Hidayatullah.com–Bertempat di aula masjid al Furqon, Kramat Raya 45, hari Rabu (25/09/2913), Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia menggelar acara pelepasan da’i pedalaman angkatan IV.
Sebanyak 28 orang da’i akan dikirim ke berbagai daerah di seluruh pedalaman nusantara.
Acara dimulai dengan pemaparan kisah-kisah da’wah para da’i yang baru pulang dari pedalaman. Cerita diawali oleh Safriadi yang bertugas di Tanah Karo, Sumatera Utara.
Dalam kisahnya ia mengatakan tempat tugasnya adalah sebuah perkampungan Muslim yang tidak memiliki da’i. Sehingga masjid yang ada tidak berfungsi dan tidak ada kegiatan keagamaan. Alhamdulillah dengan kedatangannya masjid dan kegiatan keagamaan menjadi hidup.
Ada lagi kisah Miftah, da’i yang dikirim ke Pulau Terong, satu pulau kecil diperbatasan Indonesia dan Singapura. Pulau kecil yang bisa dikelilingi hanya 20 menit dengan jalan kaki.
Kegiatan menarik yang dilakukan Miftah adalah memberdayakan ekonomi masyarakat dengan memproduksi kerupuk ikan tenggiri, tentu dengan tetap menjalankan tugasnya membimbing masyarakat memahami dan mengamalkan Islam.
Lain lagi kisah Asron yang ditugaskan di Wasior, Papua Barat. Ia lebih fokus berda’wah di lembaga pendidikan. Sebab di setiap lembaga pendidikan di sana tidak ada guru agama Islam, padahal hampir 30% siswanya beragama Islam. Maka dengan dukungan orangtua siswa muslim ia diizinkan oleh pihak sekolah untuk mengajarkan agama Islam kepada siswa muslim.
Sementara Hendriyanto, da’i asal Sapeken, ditugaskan di Desa Cintamanis, Palembang. Tempat tugasnya belum memiliki infrastruktur yang layak. Termasuk jalan yang masih rusak sehingga ketika musim hujan jalannya becek. Padahal desa yang harus dida’wahi jaraknya berjauhan dengan tempat tinggalnya. Jalan yang becek itu sangat sukar dilalui oleh sepeda motor, sehingga harus jatuh bangun berkali-kali setiap melakukan perjalanan.
Kisah Robithah tidak kalah menarik. Ia ditugaskan di Pulau Kera, NTT. Masalah besar di pulai ini adalah tidak adanya fasilitas pendidikan, sehingga sudah tiga periode anak-anak di sana mengalami buta huruf. Selain menggiatkan kegiatan agama, Robith juga menggiatkan kegiatan pendidikan yang diadakan di sebuah gubuk reyot. Sampai akhirnya Robith berhasil mendirikan Rumah Sekolah dengan bantuan dari para muhsinin Lazis Dewan Da’wah.
Ada juga kisah Robiansyah yang ditugaskan di Waihotong, Pulau Buru, Maluku Utara. Sebuah desa yang penduduknya mayoritas muslim namun tidak memiliki pemahaman dan pengamalan yang baik tentang Islam. Bukan mereka tidak mau namun karena tidak ada guru yang mengajari. Hingga di desa ini tidak ada shalat jumat karena ketiadaan imam dan khatib. Tantangan berat di desa ini adalah tidak adanya alat transportasi, sehingga perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang puluhan kilometer.
Terakhir ada kisah dari Heri Syahmuda yang ditugaskan di Dusun Tubeket, Mentawai, Sumatera Barat. Salah satu program yang dijalankan adalah pemberdayaan pertanian dengan mengajak masyarakat menanam padi. Karena di desa ini sudah 15 tahun masyarakat tidak menanam padi. Alhamdulillah ia sudah berhasil panen raya bersama masyarakat dengan lahan pertanian seluas 20 hektar.
Acara dihadiri oleh para pengurus Dewan Da’wah, jamaah dan para muhsinin Lazis Dewan Da’wah.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ustad Syuhada Bahri dalam tausyiyahnya mengatakan bahwa apa yang dikisahkan para da’i yang baru pulang itu, menambah bukti dari janji-janji Allah kepada orang-orang yang berjuang menolong agamaNya. Bahwa orang-orang yang menolong agama Allah pasti akan ditolong olehNya.
“Adalah bukti bahwa da’wah mereka berada di jalan yang benar. Sebab kata Pak Natsir jika da’wah tidak ada kesulitan dan rintangan, jangan-jangan ada yang salah dengan da’wah kita. Karena da’wah adalah kebenaran, maka sudah pasti akan mendapat hambatan dari musuh-musuh da’wah,” demikian sidampaikan Syuhada Bahri tentang kesulitan dan cobaan yang dihadapi para da’i itu, meminjam ungkapan Pak Natsir.
Terakhir Ustadz Syuhada mengajak kepada kaum muslimin untuk sama-sama menjadi pendukung da’wah di pedalaman dengan kemampuan masing-masing.
Di akhir acara dilakukan serah terima bantuan secara simbolis dari Bank Mega Syariah kepada Lazis Dewan Da’wah, uang sebesar Rp. 100.000.000 untuk da’wah pedalaman.*/Abu Dzakir