Hidayatullah.com—Parlemen Zionis Israel menunjuk Reuven Rivlin sebagai presiden kesepuluh menggantikan Shimon Peres.
Rivlin mendapatkan posisi kepala negara dengan dukungan 63 suara dalam putaran kedua pemilihan di Knesset hari Selasa (10/6/2014), mengalahkan politisi tengah Meir Sheetrit yang menerima 53 suara.
Rivlin merupakan mantan jurubicara Knesset dan seorang anggota Partai Likud, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Namun demikian, Netanyahu sendiri sebenarnya tidak ingin Rivlin menjadi presiden. Netanyahu dan Rivlin memiliki perselisihan pribadi sejak beberapa tahun silam. Saat Rivlin dicalonkan sebagai presiden, Netanyahu bahkan berminggu-minggu berusaha mengulur pemilihan dan mencari kandidat lain untuk menggantikan Rivlin. Pada puncaknya Netanyahu mencoba merekrut peraih penghargaan Nobel, Elie Wiesel, yang bahkan bukan seorang warga negara Israel.
Rivlin adalah seorang politisi sayap kanan yang keras. Dia tidak mendukung eksistensi negara Palestina ataupun penarikan Israel dari Tepi Barat. Dia justru ingin memberikan orang Palestina kewarganegaraan Israel.
Rivlin sangat berambisi melenyapkan pengaruh Palestina pada politik dalam negeri Zionis. Dia dituding tidak demokratis ketika mengusulkan undang-undang yang menaikkan electoral threshold, yang akan mengakibatkan partai-partai bentukan orang Palestina di Israel tersingkir dari panggung politik dan terdepak dari parlemen Zionis.
Jabatan presiden di Israel lebih merupakan posisi simbolis. Dan Rivlin sebelumnya mengatakan dia akan lebih fokus mengurusi masalah domestik.
Pemilihan presiden Zionis di Knesset tahun ini menyertakan 6 kandidat. Tiga kandidat, termasuk seorang mantan ketua Mahkamah Agung dan seorang ahli kimia, terdepak di putaran pertama. Kandidat keenam Benjamin Ben-Eliezer dikeluarkan dari pemilihan setelah polisi menjadikannya tersangka kasus korupsi.*