Hidayatullah.com–Tidak seorang pun berani berharap Radovan Karadzic akan ditangkap. Tapi begitu kabar baik ini dipahami, barulah muncul kegembiraan. Terus menyeruak pula kegirangan akhirnya Karadzic akan diadili di Tribunal Yugoslavia, ICTY, di Den Haag.
Di Srebrenica, kota kecil yang pada tahun 1995 berlangsung pembantaian massal pria Muslim, Selasa pagi kemarin kabar baik ini belum didengar banyak orang. Avdo Purkovic bekerja di satu-satunya hotel di Srebrenica. Ia hampir tidak percaya bahwa Radovan Karadzic ditangkap.
“'Benar? Dia ditangkap? Saya tidak tahu itu, saya baru bangun. Tapi itu baik, luar biasa. Saya seperti terkenal syok. Saya akan lebih senang lagi kalau Mladic yang ditangkap, bukannya Karadzic. Keduanya berbuat hal-hal yang kejam,” ujarnya dikutip Radio Nedherland.
Avdo Purkovic tidak takut bahwa penangkapan Karadzic akan menyebabkan kerusuhan di Srebrenica. Di kota kecil itu jumlah orang Serbia dan Muslim hampir sama. Tapi ia berpendapat banyak orang Serbia akan marah menanggapi penangkapan Karadzic. Tokoh ini masih dianggap sebagai pahlawan. Tapi kemarahan itu, demikian Purkovic, tidak akan menyebabkan bangkitnya kerusuhan.
Lain halnya dengan Inesa Jasarevic tenang. Inesa tinggal di Belanda, tapi kini tengah berlibur ke rumah kakek-neneknya di Bratunac, sebuah desa dekat Srebrenica. Ia mendengarkan berita penangkapan Karadzic larut malam, melalui sms di telpon genggamnya.
Awalnya dia berpikir, orang cuma bercanda saja. Tapi ketika pada pagi berikutnya ingin sarapan bersama kakek-neneknya, ternyata berita itu benar. Di Bratunac, warga Muslim merayakan sederhana saja penangkapan Karadzic. Ini untuk tidak menyulut warga Serbia di desa tersebut.
“Kakek-nenek saya bicara pelan-pelan saja, sehingga tidak bisa didengar tetangga,” ujar Inesa Jasarevic. Wanita ini kemudian mendesaknya supaya meninggalkan desa itu. Ia takut akan amarah penduduk Serbia. Tapi sejauh ini, amarah itu tidak terlihat, kata Inesa. Jalan-jalan sangat sepi. Kendati demikian, Inesa bersama kakek-neneknya akan meninggalkan Bratunac.
Lain halnya dengan Hasan Nuhanovic. Ia bersikap dingin terhadap berita penangkapan Karadzic. Semasa pembunuhan massal Srebrenica, ia bekerja sebagai penerjemah untuk pasukan Belanda, Dutchbat, yang harus melindungi wilayah kantung Muslim terhadap tentara Serbia-Bosnia. Nuhanovic kini terlibat perkara terhadap pemerintah Belanda. Semasa jatuhnya Srebrenica, ayah dan kakaknya diusir dari kompleks Dutchbat oleh Mayor Fanken. Tidak pernah menjadi jelas apa terjadi dengan mereka. Menurut Nuhanovic, pemerintah Belanda kurang memberikan perlindungan. Menurutnya, Karadzic hanya merupakan bagian dari masalah.
“Ia hanya bagian dari masalah. Ada ribuan penjahat perang di Bosnia. Mereka tinggal di pemukiman kami. Mereka pun harus ditangkap. Penangkapan Karadzic terlambat 13 tahun! Dengarkan saya: laki-laki ini tidak punya arti apa-apa untuk saya. Saya dan juga korban selamat genosida Srebrenica lainnya tidak pernah akan puas. Kami harus hidup dengan penderitaan kami sampai akhir hidup', ujar Hasan. [rnwl/hidayatullah.com]