Hidayatullah.com | PRANCIS dikenal sebagai negara yang identik dengan keromantisan. Mulai dari bahasanya hingga suasana kota Parisnya. Ia juga dikenal sebagai pusat seni dengan museum seni terbesar, Museum Louvre, yang terletak di Paris.
Di dunia sepakbola, Prancis baru saja berjaya pada Piala Dunia 2018 dengan menggondol piala emas. Skuad tim Prancis saat itu dipenuhi dengan pemain muda, tapi yang paling menarik perhatian, 15 dari 23 pemainnya tidak murni berdarah Prancis. Sebagian besar mereka berasal dari negara-negara yang dulu dijajah oleh Prancis, yang kebanyakan adalah negara Islam. Dan 7 dari pemain timnas Prancis adalah Muslim, termasuk salah satu pemain andalannya, Paul Pogba.
Ya, negara yang dikenal dengan julukan ‘paling romantis sedunia’ justru menyimpan jejak berdarah atas kejahatan kemanusiaanya. Beberapa hari lalu, Aljazair, salah satu bekas negara korban jajahan Prancis meminta Presiden Emmanuel Macron segera memberitakan permintaan maaf atas penjajahanya terhadap negara Afrika Utara itu. Presiden Aljazair, mengungkapkan harapan atas apa yang akan dibangun Emmanuel Macron berdasarkan tawaran perdamaian baru-baru ini.
Hingga saat ini, negara pemilik menara Eiffel tersebut masih memberlakukan larangan burqa (pakaian tertutup bagi Muslimah) di tempat publik.
Menyusul gerakan #BlackLivesMatter yang menggema di seluruh dunia, kejahatan penjajahan di masa lalu pun kembali diperingati. Aljazair salah satu bekas jajahan Prancis, menuntut negara tersebut untuk meminta maaf atas penjajahan masa lalu, salah satu wujudnya dengan tuntutan pengembalian tengkorak-tengkorak bangsanya yang dipamerkan di museum Prancis.
Hingga 1960-an, Prancis termasuk imperium penjajah yang paling dominan dengan teritori jajahan yang luas. Dampak dari penjajahan itu masih terus dirasakan di berbagai negara. Di antara negara-negara jajahan tersebut, banyak yang merupakan negara Islam.
Setelah kolonialisasi, perusahaan-perusahan Prancis mempertahankan kehadiran mereka secara besar-besaran di bekas jajahan dan campur tangan dalam beberapa sektor seperti: Energi (contoh: Total), Transportasi (contoh: Air France), Industri (contoh: Lafarge), Konstruksi (contoh: Bouygues, Sogea-Satom), Layanan (contoh: BNP Paribas, Bolloré), Distribusi massal (contoh: CFAO), Agroindustri (contoh: Bel), Telekomunikasi (contoh: Orange, France Telecom). Tentu saja mereka mengeruk keuntungan di bekas negeri jajahan.
Berikut 10 negara Islam yang pernah dijajah oleh Prancis:
- Aljazair
Penjajahan Prancis atas Aljazair dimulai sejak 1830. Sulit untuk mengukur kerugian yang diderita oleh orang Aljazair selama seabad lebih penjajahan Prancis. Perkiraan jumlah orang yang mati karena penyakit dan kelaparan dan sebagai akibat langsung dari peperangan selama tahun-tahun penjajahan sangat bervariasi, tetapi yang paling dapat diandalkan menunjukkan bahwa penduduk asli Aljazair turun hampir sepertiga pada tahun-tahun antara Invasi Prancis dan berakhirnya pertempuran di pertengahan tahun 1870-an.
Pada 1875, penaklukan Prancis selesai. Perang telah menewaskan sekitar 825.000 penduduk asli (Ben Kiernan, Blood and Soil: A World History of Genocide and Extermination from Sparta to Darfur. Yale University Pres). Namun catatan lain menyebutkan, sekitar 1,5 juta orang dibunuh secara brutal selama proses genosida di Aljazair.
Aljazair meraih kemerdekaan dari Prancis setelah melalui perang demi kemerdekaan dari tahun 1954 hingga 1962. Pasca kemerdekaan, 2 juta orang berada di kamp konsentrasi. Setengah juta orang berlindung di negara-negara tetangga. 2 juta orang lain menganggur, kelaparan dan penyakit melanda negara itu.
- Tunisia
Sejarah penjajahan Prancis di Tunisia dimulai pada tahun 1881 dengan pembentukan protektorat Prancis dan berakhir pada tahun 1956 dengan kemerdekaan Tunisia. Kehadiran Prancis di Tunisia terjadi lima dekade setelah penjajahan mereka di Aljazair yang berdekatan. Selain pasukan dan hukum, Prancis juga berusaha membawa budaya dan nilai-nilai mereka ke daerah jajahannya. Misionaris gereja adalah bagian dari propaganda untuk menyebarkan kehebatan budaya Prancis di masyarakat terjajah. Tunisia memiliki salah satu universitas Islam tertua bernama Univesitas Al-Zaytuna yang hingga kini masih menjadi pusat pengembangan ilmu di Tunisia.
Kuku colonial Prancis menancap di beberapa bidang, termasuk transportasi dan infrastruktur, industri, sistem keuangan, kesehatan masyarakat, dan administrasi.
- Maroko
Pada akhir abad ke-17, identitas budaya dan politik Maroko sebagai Kesultanan Islam telah mapan. Lalu pada akhir abad ke-18 dan awal ke-19, ketika Eropa disibukkan oleh revolusi dan perang kontinental, Maroko menarik diri ke dalam periode isolasi. Pada tahun 1912, Prancis mulai menjajah Maroko. Dalam memulai penjajahan mereka atas sebagian besar Maroko, Prancis mengandalkan pengalaman mereka pada penjajahan Aljazair dan Tunisia. Maroko terus bergejolak dan akhirnya memerdekakan diri pada tahun 1956.
- Suriah – Libanon
Pada Perang Dunia 1 (1914), Prancis dan Inggris berbagi wilayah di bawah Sykes – Picot Agreement atau “Perjanjian Sykes-Picot”, sebuah tindakan pengkhianatan yang biadab. Kemudian, sejarah mencatat dibelahnya Bumi Syam menjadi empat negara, Palestina, Suriah, Yordania, dan Libanon. Suriah berada di bawah pendudukan Prancis dari tahun 1919 hingga 1946. Pada 1920, Lebanon dikelola oleh Prancis setelah pemecahan berbagai wilayah Kesultanan Utsmani. Lebanon menjadi bagian dari Mandat Prancis atas penguasaan Suriah dan Lebanon dan dikelola dari Damaskus. Lebanon merdeka pada tahun 1944.
Perjanjian “Sykes-Picot” adalah sebuah kesepakatan sepihak yang dilakukan Inggris dan Prancis yang dikemudian hari membagi Negeri Syam menjadi empat negara jajahan: Palestina dan Yordania di bawah Inggris, Suriah dan Libanon di bawah Prancis.
- Mauritania
Sebelum abad ke-19, penjajah Eropa di Afrika Barat hanya tertarik pada perdagangan di pesisir. Perusahaan-perusahaan dagang Eropa di pantai membuat keuntungan setinggi mungkin. Empat perusahaan Prancis menikmati monopoli resmi dari pemerintah Prancis atas perdagangan di sepanjang Sungai Senegal dari tahun 1659 hingga 1798. Pada tahun 1904 Prancis menganggap Mauritania sebagai entitas yang terpisah dari Senegal dan menjadikannya daerah jajahan Prancis di bawah delegasi jenderal di Saint-Louis. Mauritania bebas dari Prancis dan mendirikan pemerintahan sendiri pada tahun 1960. Mauritania merupakan Republik Islam yang mendeklarasikan Islam sebagai agama negara melalui Piagam Konstitusi 1985.
- Senegal
Penjajahan atas Senegal sebagai koloni Prancis hanyalah salah satu bagian dari upaya kolonial Prancis di Afrika barat selama tahun 1880-an dan 1890-an. Pada tahun 1895, tidak kurang dari enam jajahan Prancis di wilayah ini, meliputi bentangan luas benua yang tak terputus. Pada tahun itu, mereka dikelompokkan bersama sebagai Prancis Afrika Barat. Di antara mereka, Senegal adalah koloni dengan kehadiran Prancis terkuat. Pengaruh penjajahan Prancis itu masih terasa hingga zaman modern ini. 2018 lalu, kecaman datang karena jalan terbesar di kota Dakar Senegal masih menggunakan nama Louis Faidherbe, seorang jenderal Prancis dari masa penjajahan yang membunuh 20.000 orang dalam 8 bulan. Muslim di Senegal mencapai 96% dari populasi, mayoritas adalah Sunni ber-madzhab Maliki.
- Mali
Hingga abad ke-19, Timbuktu, kota penting di Mali, menjadi pos terdepan di pinggiran barat daya dunia Muslim dan pusat perdagangan Arab. Mali jatuh di bawah penjajahan kolonial Prancis pada tahun 1892. Pada tahun 1893, Prancis menunjuk gubernur sipil di wilayah yang mereka sebut Soudan Français (Sudan Prancis), tetapi perlawanan aktif terhadap pemerintahan Prancis terus berlanjut. Pada tahun 1905, sebagian besar wilayah Mali telah berada di bawah kendali penjajahan Prancis. Menyusul kebebasan Senegal pada Agustus 1960, bekas Republik Sudan di bawah penguasaan Prancis menjadi Republik Mali yang merdeka pada 22 September 1960.
- Niger
Negara dengan 90% penduduk Muslim ini adalah bekas wilayah jajahan kolonial Prancis yang meliputi sebagian besar wilayah negara modern Nigeria di Afrika Barat, serta sebagian Mali, Burkina Faso, dan Chad. Pada 22 Juni 1910, wilayah, yang kini Niger, diberi nama dengan Wilayah Militer Niger. Kemudian ia berganti nama menjadi Colonie du Niger dari tahun 1922 hingga 1960. Setelah Perang Aljazair dan runtuhnya penjajahan Prancis, koloni-koloni Uni Prancis memperoleh kemerdekaan mereka sepenuhnya pada tahun 1960. Niger meratifikasi konstitusi pertama yang sepenuhnya merdeka pada 8 November 1960.
- Burkina Faso
Wilayah Burkina Faso dijajah oleh Prancis dan berada di bawah kontrol kolonial setelah perang penjajahan antara tahun 1896 dan 1904. Wilayah itu dijadikan bagian dari Prancis Afrika Barat pada tahun 1904, dan koloni French Upper Volta didirikan pada 1 Maret 1919. Koloni diberi nama seperti itu karena lokasinya di hulu Sungai Volta (Volta Hitam, Merah dan Putih). Kemerdekaan penuh diraih Burkina Faso pada tahun 1960. Burkina Faso memiliki kultur pendidikan Islam yang khas, calon Ulama di sana, dikenal sebagai Karamokos harus melewati jenjang tertentu sebelum menerima ijazah.
- Gambia
Sejak abad ke 15 hingga 17, Inggris dan Prancis bersaing untuk menguasai perdagangan di daerah Gambia. Perdagangan budak adalah komoditas utama waktu itu, yang dijalankan dan dikontrol oleh penjajah. Pada tahun 1886, Gambia menjadi daerah jajahan utama, dan pada tahun berikutnya Prancis dan Inggris membagi perbatasan antara Senegal dan Gambia. Pada tahun 1965, Gambia memperoleh kemerdekaannya. Islam adalah agama mayoritas di Gambia dengan 90% dari penduduk yang muslim. Gambia menjadi sebuah negara muslim terutama karena upaya Da’i Muslim di abad ke-19.*