Hidayatullah.com– Para ulama digandeng oleh pihak Bank Indonesia wilayah Kalimantan Selatan dalam rangka membantu mengampanyekan belanja bijak selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1440 H demi menekan laju inflasi di daerah.
Kepala Perwakilan BI Kalsel Herawanto menggelar pertemuan dengan sejumlah ulama dan organisasi keislaman Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Senin (20/05/2019).
Herawanto menilai peran para ulama dan pondok pesantren sangat strategis dalam mengajak masyarakat agar lebih bijaksana dalam berbelanja.
Ia mengatakan, upaya tersebut sebagai langkah BI dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalsel dalam rangka menekan harga kebutuhan pokok di daerah.
Kata dia, semakin tinggi konsumsi masyarakat akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok yang pada akhirnya akan meningkatkan inflasi.
Diharapkan, melalui kampanye belanja bijak, akan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tak perlu berbelanja secara berlebihan, melainkan belanja hanya berdasarkan keperluan atau kebutuhan.
Sehingga, kata Herawanto, sangat penting bagi seluruh TPID se-Kalsel khususnya mengimbau seluruh lapisan masyarakat agar berperan dalam pengendalian inflasi melalui bijak belanja.
“Imbauan dapat dilakukan melalui kalangan ulama yang dalam bulan Ramadhan ini banyak melakukan interaksi langsung dengan masyarakat,” ujarnya kutip Antaranews.com.
Di samping itu, BI juga mendorong agar masyarakat bersedia untuk membeli daging beku, untuk menekan kenaikan permintaan daging segar.
Daging beku menurut Herawanto sama baiknya dengan daging segar, baik itu kualitas daging maupun gizinya.
Selama ini, menurutnya, daging segar menjadi salah satu komponen pangan yang menyebabkan terjadinya inflasi, terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.
“Bila masyarakat bersedia membeli daging beku, maka inflasi karena komoditas daging dapat terkontrol,” sebutnya.
BI pun mendorong pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait agar mengembangkan program Rumah Pangan Lestari (RPL) melalui pemanfaatan lahan milik instansi dan pendiversifikasian komoditas.
Program tersebut perlu dijalankan untuk meningkatkan produksi pangan, terutama untuk beberapa komoditas penyebab inflasi.*