Hidayatullah.com–Merasa puasa Ramadan sepanjang 14 jam berat? Bagaimana kalau anda berpuasa Ramadan 22 jam selama sebulan penuh?
Jangan kaget, para Muslim di Islandia harus berpuasa selama 21, bahkan hampir 22 jam pada Ramadan kali ini, yang jatuh tepat di musim panas, dimana matahari baru terbenam di tengah malam, atau yang disebut fenomena midnight sun.
Muslim Islandia berpuasa lebih panjang daripada Muslim lainnya yang tinggal di dekat lingkar artik, seperti negara bagian Alaska yang berpuasa 19 jam ataupun di Helsinki, Finlandia yang berpuasa 18 jam penuh, menjadikan Islandia sebagai tempat berpuasa paling panjang di dunia.
Karena panjangnya, perdebatan muncul mengenai apakah para Muslim di daerah Artik harus berpuasa sepanjang itu.
Dikutip dari Quartz, Syeikh Usama Hassan dari Quilliam Foundation di London telah menerbitkan fatwa yang menyatakan Muslim di Eropa (yang sedang diterpa musim panas) dapat berpuasa mengikuti waktu di ‘daerah moderat’ terdekat dan bukannya berdasarkan matahari. Ini berarti, Muslim di Inggris dapat mengikuti waktu berpuasa di Makkah yang hanya 12 jam.
Namun tidak semua setuju. Imam Khafid Latif, Direktur Eksekutif New York University Islamic Centre yang juga seorang ustadz untuk Kepolisian Kota New York (NYPD), mengatakan bahwa fatwa tersebut tidak dapat diterapkan begitu saja.
“Puasa adalah sebuah ritual keagamaan yang memiliki tata cara tertentu. Berpuasa haruslah dari mulai fajar hingga terbenamnya matahari.”
Di Kota New York sendiri, para Muslim berpuasa dari mulai pukul 3.30 pagi hingga 8.30 malam, atau sepanjang 17 jam.
“Kami akan tetap berpuasa sepanjang itu, dan kami akan mengajak Muslim lainnya untuk melakukan hal yang sama,” ujar Latif.
Bagaimana para Muslim Islandia sendiri? Diwawancarai oleh BBC News lewat sambungan telepon, Ahmad Taha Sadeeq, Imam masjid Islamic Cultural Centre di ibukota Islandia, Reykjavik, mengatakan bahwa puasa Ramadan sepanjang itu adalah hal yang lumrah di sana.
“Memang berat, tapi tidak menyengsarakan. Kami sudah terbiasa berpuasa seperti ini sejak kecil,” ungkapnya. Sama seperti halnya anak-anak di Indonesia, anak-anak di Islandia juga dilatih berpuasa setengah hari. Semakin dewasa, semakin ditambah jam berpuasanya, hingga saat dewasa mereka mampu berpuasa penuh. Hanya memiliki waktu dua jam untuk membatalkan puasa, beribadah sholat maghrib dan isya, serta sahur, membuat para Muslim Islandia harus pintar-pintar membagi waktu.
Selepas berbuka dan sholat, barulah para Muslim Islandia makan malam. Ini menjadi satu-satunya makanan berat yang mereka makan, karena waktu dua jam tidak cukup untuk dua kali makan. Untuk sahur, mereka memilih memakan buah-buahan dan minum yang banyak sebelum berpuasa kembali pada pukul 02.30 dini hari. Uniknya, Sadeeq berkomentar bahwa berpuasa di daerah panas lebih susah.
“Saat saya tinggal di Mesir, saya hanya berpuasa sepanjang 15 jam namun terasa berat. Saya lebih suka berpuasa di daerah utara seperti sekarang. Memang panjang, tapi tidak panas,” tutupnya dikutip BBC.*/Tika Af’ida