Hidayatullah.com–Istilah Ramadhan karim memang bukan hanya sebatas ucapan saja di tengah-tengah Muslim di Mesir. Suasana Ramadhan di Mesir memang jauh berbeda sekali dari bulan-bulan lainnya. Bukan hanya segi ibadah saja, bahkan dari segi sosial masyarakat pun juga sangat berbeda.
Saat menjelang berbuka puasa, jalan-jalan di Mesir tiba-tiba serentak sepi. Mungkin bisa digambarkan seperti waktu tengah malam di negera kita. Bahkan kadang angkutan umum juga susah ditemukan. Semua orang sepertinya fokus melakukan ibadah berbuka puasa.
Di sisi lain, hidangan-hidangan buka puasa bersama bertebaran saat menjelang Magrib. Bagi kita yang masih di jalan raya, jangan khawatir juga untuk ketinggalan ta’jil (buka puasa). Di tepi-tepi jalan raya kita akan mendapati orang-orang yang membagikan buah kurma dan minuman tamar hindi secara gratis.
Itu semua sudah membumi dan sudah biasa di Mesir saat bulan Ramadhan.
Namun di sini, ada satu hal yang unik dan mungkin patut kita teladani juga. Pekerjaan ringan, tapi bisa menumbuhkan ukhuwah Islamiah yang erat. Pekerjaan itu adalah memberi minum untuk orang yang shalat Taraweh.
Sepertinya sudah menjadi adat di sebagian besar masjid di Mesir, setiap satu malam menjalankan shalat Taraweh dengan membaca satu juz ayat Al-Qur’an. Jadi dalam satu bulan penuh shalat Taraweh bisa mengkhatamkan Al-Qur’an. Selain itu, sebagian besar imam di masjid juga memilih shalat Taraweh delapan raka’at, dengan empat kali salam. Mungkin hanya beberapa masjid saja di Mesir yang memilih shalat Taraweh dua puluh raka’at, seperti di Masjid Al-Azhar.
Jadi, jika dalam delapan raka’at itu harus membaca satu juz ayat Al-Qur’an, artinya satu raka’at saja akan lama berdiri mendengarkan bacaan imam. Namun biasanya setelah selesai empat raka’at shalat Taraweh dan sebelum melengkapi empat raka’at akhir, jama’ah shalat berhenti sejenak untuk istirahat. Biasanya juga di tengah istirahat itu diisi dengan ceramah singkat. Nah, saat inilah biasanya ada beberapa orang berdiri untuk membagikan air minum bagi yang menginginkannya. Bahkan ada juga anak kecil yang membagikannya.
Di salah satu masjid dekat rumah saya misalkan, saat kita mendengarkan ceramah di antara empat raka’at awal shalat Taraweh dan empat raka’at akhir, ada orang tua yang berkeliling dengan membawa sebotol air putih yang berisikan es dan satu buah gelas. Dia berjalan di antara shaf-shaf jama’ah membagikan air dingin itu untuk siapa saja yang membutuhkannya. Dan ini tentu saja tidak terjadi cuman di satu masjid. Di beberapa masjid lainnya kita juga akan menemukan fenomena ini.
Begitulah sebagian fenomena sosial masyarakat Mesir di bulan Ramadhan. Semua orang sepertinya berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Kita bahkan akan menemukan ritual agama sampai turun di jalan-jalan dan tempat umum.
Pekerjaan membagikan air itu memang sepertinya hal yang kecil. Tapi tentu saja tidak bisa kita remehkan. Dari hal yang kecil itulah ukhuwah sesama Muslim bisa terbentuk. Kita bisa belajar peduli kepada orang lain dengan hal yang kecil itu.*