Hidayatullah.com– Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan pengerahan 2.000 personel Garda Nasional ke jalan-jalan di kota Los Angeles, hari Sabtu (7/6/2025), guna menghadapi aksi protes kebijakan imigrasi.
Presiden AS mengambil alih kontrol federal atas militer negara bagian California guna mengerahkan pasukan keamanan ke kota terbesar kedua di AS tersebut, di mana mereka ditugaskan untuk menghadapi demonstrasi besar.
Tindakan itu diambil setelah dua hari berturut-turut terjadi konfrontasi antara pengunjuk rasa dengan petugas keamanan, yang melemparkan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan aksi protes yang kebanyakan diikuti oleh orang-orang Latino atau pendatang dari Amerika Tengah dan Selatan.
National Guard — yang merupakan personel militer cadangan — biasanya dikerahkan untuk mencegah gangguan keamanan usai bencana alam, seperti ketika terjadi karhutla besar di Los Angeles tahun lalu dan penjarahan massal usai bencana Badai Katrina beberapa tahun silam, dan kadang-kadang dikerahkan ketika terjadi kerusuhan di masyarakat, dan hampir selalu dikerahkan dengan persetujuan para pemimpin dan politisi lokal.
Sejak dilantik pada bulan Januari, Trump berulang kali mengatakan bahwa pemerintahannya akan menghadapi masalah keimigrasian dengan keras, membasmi para imigran tak berdokumen, yang disebutnya sebagai “monster” dan “binatang”.
Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan bahwa hari Jumat petugas dari Immigration and Customs Enforcement (ICE) di Los Angeles melakukan operasi di sejumlah daerah yang menghasilkan penangkapan 118 alien (orang asing tak berdokumen), termasuk lima anggota geng.
Operasi tersebut lantas mengundang aksi protes warga di daerah tersebut, di mana memang banyak pendatang asing tinggal.
Wali Kota Los Angeles Karen Bass mengakui bahwa sebagian warga kota “merasa takut” menyusul tindakan penegakan hukum oleh aparat keimigrasian federal itu.
Bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat hari Sabtu terjadi di daerah Paramount, di mana penduduk yang marah berkerumun di sebuah fasilitas federal yang dipakai sebagai pangkalan petugas ICE.
Dalam aksi tersebut, sebagian pengunjuk rasa berteriak-teriak mendesak personel ICE untuk keluar menghadapi mereka. Sebagian pengunjuk rasa bahkan mengibarkan bendera Meksiko sementara lainnya membakar bendera AS, lapor Los Angeles Times seperti dilansir AFP.
Saat berdemonstrasi dua hari itu pengunjuk rasa juga membakar sebuah mobil di tengah jalan besar, serta melemparkan kembang api ke arah petugas.
Gedung Putih mengambil sikap tegas terhadap aksi-aksi protes tersebut. Wakil Kepala Staf Stephen Miller menyebutnya sebagai “pemberontakan terhadap hukum dan kedaulatan Amerika Serikat.”
Wakil Direktur FBI Dan Bongino mengatakan sejumlah penangkapan dilakukan menyusul bentrokan hari Jumat.
“Kalian membuat kekacauan, kami akan datang membawa borgol. Hukum dan ketertiban akan menang,” katanya, lewat platform X.
“Pemerintahan Presiden Trump tidak mentolerir perilaku kriminal dan kekerasan, terutama tindak kekerasan yang diarahkan kepada para petugas penegakan hukum yang berusaha melakukan tugasnya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada awak media, menjelaskan alasan pengerahan ribuan personel National Guard.*