TAK begitu sulit menuju Tugu Khatulistiwa. Tugu yang menjadi ikon kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) ini terletak 3 KM dari pusat kota Pontianak. Perjalanan hanya memakan waktu kira-kira 30 menit dengan sepeda motor.
Jalan cukup ramai tapi tak begitu macet. Ketika itu, cuaca di sekitar tugu terasa tidak terlalu panas. Awan hitam bergelayut di langit. Tapi, hanya beberapa menit saja. Setelah itu, hilang dan muncul matahari dari balik awan. Cuaca pun berubah menyengat.
Suasana di tugu ketika itu masih sepi. Belum ada pengunjung, hanya ada lima petugas. Tampaknya, hidayatullah.com pengunjung pertama hari itu.
“Dari mana, Mas?” tanya petugas, Misbar. Petugas berseragam PNS itu lalu menyodorkan buku tamu. Ia menyuruh penulis mengisi nama, asal, kesan, dan tanda tangan. Mengunjungi tempat ini tidak dipungut biaya. Pengunjung hanya disarankan mengisi kotak kebersihan yang berada di sudut ruangan.
Gedung tugu didesain agak bundar dan luas. Di setiap sudut ruangan ada beberapa keterangan mengenai titik kulminasi dan tugu khatulistiwa. Ada juga beberapa dokumentasi berupa poto dan tulisan peringatan terjadinya titik kulminasi.
Di gedung tugu ini, ada dua Tugu Khatulisitwa. Satu di luar dan satunya lagi di dalam gedung.
“Yang di dalam ini tugu yang asli,” kata Misbar sambil menunjukkan tugu yang terletak di tengah-tengah gedung bundar itu.
Tugu itu terdiri dari empat tonggak kayu belian. Masing-masing berdiameter 0,30 meter. Ketinggian tonggak bagian depan setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter. Seperti yang tertera dalam keterangan di gedung ini, tugu itu dibangun tahun 1928 setelah ahli Geografi berkebangsaan Belanda datang ke Pontianak dan menentukan titik ekuator.
Dan, ditemukanlah titik kulminasi pada nol derajat. Titik kulminasi itu adalah kejadian ketika matahari berada tepat di garis bujur tempat manusia berdiri. Hal itu hanya terjadi pada 21-23 Maret dan 21-23 September. Ketika titik kulminasi matahari terjadi, tidak ada bayangan karena tugu khatulistiwa tepat pada garing lintang nol derajat pada saat itu.
Penemuan itu ternyata dikoreksi oleh Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Koreksi itu dilakukan dengan menggunakan gabungan metode terestrial dan ekstraterestrial. Hasilnya, posisi tepat Tugu Khatulistiwa saat ini berada di dekat Sungai Kapuas. Atau tepatnya 117 meter dari Tugu yang sekarang.
“Setelah dikoreksi ulang, ternyata titik nol derajatnya berada di dekat sungai sana. Di sana ada tandanya,” ujar salah seorang petugas perempuan.
Waktu terus beranjak. Satu persatu pengunjung datang. Ketika itu, datang serombongan bus. Mereka pun berkeliling ruangan memerhatikan foto dan keterangan di sudut-sudut dinding. Setelah itu, mereka melihat tugu dan berpose dan berfoto bersama.
Seorang petugas memberikan penjelasan tentang Tugu Khatulistiwa dengan mikrofon. Selain tugu, di sini juga terdapat souvenir tugu khatulistiwa. Bentuknya kecil dan diletakkan dalam kaca. Harganya berbeda-beda. Ada yang Rp 30 ribu hingga Rp 150 ribu.
“Kalau yang bisa berputar Rp 150 ribu, agak mahal sedikit,” ujar seorang petugas.
Petugas menyiapkan pernik lainnya. Seperti kaos khas Pontianak, Kalbar. Kaosnya bergambar dan motif macam-macam. Ada gambar batik Dayak, gambar Tugu Khatulistiwa, dan tulisan kalimat khas Pontianak. Cukup menarik dan menggelitik.
Riset
Tugu Khatulistiwa ternyata memiliki daya pikat cukup besar bagi wisatawan. Bukan saja bagi wisatawan domestik, tapi juga mancangera. Per hari, menurut data petugas, jumlahnya bisa mencapai sekitar 200 orang. Untuk bulan Oktober 2011 saja, total pengunjung wisatawan domestik 5.799 orang. Angka tertinggi dari DKI Jakarta sebanyak 1.840. Sedangkan posisi ke dua dari Kalbar sendiri dengan jumlah 1.738 orang.
Jumlah pengunjung luar negeri juga cukup banyak, total semuanya 604. Pengunjung tertinggi dari Malaysia 336 sedangkan dari Australia 90 orang.
Biasanya, mereka datang ke tempat ini untuk dua tujuan: jalan-jalan atau riset. Paling banyak, untuk berwisata. Untuk dari Malaysia, katanya lebih banyak dari Serawak, Kucing dan daerah dekat perbatasan Indonesia. “Biasanya pengunjung datang rombongan ketika ada acara di Pontianak,” terang Misbar.
Ayat Kauniyah Allah
Tugu Khatulistiwa memang menyedot perhatian banyak orang. Pasalnya, tidak semua negara memiliki titik ekuator. Setidaknya, di seluruh dunia, hanya ada 10 negara. Dan, Indonesia salah satunya.
Karena itu, tak heran bila Tugu Khatulistiwa memiliki nilai kebanggaan tersendiri bagi warga Indonesia. Selain itu, tempat ini bisa menjadi media tadabbur atas kekuasaan Allah SWT.
Karena itu, tak sedikit pengunjung yang sengaja datang untuk melihat ayat kauniyah Allah itu.
“Subnalllah. Saya betul-betul bertasbih melihat kekuasaan Allah SWT yang begitu besar di Pontianak ini. sungguh ini ayat kauniyah yang tak terkira,” kata Yudi, warga asli Sambas, Kalbar yang ketika itu mengunjungi tugu.
Menurut Yudi, selain bisa menjadi tempat kajian ilmu pengetahuan, Tugu Khatulistiwa juga bisa menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan melihat keajaiban titik kulminasi matahari nol derajat itu, jelas bahwa kekuasaan Allah itu sangat hebat.
“Karena itu, betul bila dikatakan manusia itu tak ada artinya bila dibanding kekuasaan Allah yang luar biasa,” terangnya. “Dengan melihat ini, seharusnya kita semakin dekat dan takut kepada-Nya,” katanya lagi.
Sayangnya, bila melihat bagian luar tugu ini, terkesan kurang terurus. Di sudut-sudut dindingnya banyak ditumbuhi rumput liar. Sebagian dindinya juga agak menghitam ditumbuhi lumut.
Selain itu, tempat ini juga kerap menjadi tempat muda-mudi yang bisa mengganggu pemandangan.
“Seharusnya, tidak saja bagian dalamnya yang bersih, tapi juga luarnya. Sayang kalau ada lima pegawai, tapi bagian luar gedung kurang terurus,” ujar Yudi mengomentari.*