Hidayatullah.com–Wartawan seorang dan penulis asal Saudi yang tinggal di pengasingan di AS, Jamal Khashoggi, mengungkapkan Ikhwanul Muslimin tidak akan menghilang dengan mudah. Meskipun semua tekanan terhadap gerakan ini terus dilakukan, ideologinya akan tetap berpengaruh, demikian dalam pernyataan terbaru selama wawancara di Aljazeera TV baru-baru ini.
Ia menjelaskan bahwa gerakan tersebut tidak akan dibubarkan, katanya, sebaliknya, diskusi harus fokus pada peran politik yang dimainkan kelompok Ikhwanul Muslimin.
Jamal menunjukkan bahwa apa yang dihadapi oleh gerakan tersebut selama masa Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser dari tahun 1956 sampai 1970, tidak lain adalah apa yang terjadi hari ini.
“Rezim Gamal Abdel Nasser berakhir, namun tetap Ikhwanul Muslimin. Ini adalah kemenangan bagi ideologi Islam yang diadopsi oleh gerakan tersebut sejak diawali oleh Hassan Al-Banna pada tahun 1928,” katanya.
Baca: Jurnalis Saudi Peringatkan ‘Perubahan’ pada Perubahan Relijus KSA
Dia mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin meraih kemenangan yang tidak diketahui.
Jamal juga berpikir ada gerakan untuk menghapuskan gerakan Islam di seluruh dunia oleh kelompok ‘Islam liberal’ dan komunis, dalam upaya untuk menghapuskan Islam.
“Ikhwanul Muslimin berhasil mengatasi ancaman tersebut melalui bantuan mantan Raja Arab Saudi, Raja Faisal Al-Saud, yang terbunuh pada 1975. Akhirnya, ideologi Islam mereka tumbuh di masyarakat Arab.
“Setiap saat pemilihan digelar, umat Islam, dengan nama apapun, akan menang,” katanya.
Baca: Saudi dan Ikhwanul Muslimin: Dulu Berteman Mengapa Dimusuhi?
Dia juga mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin seharusnya tidak disibukkan dengan masa depannya, yang dijamin sepanjang Islam masih ada.
Meski menerima gerakan tersebut dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu, dia mendesak Ikhwanul Muslimin untuk keluar dari lingkup gerakan tersebut, malah membuka pintu menuju ideologi baru.
Sebelumnya, Jamal mendesak Pangeran Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman untuk menjauh dari apa yang dia katakan sebagai “hal yang berlebihan” tentang gerakan Ikhwanul Muslimin.
Dia terkejut dengan apa yang dia yakini sebagai pertentangan antara tindakan pihak berwenang untuk mendaftarkan gerakan tersebut “sebagai teroris” di Arab Saudi, namun pada saat yang sama Riyadh memiliki hubungan yang kuat dengan Ikhwanul Muslimin di Yaman, atau menerima seorang perwira gerakan tersebut dari Suriah di wilayah Arab Saudi.*/Nashirul Haq AR