bahkan pemimpin dunia yang bisa membuat resolusi tersebut ? lantas apa yang bisa kita lakukan? Kita tidak akan dituntut untuk sesuatu yang memang diluar kewenangan atau tanggung jawab kita.
Tetapi kita akan dituntut untuk melakukan yang kita bisa lakukan, kita tidak boleh diam karena diam bisa berarti dusta – yaitu bila diam kita membuat orang yang lapar tetap lapar.
Maka selain membuat tulisan seperti ini untuk bisa diketahui dan disebarkan ke sebanyak mungkin orang dari berbagai kalangan, hal-hal yang konkrit ingin terus kita wujudkan. Saya bersama team akhir-akhir ini banyak sekali jalan untuk meng-identifikasi resources yang bisa diberdayakan untuk gerakan ‘memberi makan’ di hari kelaparan ini.
Salah satunya saya melihat ada lahan yang begitu luas – dalam ukuran puluhan ribu hektar – dan hanya berjarak tempuh kendaraan darat tidak lebih dari 6 jam dari pusat kota Jakarta. Kalau saja lahan-lahan yang kini terbengkalai tersebut bisa diubah menjadi sumber tanaman pangan khususnya buah-buahan, sekaligus area penggembalaan yang ideal berdasarkan petunjuk Al-Qur’an (QS 16 :10-11) – maka insyaAllah model keseimbangan pangan yang juga sangat jelas petunjuknya (QS 80 :24-32) itu akan dapat diwujudkan.
Kedekatan jarak dengan Jakarta atau lebih luas lagi Jabodetabek ini penting, karena pasar terbesar masih di sini – dan wilayah ini adalah barometer untuk Indonesia secara keseluruhan. Setelah model kecukupan dan keseimbangan pangan untuk wilayah Jabodetabek tersebut berjalan, nanti tinggal menggandakan untuk seluruh negeri atau bahkan dunia – karena toh salah satu target amal jama’i itu untuk mencapai tingkatan ustadziatul ‘alam – guru bagi dunia , dengan ri’ayah dan inayah-Nya. InsyaAllah.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar