Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA
MARHABAN ya Ramadhan..! Ramadhan telah tiba. Setelah sekian lama berpisah, kini bulan yang dirindukan oleh setiap orang yang beriman ini telah hadir di tengah-tengah kita. Kedatangannya selalu dinantikan dan dielu-elukan oleh umat Islam. Suasana bersamanya menyenangkan dan membuat jiwa-jiwa orang mukmin tenang dan damai. Umat Islam seluruh penjuru dunia menyambut kedatangan Ramadhan dengan perasaaan gembira dan suka cita.
Ada fenomena menarik ketika Ramadhan tiba. Tulisan tahniah (ucapan selamat) atas kedatangan Ramadhan seperti “Marhaban ya Ramadhan” menghiasi setiap sudut kota dan media massa di Indonesia. Bahkan ucapan tahniah ini menjadi sms paling favorit dan tren dalam beberapa hari ini. Ungkapan tahniah seperti ini sudah menjadi populer di kalangan umat Islam sebagai ungkapan rasa kegembiraan atas kedatangan bulan Ramadhan.
Memang, sudah sepatutnya seorang muslim bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan. Pada bulan ini pahala ibadah dan rezki dilipatgandakan. Selain itu, bulan Ramadhan juga merupakan bulan maghfirah, bulan rahmat, itqu minnan nar (pembebasan dari api neraka), dan sebagainya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam menjulukinya sebagai sayyid asy syuhur (penghulu segala bulan). Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya, maka sangatlah wajar bila bulan Ramadhan disambut dengan gembira dan suka cita oleh orang Islam yang merindukan surga Allah Swt.
Sebaliknya, ada sebahagian golongan yang merasa susah dan gelisah dengan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka tidak bergembira sebagaimana umat Islam lainnya yang bergembira dalam menyambutnya. Mereka ini adalah golongan setan dan para pengikutnya. Bagi setan, kedatangan bulan Ramadhan berarti menggagalkan usaha mereka selama ini untuk menjerumuskan manusia ke dalam kubangan dosa. Sedangkan bagi pengikut dan murid setan, bulan Ramadhan dapat mencegah tradisi mereka dalam berbuat maksiat sebelum ini.
Para pelaku maksiat merasa dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan Ramadhan mereka harus menahan nafsunya. Tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi ditutup serta fasilitas maksiat ditutup. Terlebih lagi para setan yang menjadi guru para pelaku maksiat selama ini dibelenggu pada bulan Ramadhan. Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa. Karena puasa itu adalah penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam, “Puasa itu Junnah (penahan nafsu dan maksiat)” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)
Meskipun demikian, bila perbuatan maksiat masih juga terjadi pada bulan Ramadhan, maka bukan haditsnya yang salah. Namun, ada tiga kemungkinan faktor penyebabnya.
Pertama, para pelaku maksiat pada bulan Ramadhan adalah murid dan kader setan, karena mereka telah dilatih untuk berbuat maksiat sehingga menjadi kebiasaan.
Kedua, puasa yang dilakukan oleh seseorang tidak benar (baca: tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam) sehingga tidak diterima. Bila puasanya dilakukan dengan benar, maka puasanya itu mencegahnya dari maksiat.
Ketiga, nafsunya telah menguasai dan menyandera dirinya. Puasa sesungguhnya tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa, namun juga menahan diri dari maksiat atau ucapan dan perbuatan yang diharamkan. Maka tidak heran, bila kita menemukan pada bulan Ramadhan orang-orang yang tetap berbuat maksiat di bulan Ramadhan. Karena, bisa jadi mereka alumni madrasah setan atau puasanya tidak benar atau mereka telah dikuasai oleh nafsunya sehingga puasanya tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak memberikan dampakpositif dalam tingkah lakunya.
Keutamaan Ramadhan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam tidak hanya memerintahkan kita berpuasa di dalam bulan Ramadhan, namun juga memerintahkan kita untuk bersemangat beribadah dalam mengisi hari-harinya. Memasuki bulan Ramadhan, beliau senantiasa memberikan taushiah (nasehat) dan bimbingan mengenai Ramadhan dan puasa. Beliau memberi kabar gembira atas kedatangan Ramadhan kepada para shahabat dan umatnya dengan menjelaskan berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk memberi motivasi bagi para shahabat untuk beribadah dengan optimal dan semangat pada bulan ini.
Di antara kabar gembira dari hadits-hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi Wassalam yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan yaitu:
Pertama, Bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan, sebagaimana sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi Wassalam, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian. Pada bulan ini pula pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang (untuk mendapatkan kebaikan) padanya, maka sungguh ia telah terhalang (untuk mendapat kebaikan). (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahala dan ganjarannya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: ”Setiap amal yang dilakukan oleh anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Swt berfirman: Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku. (HR. Muslim).
Dalam sebuah riwayat shahabat Salman al-farisi ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) didalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.”.
Kedua, di bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta setan-setan diikat. Maka bulan Ramadhan adalah peluang bagi orang pencari kebaikan untuk berbuat kebaikan dan sarana mengantarkan seorang muslim kepada surga. Ramadhan juga menjadi sarana pencegah seorang muslim untuk berbuat maksiat dan menutup jalan menuju maksiat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam juga bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka setan-setan dan jin-jin yang sangat membangkang dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada penyeru yang memanggil-manggil, “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan wahai para pencari kejahatan kurangilah”, dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Abu Hurairah berkata, “Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Sungguh telah datang kepada kamu bulan yang penuh berkah yang diwajibkan puasa padanya. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat, malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang kebaikan padanya maka sungguh ia telah terhalang. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”.
Ketiga, bulan Ramadhan merupakan bulan pengampunan dosa. Allah Swt menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Melalui berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan dapat menghapuskan dosa. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, mengetahui batasan-batasan (hukum) nya dan menjaga dari apa yang sepatutnya ia jaga ( dari hal-hal yang membatalkan puasa) maka dihapuskan dosa-dosa sebelumnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Begitu juga melakukan shalat malam (tarawih atau qiyamul lail) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, bulan pembebasan dari Api neraka. Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Sangat disayangkan bila Ramadhan yang memiliki begitu banyak keutamaan itu datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita. Bahkan yang lebih memalukan lagi, bila hari-hari Ramadhan yang seharusnya diisi dengan memperbanyak ibadah diganti dengan ajang maksiat, na’uzubillahi min zaalik..! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam telah memberi peringatan dengan sabdanya, “Jibril telah datang kepadaku dan berkata: ”Wahai Muhammad, Siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan ini habis dan tidak mendapat ampunan, maka ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan Amin! Aku pun mengatakan Amin!.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Celakalah bagi orang yang masuk pada bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan berlalu sebelum ia diampuni.” (HR. At-Tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi).
Akhirnya, marilah kita meraih berbagai keutamaan yang disediakan di bulan Ramadhan dengan cara mengisi hari-hari Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Semoga kita dapat memanfaatkan sarana pengampunan dan bonus pahala yang berlipat ganda pada bulan ini, serta memperoleh predikat ”muttaqin” yang menghantarkan kita ke surga.Amin!
Penulis adalah Dosen fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry & ketua Dewan Dakwah Aceh