SEBUAH kaligrafi indah tertulis di atas pintu “Masyaa Allah Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah” mengingatkan setiap orang akan keagungan Allah Subhanahu Wata’ala. Jangan keliru, untaikan kalimat ini bukan di masjid atau mushollah, tetapi di toko. Tepatnya, berada di pintu masuk toko El Tauheed.
El Tauheed wa el Nour, demikian nama lengkapnya adalah nama sebuah toko di Mesir. Ini adalah sebuah tokoh cukup besar dan sudah tidak asing lagi. Dengan memiliki puluhan cabang yang tersebar di mana-mana, El Tauheed cukup dikenal bagi masyarakat Mesir sendiri atau orang asing yang tinggal di negeri ini.
Sekilas memang tampak biasa, namun jika kita selidiki ternyata toko ini memiliki keunikan luar biasa.
Tidak sebagaimana umumnya toko-toko di kota yang selalu memburu pelanggan pada jam-jam sibuk. El Tauheed justru tutup pada saat jam-jam shalat tiba, justru di mana biasanya para pelanggan datang.
“Mughlaq Li Ash Shalah” (Tutup pada waktu shalat), demikian salah satu pesan tertulis di pintu masuk salah satu cabang El Tauhid, di Nasr City, Kairo.
“Ketika waktu shalat tiba, maka toko akan ditutup sementara. Ini dilakukan setiap waktu shalat,” demikian ujar Salim (28), salah satu karyawan El Tauhid kepada hidayatullah.com, Sabtu (22/02/2014) menjelang shalat Dhuhur.
Menurut Salim peraturan ini awalnya dating dari sang pemilik toko yang dikenal sangat taat menjalankan syariat Islam. Selain itu, peraturan ini disampaikan karena perhatian sang pemiliki pada hak karyawan untuk beribadah.
“Beliau sudah sepuh, tapi berpegang teguh dengan agama dan sangat memperhatikan ibadah para karyawan,” tutur salim kepada hidayatullah.com.
Tak hanya peraturan tutup di saat jam-jam shalat, sisi lain yang menarik dari toko ini adalah banyaknya nasehat dan pesan di dinding tokoh yang umumnya mengingatkan masalah kebaikan.
Sebagai contoh, di dinding bagian dalam toko ramai terpajang ayat al-Qur’an surat Al-Ahzab atay 59 yang artinya,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Salim, ayat-ayat ini disesuaikan dengan barang yang dijual. Jika berada di tempat penjualan pakaian-pakian wanita, maka nasehat dan pesannya banyak berisi tentang masalah kewanitaan atau keharusan wanita menutup aurat jika berada di luar rumah.
Atau nasehat tentang larangan mencuri, yang bertujuan mengingatkan orang kepada Allah dan menyadarkan orang yang hendak mencuri.
“Tulisan ayat itu ditempel agar orang-orang ingat Allah supaya yang mau mencuri membatalkan niatnya,” ujar salim.
Hafalan al-Quran
Yang tidak kalah menarik, toko ini menerapkan peraturan yang merupakan peraturan yang wajib dipenuhi para karyawannya. Di mana setiap karyawan yang ingin bekerja di El Tauhid, diharuskan punya hafalan al-Qur’an walaupun sedikit.
Karenanya tak sedikit para karyawan memiliki beberapa hafalan. Ada yang hafal lima belas juz, sepuluh juz, ada juga yang hafal dua juz. “Pemilik mensyaratkan yang masuk El Tauhid harus punya hafalan al-Qur’an dan disiplin,” papar Salim yang mengaku sudah hafal lima belas juz.

“Bagi yang hafal tiga puluh juz, maka pemilik toko akan memberikan penghormatan khusus berupa penempatan kerja yang lebih nyaman,” tambahnya.
Dengan memiliki sekitar 60-70 cabang, El Tauhid memberlakukan jam kerja selama dua belas jam dalam sehari, mulai dari pukul 10.30 sampai pukul 23.30 waktu Mesir.
Jika ada karyawan yang terlambat masuk kerja tanpa alasan yang syar’i, maka harus siap menerima denda.
“Jika ada karyawan yang terlambat kerja, maka dia harus mengeluarkan uang dari sakunya satu atau dua junaih (1 junaih sekitar Rp 1.700) atau sesuai kebijakan direktur.
Sepenggal cerita dari El Tauheed ini setidaknya memberikan pesan penting bahwa dakwah bisa dilakukan di mana saja, tidak hanya di masjid atau mushollah.*/Jundi Iskandar (Mesir)