Hidayatullah.com — Sebagai bentuk protes terhadap kewajiban memakai jilbab, para aktivis perempuan Iran merekam video diri mereka melepas jilbab dan mengunggahnya di sosial media.
Aksi mereka itu dilakukan pada Selasa untuk memprotes Hari Jilbab dan Kesopanan Nasional Iran yang jatuh pada 12 Juli. Mereka secara terang-terangan melepas hijab mereka dan meminta undang-undang itu dibatalkan.
Menggunakan hijab dan pakaian sopan adalah kewajiban bagi gadis dan perempuan di atas usia 9 tahun di Iran, setelah Revolusi Islam 1979, tetapi implementasi hukum itu tergantung pada pemerintah yang berkuasa.
Aktivis telah menggunakan tagar #No2Hijab dalam bahasa Inggris dan bahasa Farsi yang jika diterjemahkan memiliki arti “hijab tanpa hijab.”
Presiden Ebrahim Raisi mempertahankan pentingnya UU hijab dan mencap oposisinya sebagai promosi sistematis korupsi dalam masyarakat Islam.
Penerapan hukum berhijab disebut-sebut telah menjadi lebih ketat. Awal bulan ini, seorang jaksa di Iran melarang wanita untuk datang ke kantor dan bank atau menaiki metro jika mereka tidak mengenakan jilbab.
Iran memiliki polisi moral yang dikenal sebagai Gasht-e Irsyad.
Pada bulan Februari, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memutuskan bahwa wanita yang digambarkan dalam kartun atau film animasi harus mengenakan jilbab.
Pada tahun 2020, dua pemuka agama senior Iran meminta polisi untuk “membuat lingkungan tidak aman” bagi wanita yang tidak mengenakan jilbab.
Konservatif garis keras Ayatollah Yousef Tabatabei Nejad mengecam wanita yang “melepas jilbab mereka” serta mereka yang mengenakan “hijab longgar”, mengacu pada wanita yang tidak sepenuhnya menutupi rambut mereka.
Dia mengatakan bahwa pihak berwenang memiliki kewajiban untuk membuat “lingkungan tidak aman” bagi perempuan yang termasuk dalam kedua kategori tersebut, dan mengatakan polisi harus memiliki “lebih banyak wewenang” untuk menangani mereka, tanpa merinci lebih lanjut.*