Hidayatullah.com–Sektretaris MUI Pusat, Din Syamsuddin mengatakan, film itu telah menyinggung rasa susila masyarakat, menimbulkan rasa ketakutan di kalangan orang tua dan pendidik, menimbulkan ancaman gangguan ketertiban umum, serta kemungkinan munculnya reaksi-reaksi yang tak terkendali. “Film itu telah menyinggung rasa susila masyarakat,” kata Din Syamsuddin dalam jumpa pers setelah melakukan pertemuan dengan Lembaga Sensor Film (LSF) di kantor LSF, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Rabu. Din mendatangi LSF ditemani da’i kondang KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), beberapa rohaniwan dari Kristen dan Katolik, mantan Menneg Pemberdayaan Perempuan Tuty Alawiyah, serta artis Inneke Koesherawati, Astri Ivo, dan Cheche Kirani. Ia mengatakan surat yang telah dikirimkan pada tanggal 14 Agustus lalu itu, dibuat oleh MUI setelah Forum Ukhuwah Islamiyah MUI melakukan pertemuan yang dihadiri oleh wakil-wakil ormas kelembagaan Islam pada 13 Agustus. Mereka menyatakan keprihatinan terhadap film tersebut. Masih dalam lampiran surat tersebut, MUI menyatakan sebuah film hasil karya cipta seni dan budaya hendaknya mencerminkan kelayakan untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia baik dilihat dari segi ide, kreativitas, teknik sinematografi serta sesuai dengan norma-norma bermasyarakat, berbangsa dan keagamaan. Dari adegan-adegan, dialog, suara serta imajinasi yang dikembangkan dalam film tersebut dapat disimpulkan secara sengaja bermaksud menghina, melecehkan, menertawakan pihak-pihak yang dipandang konservatif dan kolot, karena berpegang dengan nilai-nilai budaya yang luhur, nilai norma agama dan pendidikan sekolah. Dalam lampiran tersebut, MUI juga menyimpulkan bahwa film BCG itu berangkat dari pembuatan ide yang dangkal, bagaimana membuat film dengan biaya relatif murah, tapi provokatif dan memiliki daya magnet bagi remaja serta mengundang kontroversi, dan film ini berharap laku di pasaran. Menurut Din, BCG dikemas dengan setting pendidikan dan kehidupan di SMA namun tak kelihatan adanya kegiatan belajar mengajar, dan yang ada hanyalah adegan dialog, suasana hura-hura pesta, minuman keras, ‘ngerumpi’ soal pacar dan ciuman. Sementara itu Aa Gym menilai bahwa judul film tersebut begitu vulgar dan berani, serta mengajak ciuman pada orang yang bukan muhrimnya. Pemimpin Pondok Pesantren Da’arut Tauhid Bandung itu merasa prihatin dengan film tersebut, dan perlu datang ke LSF karena menerima ratusan surat dari masyarakat terutama ibu rumah tangga, yang memprotes pemutaran film tersebut. Sementara itu Ketua LSF, Titie Said, mengatakan bahwa film BCG sudah melalui tahapan sensor, tapi tidak menyangka reaksi masyarakat luar biasa untuk menolaknya. Dia mengatakan, dalam UU no 8 th 1992 pasal 31 disebutkan bahwa pemerintah dapat menarik suatu film bila dalam penayangannya mengganggu ketertiban, ketentraman, dan keselarasan hidup masyarakat. Din Syamsudin menambahkan banyak ormas Islam melalui MUI yang melihat bahwa film BCG tidak layak untuk pendidikan. Judulnya mengandung nilai-nilai keburukan, karena itu mereka meminta agar film tersebut ditarik dari peredaran. Selain ke LSF, Din mengatakan bahwa MUI akan bersilahturahmi ke DPR dan kalangan seniman, budayawan dan produser film untuk membicarakan masalah film tersebut. Perzinaan Sebelumnya, Aa Gym juga mengajak masyakarat untuk ikut memboikot bersama-sama dan mengirimkan surat kepedulian dan keprihatian atas film tersebut dengan dialamatkan kepada Pompes, Darut tauhid Jl Geger Kalong Girang, Bandung kode pos 40154. Menurut Aa Gym, pihaknya menerima berkardus-kardus surat yang menyoal vulgarnya film layar lebar Buruan Cium Gue! yang sudah diputar di bioskop-bioskop. Film itu dinilai vulgar dari segi judul maupun adegannya. “Kenapa saya tergerak (mengomentari film ini, Red), dari segi judul…maaf, itu begitu vulgar, berani, karena mengajak berciuman tanpa adanya ikatan nikah. Kan kita tau sendiri itu bukan perbuatan yang baik,” kata Aa Gym kepada sekitar puluhan wartawan yang memadati ruang rapat LSF Jakarta. Pasalnya, kata Aa Gym, ada yang bilang, kalau dua insan –pria dan wanita– berciuman, tangannya nggak pernah diem. Ujung-ujungnya terjadi perzinahan. “Apalagi dalam konteks Islam yang saya pahami, berciuman di luar pernikahan merupakan bagian dari perzinahan. Jadi saya ikut menafsirkan judul itu sebagai ‘ayo buruan zinahin gue’,” ujarnya dengan nada datar. Karena itu, Aa mengatakan, dirinya sudah melakukan kontak dengan produser Raam Punjabi dan menelepon sutradaranya. Menurutnya, ia tidak marah dengan para pendukung film itu, karena mereka belum tahu apa-apa. “Saya agak bingung kalau film ini disebut pendidikan,” kata Aa. Beberapa saat lalu, seperti dikutip BibirPlus SCTV, Rizal dan Raam Punjabi selaku sutradara dan produser film itu justru mengaku telah siap menuai protes dari masyarakat perihal filmnya. Rizal bahkan sempat mengatakan, masyarakat Indonesia perlu melihat film ini. Boleh jadi, pembuatan film ini sejak awal adalah kesengajaan untuk meraih popularitas. (Ant/cha)