Hidayatullah.com–Seperti dikutib TEMPO Interaktif, Putra Presiden Libya Moammar Khadafi, Syaiful Islam Khadafi (32), mencurigai adanya kekuatan asing yang ingin menghambat perkembangan Islam di Indonesia. “Apakah Australia membantu gerakan yang ingin menghambat perkembangan Islam di Indonesia?” tanya Syaiful Islam dalam pertemuan dengan pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (9/11) malam. Dia juga bertanya mengenai kehidupan beragama di Indonesia dan kerukunan antar kelompok Islam di Indonesia. Pertemuan tersebut berlangsung sekitar 15 menit. Syaiful Islam didampingi penasehatnya, Rajab Abdul Aziz, kuasa usaha Libya untuk Indonesia, Ali Al Mabruk dan sekitar 16 orang pengawal pribadi. Dari pihak MUI, tampak hadir Ketua MUI, Umar Shihab dan Sekretaris Umum MUI, Dien Syamsuddin. Sebelumnya, Syaiful Islam telah memberikan bantuan sembako kepada sekitar 4 ribu warga miskin di kawasan pondok pesantren Asy Syafi’iyah, Jati Waringin, Pondok Gede, Jakarta dimana dia bertemu dengan Tuty Alawiyah. Syaiful Islam sendiri tiba di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta pukul 15.15 WIB hari ini. Syaiful dan rombongan datang menggunakan pesawat jet pribadi. Menjawab pertanyaan Syaiful islam yang juga Ketua Gaddafi Internasional Foundation for Charity Association tersebut, Umar Shihab mengatakan secara resmi pihak MUI tidak mengetahui akan hal itu. “Tapi tidak mustahil ada bantuan Australia untuk menghalangi perkembangan Islam di Indonesia,” kata Shihab. Menjawab pertanyaan kedua, Umar Shihab menjelaskan kehidupan antarumat beragama di Indonesia berjalan harmonis, demikian pula halnya dengan hubungan antar kelompok Islam di Indonesia. Syaiful Islam sempat menjadi imam sholat Isya di masjid Istiqlal. Usai sholat, dia secara simbolis memberikan bantuan bagi rakyat miskin di Indonesia. Dalam sambutannya, secara tegas Syaiful Islam menyampaikan dukungan Presiden Muammar Khadafi. “Presiden Khadafi memberikan dukungan secara moril kepada bangsa Indonesia dalam menghadapi gerakan konspirasi yang ingin menghancurkan Islam,” kata Syaiful Islam mengutip pernyataan ayahnya. Dia menegaskan, Libya secara terus terang memproklamirkan dukungan terhadap Indonesia dalam menghadapi upaya penindasan dan imperialisme. “Walau jarak antara Libya dan Indonesia sangat jauh, Kita adalah satu dan akan tetap bersatu,” tegas Syaiful Islam yang juga berharap agar dunia internasional melihat kerjasama umat Islam Indonesia dan Libya. Saiful Islam, atau kerap dipanggil Saif adalah alumnus Universitas Al-Fatah Tripoli bidang arsitektur juga lulusan Universitas Wina. Saif dianggap orang terpenting Libya untuk urusan luar negeri saat ini. Dia kerap muncul sebagai duta besar tak resmi bagi Libya beberapa tahun belakangan. Saif yang lulusan Inggris berusaha melobi pemimpin-pemimpin dunia untuk berinvestasi ke negara pimpinan ayahnya itu. Para analis Libya melihat dia sebagai calon pemimpin Libya masa depan jika ayahnya mundur atau meninggal dunia. Selain lulus arsitektur dan administrasi bisnis di Vienna, Saif juga telah merampungkan program doktoral di London School of Economics (LSE). (ti/cha)