Hidayatullah.com | BULAN Ramadhan adalah bulan spesial yang datang setiap tahun. Kedatangannya dinanti-nanti oleh jutaan umat muslim di dunia. Namun, Bulan Puasa tahun 2020 ini adalah yang “Super spesial.” Penyebaabnya, karena kehadirannya bersamaan dengan adanya ancaman global pendemi Covid-19, yang merebak di 210 negara dengan jumlah korban terpapar mencapai 2.830.842 orang.
Solusi yang dilakukan oleh beberapa negara untuk menanggulangi penyebaran virus, dengan kebijakan lockdown atau Karantina Wilayah. Indonesia menerapkan Karantina Wilayah ini dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Di Indoensia 720 pasien yang meninggal, 8.607 kasus positif dan sembuh 1.042 orang.
Kehadiran Ramadhan dalam nuansa lockdown, boleh jadi bisa menjadi solusi bagi dunia yang sedang dirundung mara bahaya, yang belum jelas kapan berakhirnya. Semoga syariat Puasa selama satu bulan penuh ini akan semakin meembantu dalam mencegah penyebaran virus mematikan tersebut.
Kenapa demikian?
Sebab orang yang berpuasa ibarat sedang melakukan Hibernasi, yaitu sebuah kondisi istirahat panjang atau tidur pada binatang selama musim dingin (KBBI), yang dilakukan oleh beberapa hewan homoioterm (yang memiliki jenis darah panas) untuk mempertahankan diri dari kondisi iklim yang ekstrim, menghindari predator atau bagi beberapa hewan untuk bermetamorfosis menjadi makhluk baru yang lebih baik. Astronot juga melakukan semacam Hibernasi agar bisa menjaga kebugarannya dan menjalankan tugasnya secara optimal.
Lockdown Anggota tubuh
Manusia dianugerahi oleh Allah anggota tubuh yang sempurna. Masing-masing anggota memiliki peran dan fungsinya. Imam al-Muhasibi dalam kitabnya, Risalah al-Mustarsyidin mengemukakan bahwa ada tujuh anggota yang patut dijaga, terlebih ketika Ramadhan sudah tiba. Yaitu; hati, lisan (lidah), mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), kedua tangan dan kedua kaki. Bagian awal, hati, artinya mesin penggerak dari semuanya.
Tindakan ‘menahan’ anggota tubuh, dapat diimplementasikan dengan cara menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Oleh karena itu, Imam al-Muhasibi mengupas apa saja yang perlu kita jaga. Penulis memakai bahasa kunci/jaga (lockdown) dari anggota tubuh kita.
Pertama, lockdown hati. Kewajiban hati setelah beriman kepada Allah adalah ikhlas mengamalkan perintah-Nya. Semata-mata karena Allah, berbaik sangka kompilasi tertimpa segala kesulitan, percaya kepada Allah, takut akan azab Allah, dan mengharap keutamaan Allah.
Hati merupakan bagian terpenting dari jasad. Jika hati baik maka baiklah seluruh jasad ini, begitupula sebaliknya. Dalam hadits: “Ketahuilah bahwa di dalam diri ini ada segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika buruk, maka buruklah seluruh tubuh; itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, lockdown lisan. Keselamatan manusia terletak pada lisannya. Karenanya, lisan merupakan komunikasi verbal yang sangat tajam. Seperti ‘pisau bermata dua dapat berkata secara jujur, tidak dusta, perkataan yang bermanfaat namun juga sebaliknya, dapat berkata dusta, bohong tidak tepat janji.
Jika kita berhasil membebaskan diri kita dari lisan/lidah, maka Rasulullah-lah yang akan menjamin kita di Surga nanti.
Dapat diterima dalam hadits:
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (lisan) dan yang ada di antara dua persetujuan (aku) maka aku akan menyediakan surga yang ada.” (HR. Al-Bukhari)
Ketiga, lockdown mata (pandangan). Islam memerintahkan untuk menundukkan pandangan, dalam artian, manjaga apa yang tidak boleh dilihat aurot wanita, misalnya. Maka hal itu mesti kita hindari. Sahabat Hudzaifah ra meriwayatkan hadits dari Nabi ﷺ
“Pemandangan itu adalah panah di antara panah iblis, siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah mendatangkan lawan keimanan, yang ia dapatkan manisnya dalam pertempuran.” (HR ath-Thabrani dan al-Hakim). Dua mata berzina, dan zinanya adalah pandangan (HR Bukhari)
Keempat. lockdown telinga. Segala sesuatu yang tidak boleh untuk dibaca dan dilihat, begitu juga diharamkan untuk didengar.
Imam al-Muhasibiah menyatakan, bahwa tidak ada anggota tubuh setelah lisan, yang lebih memperhatikan dari telinga atau pendengaran, karena hasil pendengaran adalah sesuatu yang lebih cepat mencapai hati.
Dari Ibn Abbas, Nabi ﷺ bersabda; “Barangsiapa yang menguping pembicaraan suatu kaum, sementara mereka membenci hal itu atau lari darinya (agar tidak didengar orang lain), niscaya akan dituangkan timah panas ke telinganya di hari kiamat.” (HR Bukhari)
Kelima, Lockdown indra penciuman. Seperti halnya yyang tersebut di atas. Indra penciuman, hanyya bisa dfungsikan kepada hal-hal yang hak. Bukan bathil. Telah diceritakan, suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz diberi sebotol minyak misik. Kemudian ia menutup hidungnya, dan berkata, “Apakah ia bermanfaat, kecuali hanya wanginya saja.”
Keenam dan ketujuh, adalah lockdown kedua tangan dan kaki. Kewajiban tangan dan kaki mengambil dan melangkah kepada barang atau jalur yang benar menurut syariat. Tangan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, kaki tidak melangkah ke tempat sesuatu yang tidak baik, seperti tempat maaksiat dan seterusnya. Menjadi penting untuk memastikan tempat yang kita tuju itu baik. Penuh dengan manfaat dan keberkahan. Seperti masjid dan majeli-majelis ilmu.
Nabi ﷺ bersabda; “Setiap langkah menuju tempat sholat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus kejelekan.” (HR. Ahmad).
Mudah-mudahan, dengan program lockdown yang diambil oleh pemerintah, dalam rangka memutus mata rantai pandemi ini. Disempurnakan dengan ‘nilai-nilai lockdown’ yang terkandung dalam ibadah puasa, mampu mengakhiri suasana mencekam ini. Berkah ibadahnya, damai suasananya, kepada Allah kita memohon pertolongan. Allahumma aamiin.*/ Moch Syahri Saumi, Ketua Pemuda Hidayatullah Jawa Timur dan dosen STAI Luqman al-Hakim, Surabaya