HARI ini adalah tepat sehari peringatan perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-69. Bendera dikibarkan dimana-mana, kemeriahan dilaksanakan dari gang hingga jalan raya.
Satu hal penting, katanya Indonesia sudah 69 tahun merdeka. Namun kenyataanya masih banyak warga negara di negeri yang katanya kaya sumber daya alam ini tapi berada pada garis kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin per Maret 2014 bahkan menurut BPS naik sekitar 110 ribu. Data tersebut dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), dibandingkan penduduk miskin pada Maret 2013.
Kepala BPS Suryamin menyatakan jumlah penduduk miskin per Maret 2014 tercatat mencapai 28,28 juta orang atau 11,25 persen dari jumlah total penduduk. Angka ini, ungkapnya, naik jika dibandingkan dengan perolehan pada Maret 2013 yang tercatat sebanyak 28,17 juta orang.
“Dibandingkan dengan perolehan September 2013 angka kemiskinan menurun sebanyak 320 ribu orang. Persentasenya pun turun dari 11,46 persen menjadi 11,25 persen,” tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Namun kalau kita merujuk pada data Bank dunia jumlahnya sangat besar yakni 40% atau 100 juta. Ternyata klaim kemerdekaan dalam arti rakyat menikmati sebesar- sebesarnya kesejahteraan jauh panggang dari api. Uang yang beredar 60% hanya di Jakarta. Sementara 30% beredar di beberapa kota seperti Bandung, Surabaya, Semarang dan Mdan. Sedangkan 10% nya baru dinikmati warga di desa yang jumlahnya mayoritas.
Itulah fakta hidup negeri kita yang katanya sudah 69 tahun merdeka. Hal ini wajar karena kita tidak memahami arti kemerdekaan yang sejati dan hakiki.kita, meski telah mengusir penjajah secara fisik, namun toh ideologi dan pemikirannya masih saja dianut yakni kapitalisme, sekuler, demokrasi , HAM, pluralisme dan ide kufur lainnya.
Padahal Kemerdekaan hakiki sejatinya menjadikan kita sebagai hamba Allah yang taat kepada semua aturanNya.Sebab Merdeka dalam arti sebenarnya adalah membebaskan manusia dari penghambaan manusia kepada mahluk seperti harta, jabatan, manusia dan mahluk lainnya kepada penghambaan manusia hanya kepada Allah semata. Itu dilakukan dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang ekonomi. Insya Allah kalau sudah seperti itu kesejahteraan pun bisa kita raih sekaligus mendapatkan ridla Allah Subhanahu Wata’ala. Wallahu a’lam.*
Penulis: Abu Ziad, mantan jurnalis