Hidayatullah.com—Kondisi Wamena di Jayawijaya berangsur normal. Fasilitas umum, pasar, toko dan sekolah mulai menggeliat lagi. Tapi sebagian warga, termasuk para pendatang lebih suka memilih diam jika ditanya keadaan kota ini.
Usut punya usut, rupanya, berita-berita palsu (hoaks) yang beredar di dunia maya dirasakan sebagai pengganggu suasa pemulihan.
“Jadi tolonglah, bantu kami, jangan ikut sebar berita hoaks,“ ujar Mus Mulyadi (40), relawan Tim Aksi Siaga Kemanusiaan (TASK) hari Selasa (8/10/2019).
“Berita-berita hoaks yang menyebar di dunia maya dan media sosial sangat merepotkan masyarakat di sini,“ demikian tambahnya.
Di antara berita hoaks yang sangat meresahkan di Wamena adalah adanya isu pembakaran masjid raya dan isu kehadiran kelompok-kelompok massa mau berjihad.
“Ada juga video pembakaran masjid masih terus diviralkan, itu tidak benar itu,“ ujar relawan yang sehari-hari juga juru dakwah Jayapura – Wamena ini.
Ia menyebut, masyarakat asli Papua tidak pernah memusuhi pendatang karena agama.
“Konflik di sini bukan karena agama, tapi lebih karena persoalan sosial-politik,“ tambahnya.
Baca: Kapolda Papua: TNI dan Polri Akan Jamin Keamanan Wamena
Pasca kerusuhan, relawan Tim Aksi Siaga Kemanusiaan (TASK) banyak berfokus membantu aparat melakukan proses evakuasi pengungsi dan mengirim bantuan yang datang dari masyakarat.
“Hari Senin kemarin kami menghabiskan Rp 50 juta kepada para pengungsi dan orang-orang yang membutuhkan, “ ujar Ahmad Hamim dari TASK.
Sementara itu, pantauan relawan kemanusiaan dari Tim Aksi Siaga Kemanusiaan (TASK) sejak hari Senin hingga Selasa (08/10/2019) pagi, keadaan dan kondisi Wamena sudah berangsur-angsur pulih.
“Alhamdulillah, layanan publik seperti sekolah, pasar dan tokoh mulai kembali berjalan secara normal. Masyarakat sudah mulai banyak yang berjualan,“ ujarnya.
Pasar Kota Wamena sudah mulai beraktifitas, meski harga masih belum nampak normal. “Beras 25 kilo gram seharga Rp 450 ribu, “ ujar Hamim.*