Hidayatullah.com–Sekretaris Umum Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Adi Bunardi mengaku keberatan dengan sejumlah pemberitaan yang dilansir Hidayatullah.com menyangkut isu Syiah.
Sebelumnya, media ini telah beberapa kali berusaha melakukan upaya verifikasi ke organisasi Syiah ini soal isu tentang gerakan Syiah yang berpusat di Iran, namun tak jua mendapat jawaban. Beberapa waktu lalu IJABI pun memberikan tanggapan.
“Maaf. Mengapa beritanya selalu tak berimbang dan tendesius,” kata Adi Bunardi melalui pesan singkat kepada Hidayatullah.com, belum lama ini.
“Jika ingin mengenal Syiah tanyalah para ulama Syiah,” tegasnya melanjutkan. IJABI adalah organisasi massa (ormas) berhaluan Syiah yang dipimpin Jalaluddin Rahmat, berpusat di Bandung.
Diwarta Hidayatullah.com sebelumnya, di saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) gencar memberikan pemahaman umat dan mengeluarkan buku tentang kesesatan Syiah, tiba-tiba muncul buku “mensesatkan” MUI. Sebuah buku berjudul, “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) karya Emilia Renita Az. Emilia, istri Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rahmat.
Menurut Emilia, selama ini MUI dinilai secara seenaknya mensesatkan orang dengan dampak yang tidak sedikit. Sementara tak ada satu pun orang/lembaga yang berani mengkritisi.
“Sekali ini MUI dilawan wanita Syiah,“ ujarnya.
Emilia mengatakan, buku ini dinilai titik tolak kebangkitan Syiah yang tertindas.
Kristik Emilia mendapat tanggapan Habib Achmad Zein Al-Kaff, yang tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Menurutnya, bukan levelnya seseorang berkapasitas pribadi mengkritisi fatwa/hujjah yang keluar dari institusi MUI.
“Saya belum baca buku tersebut. Tapi sangat mengherankan siapa dia? Dan siapa MUI yang dia kritik. Sebab MUI itu mewakili Ormas Islam di Indonesia. Memang sekarang ini zamannya orang tidak tau diri,” ujar Pengurus MUI Jawa Timur ini dalam jawab pendek saat perjalanan menuju Jawa Tengah.
Sedang peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) – Surabaya Bahrul Ulum mengatakan, setiap persoalan memiliki kewenangan dan otoritas. Apalagi menyangkut ilmu dan agama. Jika tidak, semuanya akan rusak. Ia juga menilai MUI memiliki kewenangan mengeluarkan fatwa dan lembaga ini juga memiliki otoritas.*