Oleh: Hasanain Juaini
WILLIAM Beebe melangsir sebuah temuan luar biasa dalam bukunya The Book of Naturalists: An Anthology of the Best Natural History. Temuan itu juga menarik seorang Guru Besar Prof Dr. Ahmad Muhsin Shaleh dari Universitas Kairo, Mesir.
Untuk dapat menikmati paparan dua orang ahli tersebut di atas, kita kudu mentel microscope kita sebanyak 20 ribu kali lipat, lalu di connecting dengan teleskop dan lalu arahkan kedalam koloni semut, maka ini adegan yang akan kita lihat . . . .
Mula-mula akan datang dua sosok serangga yang dikenal bernama Lomechusa dan Atemeles, untuk mempermudah pemahaman cukup dengan mempersepsikan mereka seperti Baktak dan Sengkuni dari dalam dunia pewayangan. Lomechusa dan atemeles ini menggotong ribuan pembuluh-pembuluh ber-aroma sangat khas dan memikat, berisi sejenis cairan yang sangat nikmat yang membuat para semut menyambutnya dengan ramah dan penuh penghormatan.
Para semut yang mendapatkan oleh-oleh pembuluh aneh itu lalu mengundang tamu asing itu kerumah-rumah mereka dan menjamu mereka dengan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil dan muda-muda. Dengan tak tahu malunya sang tamu penipu itu sebenarnya telah berhasil membius para semut sampai mereka mabuk kepayang dan menyerahkan generasi mereka untuk dimangsa, sehingga Lomechusa dan Atemeles kemudian beranak pinak menandingi jumlah koloni semut.
Guru Besar kita, Dr. Ahmad Muhsin Shaleh kemudian menarik hikmah dengan mengatakan bahwa tanpa kejadian demikian itu, maka ada kemungkinan dunia ini akan dipenuhi oleh semut. Tapi, tunggu dulu, kata Guru Besar kita itu, Si Baktak dan Sengkuni ini tidak sekedar menggantungkan eksistensi generasi mereka pada anak-anak semut itu, mereka dengan senjata narkobanya itu malah bisa memusnahkan koloni semut. Teropong para peneliti bahkan melihat bahwa Lomechusa dan Atemeles mampu merayu ratu semut sehingga dia memerintahkan anak buahnya untuk menyerahkan anak-anak muda mereka untuk dilahap oleh pemangsa tak tahu diri itu.
Ternyata . . . di dalam koloni semut itu ada ksatria-ksatria yang tangguh dan tak bergeming dengan rayuan makanan harum semerbak yang dibawa oleh Lomechusa dan Atemeles. Mereka menghindarkan diri dan tak sudi memakan narkoba itu sehingga mereka terbebas dari “nurut bentot”. Ksatria-ksatria ini lalu menyerang dan mengusir bahkan balik memangsa si Lomechusa dan Atemeles bersama semua gerombolan-gerombolan-nya. Maka dengan jasa mereka inilah koloni semut dapat terselamatkan sehingga sistem alam bisa kembali pada keseimbangannya. Alhamdulillah!
Mari kita proyeksikan peristiwa di atas ke dalam kehidupan kita, sebagai bangsa Manusia, bangsa Indonesia.
Apa salahnya kita berharap dan berdoa [dalam munasabah Ramadlan Mubarak ini] semoga kelak bangsa ini bisa menelurkan kstaria-ksatria yang akan menyelamatkan kita dari para Baktak dan Sengkuni yang tidak menginginkan dari kita kecuali untuk dimangsa tanpa kenal kasihan.*/Narmada, 3/4 Ramadlan 1433 H
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haramain Narmada Lombok Barat