Hidayatullah.com—Asosiasi Medis Korea Selatan (KMA) telah memperingatkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 dan pemogokan yang sedang berlangsung oleh dokter peserta pelatihan dapat menyebabkan banyak bangsal darurat di Korea Selatan ditutup bulan depan.
Namun pemerintah melalui Kementerian Kesehatan membantah adanya risiko penutupan ruang gawat darurat yang dilakukan oleh KMA.
Sebab, klaimnya, pemerintah akan selalu memberikan dukungan tambahan bila diperlukan.
Ribuan dokter peserta pelatihan berhenti bekerja pada tanggal 20 Februari untuk memprotes rencana pemerintah yang menambah jumlah dokter secara drastis.
Situasi dilaporkan semakin kritis ketika banyak dokter juga dikabarkan sedang berlibur karena libur umum bersamaan dengan Festival Chuseok.
Namun pemerintah melalui Kementerian Kesehatan membantah adanya risiko penutupan ruang gawat darurat yang dilakukan oleh KMA.
Sebab, klaimnya, pemerintah akan selalu memberikan dukungan tambahan bila diperlukan.
Sebelumnya, ribuan dokter peserta pelatihan berhenti bekerja pada 20 Februari untuk memprotes rencana pemerintah menambah jumlah dokter secara drastis.
Rencana tersebut dilaporkan penting untuk mengatasi kekurangan dan melayani populasi lanjut usia di Korea Selatan.
Pemogokan para dokter menilai rencana pemerintah akan mengikis kualitas layanan kesehatan.
Setelah itu, kata KMA, jika gelombang kasus Covid-19 mencapai puncaknya pada September, maka akan terjadi lonjakan pasien sehingga unit gawat darurat harus ditutup secara berurutan.
Korea Selatan saat ini mengalami peningkatan kasus Covid-19 pada bulan ini, namun Kementerian Kesehatan setempat menyatakan bahwa lebih dari 95 persen pasien merupakan kasus yang dapat dirawat di klinik.*