Hidayatullah.com–Menembus terik ibukota Jakarta yang macet dan bising. Beberapa orang, bahkan rela berdesakan di kereta api sejak pagi. Itulah bagian sehari-hari awak media ini memburu berita dan mencari berita-berita inspiratif tentang dinamika di Ramadhan ini. Tak hanya yang ada di ibukota Jakarta, termasuk di berbagai daerah. Namun, apalah artinya berita , jika para punggawa media ini justru menyia-nyiakan bulan penuh rahmat dan yang ditunggu oleh umat Islam sedunia lepas begitu saja.
Jika sempat, mampirlah sesekali mampir komplek Kantor Redaksi kami di Jalan Cipinang Cimpedak 1/14 Polonia Jakarta Timur. Tepat di atas gedung SMP Al-Qalam, di samping gedung biru Masjid Baitul Karim, tempat media ini berada.
Tidak seperti hari-hari biasa, selain senyum keramahan para awakmedia ini, hari-hari ini semua jajaran media seolah ada suasana baru. Lantunan tilawah al-Qur’an ikut meramaikan suasana kantor.
Sebut saja, Abdullah Khadirin (29), salah satu kru yang selalu telaten mengurusi kebutuhan para reporter. Suara tilawahnya dan kerapihan tartilnya di pagi hari, bersatu menghidupkan keindahan yang menyentu kalbu.
Bang Ibnu Syafaat, salah satu penanggung jawab kolom Kitabah, Berita Nasional dan Rubrik Iqro di Majalah Suara Hidayatullah, meski sibuk dengan peliputan edisi cetak dan edisi online seolah tak kalah dengan yang lain.
“Alhamdulillah sudah masuk Juz 12,” ujarnya. Syafaat mengaku, berusaha menuntaskan target khatam al-Qur’annya walaupun kesibukan sebagai wartawan dan aktivis dakwah tidak terlepas dari dirinya.
“Begitu terasa perjuangan, rasa lapar berubah menjadi nikmat,” ujar Abdul Syakur, fotografer media ini mengekspresikan energi Ramadhan kali ini. Itulah sekelumit kesibukan awak redaksi selama Ramadhan yang mubarakah (diberkahi) ini.
Taklim dan Telaah Kitab
Meski tugas keredaksian tidak dibisa ditinggalkan, momen Ramadhan yang hanya sebentar tak disia-siakan para staf dan semua karyawan. Misalnya, setiap habis shalat dzuhur, suasana Masjid Baitul Karim, yang letaknya persis di bawah kantor redaksi selalu lebih memikat hati. Pasalnya mulai dari Mahladi, Direktur KMH (Kelompok Media Hidayatullah), Dadang Kusmayadi (Pimpinan Redaksi Suara Hidayatullah), semua para reporter, staf keuangan hingga sekretaris ruangan semua duduk bersama di Masjid.
Ada yang membentuk lingkaran-lingkaran, ada pula yang memilih kekhusukan dengan cara menyendiri agar bisa bercengkrama dengan al-Quran.
“Bulan ini, pekerjaan jadi berbeda, ada makna yang lebih berarti dari Ramadhan. Waktu terasa begitu cepat,” jelas Niesky, salah satu reporter Newsroom KMH.
Desainer KMH, Tajuddin berpendapat bahwa keistimewaan Ramadhan itu terletak salah satunya pada kesempatan besar mencumbu pahala dan ampunan Allah Subhanahu Wata’a. Ketika bulan ini pergi rasa takut apakah umur kita akan sampai pada Ramadhan tahun depan, itulah mengapa bulan ini begitu indah dan begitu dirindukan.
“Apalagi nikmatnya 10 malam terakhir..ah luar biasa, jangan sampai disia-siakan,” jelas pria asal Makasar ini.
Kesibukan seperti ini tak hanya di kantor Jakarta. Bahkan kantor redaksi di Surabaya juga tak kalah sibuknya.
“Ramadhan ini, mulai jam 9.00 hingga jam 10.00 pagi, semua karyawan tadarrus dilanjutkan baca tafsir perkata. Sehabis dzuhur, dilanjutkan mengkaji kitab adab-adab jihad. Nanti habis shalat Ashar, masih harus dilanjutkan mengaji “Kitab Syu’abul Iman” (77 Cabang Iman) karangan Imam Baihaqy, “ ujar Agus Sutrisno, Kepala SDM KHM.
Menurut Agus, kesibukan ini harus dilakukan sebagai bagian menyambut dan memuliakan bulan Ramadhan. Apalagi, tugas media yang memberikan informasi kepada umat harus lahir dari orang-orang yang hati dan niatnya baik. Nah, momen Ramadhan inilah menurut Agus sebagai waktu yang tepat “menangkap” energi ilahiyah tersebut.
“Kalau boleh diistilahkan, sesungguhnya pekerjaan kita utama ini ya mengaji, “ ujar Thoriq, salah satu redaktur dan penanggungjawab rubrik Hikmah di situs hidayatullah.com ini.
Karenanya, Surya Fachrizal, wartawan yang pernah tertembak di kapal Mavi Malmara berbagi motivasi. Kepada sesama rekan kantornya, ia sering mengingatkan jangan sampai menjadi orang paling merugi dibulan Ramadhan karena belum bisa memanfaatkannya dengan baik.
Menurut Surya, sibuk mengejar berita dan mengawal informasi akurat untuk mencerdaskan umat guna membangun jaringan masyarakat bertauhid adalah pekerjaan yang baik, namun jangan sampai semua kesibukan itu membuat kita lalai dan menyia-nyiakan Ramadhan yang dimuliakan ini.
Jadilah matahari ia bersinar sepanjangan waktu, jangan jadi lilin yang menerangi orang lain sambil membakar dirinya sendiri, ujar Surya sambil mengutip Al-Quran Surat al-Anfal: 2 yang artinya berbunyi, ”Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakal”.*