BANYAK nya kasus bunuh diri yang disiarkan oleh stasiun televisi akhir-akhir ini membuktikan bahwa Negara tidak serius mengurus rakyat.
Mungkin bagi sebagian orang menganggap, orang yang bunuh diri itu iman nya kurang kuat ditambah beban hidup yang menjerat, lalu tidak bisa berfikir matang sebelum bertindak dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Padahal dibalik semua itu ada peran Negara yang harus bertanggung jawab dengan hal ini.
Tugas Negara dalam mengurus rakyat bukan hanya mengatur sistem ekonomi Negara agar tidak bangkrut , bukan hanya mengambil pajak dari rakyatnya, bukan hanya menjamin kesehatan rakyatnya padahal itu pun tidak dilakukan oleh Negara.
Karena faktanya, Negara pun lepas tangan dengan kesehatan rakyatnya dan memberikan hak tersebut kepada pihak swasta untuk melakukannya dengan mengadakan proyek akbar bernama BPJS.
Juga bukan hanya menjamin keamanan rakyatnya tapi pencurian di mana-mana, pembegalan merajalela, pencopet dengan santai nya melakukan aksinya dimanapun dan kapanpun.
Tugas Negara bukan hanya sekedar itu, tetapi juga menjamin serta menjaga akidah dan iman rakyatnya terjaga. Karena saat akidah dan iman seseorang lurus dan kuat serta pemahaman Islam nya mendalam, tidak akan mungkin seseorang akan melakukan bunuh diri yang jelas-jelas dilarang oleh agama, tapi hal itu saat ini menjadi semakin lumrah saat beban ekonomi semakin mencekik akibat sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan oleh Negara.
Sayangnya peran Negara dalam menjaga akidah dan iman rakyatnya tidak bisa dilakukan karena sistem yang diterapkan saat ini.
Padahal kenyataannya rasul kita sudah memberi contoh dan suri tauladan yang baik bagaimana membangun Negara dengan menjadikan agama sebagai dasar Negara.
Padahal Allah subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ…
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS: al-A’raf [7]: 96).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
Rianggi Pinandita Dwi Handani-Pengajar