Hidayatullah.com– Zionis Israel membombardir banyak rumah sakit di Jalur Gaza hingga nyaris tidak ada layanan kesehatan yang bisa diberikan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Seorang aktivis Palestina di London bertekad untuk memberikan kontribusi meskipun kecil dengan berjualan minuman ringan berkarbonasi Gaza Cola, yang keuntungannya akan dipakai untuk membangun kembali RS Karama.
Osama Qashoo, pembuat Gaza Cola, berharap minuman tersebut menjadi alternatif dari Coca-Cola dan hasil penjualannya akan dipergunakan untuk membangun kembali RS Karama di bagian utara Gaza yang dihancurkan oleh pasukan Zionis Yahudi Israel.
“Rumah sakit itu hancur menjadi puing-puing tanpa alasan yang jelas, seperti semua rumah sakit di Gaza,” kata sineas berusia 43 tahun itu, yang juga aktivis HAM, dan sekarang pembuat minuman bersoda, seperti dilansir The Guardian Rabu (8/1/2025).
Qashoo memilih RS Karama sebagai tujuan usahanya semata-mata karena rumah sakit itu relatif kecil sehingga lebih mudah untuk dibangun kembali dan tidak terlalu membutuhkan banyak biaya.
Dia tidak menyebutkan berapa kiranya jumlah uang yang dibutuhkan, atau kapan kiranya keinginannya tersebut bisa diwujudkan, tetapi dia optimistis berkata, “Kita boleh memiliki impian … kita harus bermimpi, kalau tidak kita tidak bisa bertahan hidup.”
Qashoo sudah membuat rancangan desain, peralatan medis dan bahkan tata penerangan rumah sakit yang akan dibangunnya. Namun, untuk sementara ini dia dan kawan-kawan sudah membangun rumah sakit lapangan di lokasi lain di Gaza dengan memanfaatkan parasut-parasut bekas pengiriman bantuan lewat udara.
Meskipun bukan seorang penggemar minuman bersoda, Qashoo pertama kali mendapatkan ide tentang Gaza Cola pada November 2023. Minuman berkarbonasi itu dikemas dalam kaleng berwarna merah, berhiaskan bendera Palestina dan kefiyeh khas Palestina. Gaza Cola ditulis dalam kaligrafi Arab.
Menurutnya, kemasan pada Gaza Cola merupakan pesan sindiran, terutama kepada perusahaan-perusahaan besar yang berinvestasi dalam perdagangan senjata, yang mendanai negara penjajah Israel.
Coca-Cola, yang menjadi target pemboikotan gerakan BDS, dikabarkan memiliki pabrik di Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel. Qashoo melihat perusahaan minuman ringan itu sebagai perwakilan dari semua perusahaan besar yang sama sekali tidak peduli terhadap manusia dan kemanusiaan.
Seruan boikot Coca-Cola dan Pepsi marak di negara-negara Timur Tengah, dan terbukti menjadi angin segar bagi produsen minuman lokal.Qashoo berharap orang lebih memilih untuk menikmati Gaza Cola daripada minuman merk ternama yang selama ini dikenal sebagai penyokong Israel.
Sampai akhir tahun 2024, sudah lebih dari 500.000 kaleng Gaza Cola terjual. Lewat online, paket 24 kaleng dijual seharga £30 dan paket 6 kaleng dibandrol £12. Penjualannya sudah merambah ke berbagai daerah di Inggris, bahkan ke luar negeri seperti Spanyol, Australia, Afrika Selatan dan Kuwait. Namun, keluarga dan teman-teman Qashoo di Gaza dan Tepi Barat yang ingin mencicipinya, sayangnya belum bisa mendapatkan minuman ringan tersebut.
Qashoo merupakan seorang pendukung gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS). Pada 2001, dia bersama temannya mendirikan International Solidarity Movement (ISM) dan ambil bagian dalam Gaza Freedom Flotilla pada 2010.
Berasal dari Nablus, di Tepi Barat, Qashoo menetap di Inggris sejak dia terpaksa meninggalkan Palestina lebih dari 18 tahun lalu. Dia pernah ditembak, dijebloskan ke penjara dan disiksa oleh pasukan penjajah.
Tahun 2024, Qashoo membuka Palestine House, sebuah tempat di bagian tengah London di mana orang-orang Palestina dan para pendukungnya bisa bertemu, berkumpul membahas masalah politik hingga budaya.*