Hidayatullah.com—Sahabat Rasulullah menyikapi berbagai perbedaan pandangan di antara mereka dengan cara yang baik. Menurut Amar Ar-Risalah, penulis buku “Zaid Bin Haritsah: The Way Home”, perbedaan pendapat para sahabat penting karena hal ini kerap dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kita tidak bisa menghindari perbedaan, karena itu adalah fitrah. Sejak zaman Sahabat perbedaan itu sudah ada,” ujar Amar dalam Studium Generale yang diselenggarakan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta.
Dalam kajian yang bertajuk “Cara Berislam Masa Kini, Biar Gak Jadi Berislam ‘Masa Gitu’” ini Amar menjelaskan beberapa sebab terjadinya perbedaan pendapat di antara para sahabat Rasulullah.
“Tidak semua Sahabat mendengar hadits yang sama, tidak semua Sahabat pemahamannya sama, dan di antara Sahabat ada yang lupa juga, namun bukan lupa berjamaah,” ungkap Amar lagi.
Menurutnya, biasanya para orientalis suka mengadu domba dengan mengambil celah perbedaan pendapat di antara para sahabat. Karena itu, yang harus dilakukan adalah belajar adab ikhtilaf (berbeda pendapat) dari para sahabat itu.
Untuk menanggulangi krisis ilmu di tengah-tengah umat, Amar menyerukan agar semua peserta Studium Generale mengambil perannya masing-masing.
“Jangan anonim dalam menyampaikan ilmu, jangan setengah-setengah dan jangan ragu-ragu dalam menyampaikan ilmu apabila sudah memahami ilmunya secara keseluruhan,” pungkasnya.
Studium Generale diramaikan oleh puluhan peserta dari beragam usia yang umumnya berasal dari wilayah Jabodetabek. “Saya sudah lama mengikuti kiprah SPI dan juga Ustadz Amar ar-Risalah. Saya memang sangat menantikan kajian offline seperti ini. Jadi ketika info kajian ini disebar, saya antusias dan Alhamdulillah ekspektasi saya terpenuhi. Mudah-mudahan umat semakin memahami Sirah Nabawiyah agar lebih memahami bagaimana menyikapi perbedaan pendapat di zaman ini,” ujar Dwi Pratiwi, salah seorang peserta yang datang dari Bekasi sore hari itu.*