Hidayatullah.com–Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan akan mengambil serangkaian tindakan kejam untuk menghentikan aksi warga Palestina kepada pemukim Yahudi-Israel.
Pernyataan ini disampaikan usai mengadakan pertemuan dengan kabinetnya Selasa (13/10/2015) malam, sebagaimana dilansir laman PalestineNews Network (PNN).
Sejak Intifada Al-Quds meletus 1 Oktober 2015, terhitung sudah 30 pemuda Palestina syahid (delapan di antara mereka berumur di bawah 18 tahun), dan 1400 orang terluka dengan peluru karet dan amunisi. Sedang di pihak penjajah Israel, 7 pemukim yang tewas, dan 100 yang mengalami luka-luka.
Aksi memuncak pada Senin ketika seorang Israel meng-upload video dirinya sedang menyiksa anak Palestina berusia 15 tahun yang tengah sekarat usai ditembak dan dibiarkan meregang nyawa di Pemukiman Pisgat Zeev, utara Yerusalem. [baca: [Video] Ahmad Ditembak, Pemukim Yahudi Masih Menyiksa Sambil Merekam Video Hingga Meregang Ajal]
Netanyahu memberi lampu hijau pemukim Yahudi untuk segera menembak setiap ada rakyat Palestina yang dimungkinkan menjadi ancaman bagi mereka.
Pada Selasa, seorang Palestina berlari dan menikam dua pemukim Israel, menewaskan satu orang dan melukai seorang lainnya. Pemuda tersebut, Bahaa Elayyan (22 tahun) langsung ditembak di tempat oleh pemukim dan polisi Israel.
Pada hari Selasa pula, seorang pemukim Israel menembak orang Israel lain di bagian Utara Haifa, setelah ia mengira kalau dia seorang Arab karena penampilan orang timur-tengah-nya.
Di hari yang sama, dua warga Palestina melakukan penembakan dan penikaman di sebuah bus Israel di Yerusalem, di mana 2 pemukim Yahudi tewas, sekitar 16 orang luka-luka.
Netanyahu berkata bahwa pemerintahnya tidak akan ragu menggunakan berbagai cara, ‘untuk memulihkan ketenangan kembali’ demikian istilahnya.
Netanyahu meninggalkan pertemuan dengan para pejabat keamanan tingkat tinggi untuk menyampaikan pidato.
Pertemuan berlanjut hingga Rabu dini hari ketika kantor Benyamin Netanyahu mengumumkan bahwa beberapa langkah-langkah baru telah disetujui, yaitu:
Pertama, Kepolisian Israel berwenang memaksa untuk menutup, mengepung, pusat pergesekan dan penghasutan di Yerusalem, sesuai dengan pertimbangan keamanan, yang berarti menutup daerah lingkungan orang Arab di Yerusalem.
Kedua, hak kediaman permanen “teroris” (maksudnya warga Palestina) akan dicabut, dan properti milik penyerang (orang Palestina yang melakukan penyerangan) akan disita.
Selain itu, unit militer akan memperkuat satuan polisi di beberapa daerah. Ratusan petugas keamanan akan direkrut untuk mengamankan transportasi publik.
Tidak Membuat Takut
Sebagaimana dikutip situs paltimes.net, Netanyahu di akhir pertemuannya dengan kabinet pemerintahan Israel, Selasa (13/10/2015) malam mengatakan, ” kami akan membuat perhitungan dengan para “pembunuh”. Maksudnya para kesatria aksi penusukan dan penabrakan yang dilakukan oleh para pemuda Palestina.
Kepala pemerintahan Israel, Benjamin Netanyahu, di akhir pertemuananya dengan pejabat tinggi mengancam akan melakukan tindakan penyerangan yang belum terjadi sebelumnya. Dan dia berjanji akan meminta pertanggungjawaban para pelaku aksi dan keluarganya.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menegaskan bahwa ancaman-ancaman Netanyahu tidak menakuti rakyat Palestina.*/ Karina Caffinch, Jundi Iskandar (BERSAMBUNG)