Hidayatullah.com—Cuitan selebritis Indonesia di media sosial yang dinilai menghina Islam dan Arab mendapat tanggapan Muslimat Indonesia Antar Negara untuk Ummat (Mutiara Ummat).
takhanya viral di Indonesia tetapi juga di mancanegara. Untuk menanggapi hal tersebut Muslimat Indonesia Antar Negara untuk Ummat (Mutiara Ummat) Dalam acara diskusi bertama “Apakah Syariat Islam Budaya Arab?,demikian menurut Nurisma Fira, Ahad (29/01/2017).
Diskusi menghadirkan Yumna U. Nusaybah pengasuh pengajian Indonesia An Nashihah dan Forum Diskusi E12 London sebagai nara sumber, dan Mela Mustika Amalia, M.Ag alumnus UIN Sunan Gunung Djati dari Liverpool, United Kingdom sebagai pemandu acara.
“Cuitan selebritis tersebut menarik, karena biasanya dilontarkan oleh masyarakat di Barat kepada muslim yang di negeri-negeri tersebut memang minoritas, tetapi di Indonesia hal itu diungkapkan oleh seorang muslim, ditujukan kepada sesame muslim, di negara yang mayoritas berpenduduk muslim,” ujar Yumna mengawali diskusi.
Alumnus Fakultas Kedokteran Unair Surabaya ini menuturkan bahwa di negara-negara Barat, pernyataan semacam itu tumbuh subur ketika kemampuan diskusi para pendukung anti-Islam melemah sehingga yang dimunculkan adalah ancaman kekerasan, bukan dialog. Yumna berpendapat pada dasarnya Barat hanya menerima Islam dengan criteria tertentu, yakni Islam yang selaras dengan sekulerisme dan nilai-nilai demokrasi kapitalistik yang diadopsi Barat.
Perempuan yang pernah berpraktek di Royal London Hospital ini menyorot persoalan terbesar sebagaian muslim, yakni ketidak pahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Menurutnya, tanpa kemampuan Bahasa Arab, muslim kesulitan memahami Islam sehingga mudah menerima Islam yang didefinisikan dan didistorsi oleh Barat.
“Umat Islam saat ini sudah tidak banyak mengetahui proses ijtihad, dan sangat sedikit memproduksi mujtahid, sehingga tidak melihat Islam sebagai penyelesai persoalan dalam kehidupan,” lanjut perempuan yang belakangan memilih focus menjadi ibu rumah tangga ini.Ia mengumpamakan keadaan muslim terhadap Islam sekarang seperti tidak memahami madu asli, dengan madu yang sudah dicampur racun, di mana dosis racun sedikit demi sedikit ditambahkan sampai pada akhirnya hal-hal yang diharamkan seperti pacaran, membuka aurat, riba, homoseksualitas pun diterima. Akhirnya umat Islam terbiasa menerima Islam hanya sebagai ibadah mahdhah (ritual) dan bukan sebagai jalan hidup.
Terkait Islam yang sering dipandang hanya untuk orang Arab, Yumna merujuk Surat Al Anbiya 107 yang menyatakan Islam adalah bagi seluruh umat manusia. Ia memberikan contoh bahwa di masa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga banyak sahabat Nabi yang bukan Arab, misalnya Salman Al Farisi dari Persia (Iran), Bilal Bin Rabah dari Ethiopia (Afrika), Suhaib Ar Rum dari Roma (Italia), dan Abdullah bin Salam dari Yahudi (Israel).
Menurut Yumna, kebutuhan manusia selalu sama, yang berbeda adalah cara dan bentuk pemenuhannya.
“Karena itu Islam turun dalam bentuk garis-garis besar yang global sehingga selalu bias menjawab tantangan zaman,” katanya.
Pada sesi diskusi, peserta diberikan kesempatan bertanya atau menanggapi penjelasan Yumna.
Diskusi diikuti hampir 100 peserta perempuan dari Inggris, Belanda, Swedia, Jerman, Norwegia, Belgia, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Indonesia.
Di akhir acara, Yumna berpesan agar peserta yang mengikuti diskusi tetap teguh dan konsisten menjalankan ajaran Islam.
Sebelum ini, artis Prisia Nasution disorot khalayak karena cuitannya di sosial media yang menyinggung SARA.
Layaknya mencari sensasi ditengah gejolak di Tanah Air, Prisia Nasution menyindiri umat Islam yang menjalaankan pada Syari’at Islam.
Melalui akun Twitternya Ia menulis soal Islam dan Arab. “Semua orang berpakaian seperti orang Arab, bendera ditulisakan tulisan Arab, adat istiadat Arab, kenapa ngga pada pindah aja ya?” tulis akun pribadi @itsPrisia Sabtu (21/01/2017). Tak urung, pernyataan ini melahirkan kecaman umat Islam.*/ N. Machfira (Colchester, Inggris)