Hidayatullah.com–Kelompok oposisi, Dewan Nasional, menempati kursi Suriah di Liga Arab Senin (25/03/2013), setelah beberapa lama kosong, pada pertemuan puncak organisasi itu di Doha, Qatar.
Seorang pejabat tinggi Liga Arab di Doha mengatakan kepada AFP bahwa dewan oposisi “telah diundang ke KTT Arab dan akan menempati kursi Suriah”
di Liga Arab yang memiliki 22 anggota.
Berita itu muncul sehari setelah pemimpin Koalisi Nasional Ahmad Mu’adz Al Khatib mengumumkan pengunduran dirinya.
Namun, Khatib mengatakan, dia akan berpidato di KTT “atas nama rakyat Suriah”. Sedangkan utusan koalisi ke Doha, Nizar al-Haraki, mengatakan, Khatib memimpin delegasi mewakili Suriah.
“Saya telah memutuskan untuk berpidato atas nama rakyat Suriah pada KTT Doha,” kata Khatib dalam pernyataan di halaman Facebook-nya. Ia mengatakan, mengambil keputusan hadir setelah berdoa dan berkonsultasi dengan teman-teman.
“Ini tidak terkait dengan pengunduran diri yang akan dibahas nanti,” tambahnya.
Koalisi mengatakan pihaknya menolak pengunduran diri Khatib.
Haraki mengatakan kepada AFP bahwa Khatib akan “memimpin delegasi dengan delapan anggota dalam KTT dan akan menempati kursi Suriah”. Delegasi akan mencakup perdana menteri dari kelompok pejuang Suriah, Ghassan Hitto.
Liga Arab pada tanggal 6 Maret menyerukan koalisi “untuk membentuk suatu badan eksekutif guna menduduki kursi Suriah” dan menghadiri pertemuan puncak itu, meskipun Irak dan Aljazair telah menyatakan keberatan. Sementara Libanon abstain terhadap keputusan itu.
Liga pada bulan November 2011 menangguhkan keanggotaan Suriah, setelah Damaskus gagal melaksanakan kesepakatan Arab yang dirancang untuk mengakhiri kekerasan terhadap demonstran.
Langkah itu muncul setelah rezim Presiden Bashar al-Assad melakukan tindakan keras berdarah terhadap oposisi yang telah berubah menjadi perang sipil dengan lebih 70.000 orang telah tewas, menurut angka PBB.
Anggota Koalisi Nasional, Ahmad Ramadhan mengatakan, Khatib hadir dalam KTT di bawah “tekanan kuat para menteri luar negeri Arab dan dari dalam koalisi guna mempertimbangkan kembali keputusannya (mengundurkan diri).”
Qatar juga telah mendesak Khatib membatalkan keputusannya, sehari setelah pemilihan Hitto di Istanbul.
Dilaporkan Gulf Times, Selasa (26/03/2013), Al-Khatib tidak memberikan penjelasan lengkap mengenai keputusannya untuk berhenti. Dalam satu pernyataan pada hari Minggu (24/03/2013), ia mengatakan, mengundurkan diri agar bisa bekerja lebih leluasa.
Seorang anggota oposisi Suriah, yang meminta anonimitas, mengatakan kepada AFP bahwa pengunduran diri Khatib sebagai bentuk “kepedihan mendalamnya atas kegagalan internasional memenuhi janji untuk bantuan”.*