Hidayatullah.com– Salah satu hikmah di balik gempa bumi berkekuatan 6, 5 skala richter mengguncang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi momen baik umat Islam menggalang persatuan umat.
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, KH Bachtiar Nasir mengatakan, prsatuan umat Islam yang sudah terajut melalui Aksi Bela Islam kembali diuji di Aceh, sejauh mana umat memiliki kepedulian sesama muslim yang terkena musibah.
“Ada dana Rp 500 juta dari dana umat untuk umat. Dana umat yang masuk ke GNPF kami gunakan untuk keperluan Aksi Bela Islam dan selebihnya kami serahkan untuk suadara-saudara di Aceh,” kata Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir di Pidie Jaya, Aceh, hari Sabtu (10/12/2016).
Didampingi Wakil Ketua GNPF MUI KH Misbahul Anam, Munarman SH, Bachtiar Nasir mengunjungi pengungsian yang dihuni 2000 korban gempa bumi, Pidie Jaya, Aceh dan menyerukan Aksi Kepedulian Umat untuk Aceh.
Bachtiar Nasir menyatakan, bencana alam yang menimpa umat Islam pada dasarnya adalah wujud cinta Allah Subhanahu Wata’ala.
“Dari bencana itu seharusnya umat ini menambah ketaqwaan kepada Allah dan tidak boleh bersu’uzhan (berprasangka buruk) sedikit pun kepada Allah.”
GNPF MUI, ujarnya, hadir di tengah-tengah warga untuk persaudaraan umat Islam. Selain menyalurkan dana hasil Aksi Bela Islam untuk merehab masjid-masjid yang rusak, ia juga menjelaskan kunjungam GNPF MUI ke Aceh lebih pada misi persaudaraan Islam dan persatuan Indonesia.
“Kami datang atas nama GNPF MUI yang mewakili umat Islam. Yang menjadi konsentrasi dan fokus GNPF adalah penguatan aqidah dan perlindungan syariat umat karena biasanya banyak kelompok berkepentingan datang dan masuk pada kondisi gempa seperti saat ini,” ungkap pimpinan AQL Islamic Center ini.
Dari hasil pemetaan kebutuhan korban di lokasi, GNPF menilai kebutuhan yang paling mendesak adalah rehabilitasi rumah dan masjid.
Kepada umat Islam yang ingin ikut membantu, GNPF memberikan gambaran bahwa rehabilitasi rumah yang dibutuhkan sekitar 10 juta per rumah dan perbaikan masjid Rp 100 juta per masjid.
Selain itu, sekolah dan khususnya pondok pesantren juga mendapatkan perhatian GNPF sebagai benteng untuk melindungi akidah umat.
Karenanya, bantun untuk sekolah dan ponpes diestimasi antara Rp 100-200 juta dan untuk TPA sekitar Rp 20-50 juta.
“Kaum muslimin saling bekerja sama dan bersatulah serta berbagi tugas agar tidak tumpang tindih. Silakan masing-masing mengambik bagian dan tugas untuk bidang pendidikan, infrastruktur, ibadah dan lain. Doakan juga semoga GNPF konsisten untuk perubahan Indonesia,” ungkapnya.*/Azhar