Hidayatullah.com-Masifnya kristenisasi yang dilakukan secara terang-terangan belum lama ini, ditanggapi berbeda oleh Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), Arif Wibowo, ia mengkritisi dakwah yang selama ini dilakukan sebagian kelompok yang menolak kebudayaan.
“Keislaman kita terpisah dengan pemahaman kebudayaan. Bahkan seolah-olah ketika ada kebudayaan yang menjaga agama maka itu dianggap sebagai bid’ah yang menodai agama, ini yang menjadi masalah dan merupakan pekerjaan rumah besar bagi umat Islam, karena Kristen dan Katolik menggarap hal ini”, kritiknya saat mengisi kajian Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) bertajuk “Tinjauan Historis Kristenisasi Indonesia” di Sekretariat INSISTS, Kalibata, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret ini juga mengkritik dakwah yang terlalu galak dan langsung memvonis.
“Kita mesti (kebudayaan) Jawa itu musyrik, (kebudayaan) Jawa itu bid’ah, dakwah itu mengusir orang bukan yang mengajak orang. Kita terlalu galak, dan langsung memvonis, bahasa yang seperti ini harus diubah,” ungkapnya.
Orang Islam itu, menurutnya, kehilangan kemampuan untuk membangun jembatan antara kultur dengan agama. Selain itu, ia mengatakan umat Islam selalu dalam posisi yang terlambat bertindak.
“Kita selalu dalam posisi yang terlambat bertindak. Tau-tau sudah ada komunitas agama lain di sekitar kita dan sudah ada pembangunan gereja di sekitar kita dan biasanya umat Islam baru bereaksi,” ujarnya lagi.
Kesilauan umat Islam terhadap modernisme justru menyebabkan muslim di Indonesia sangat gagap ketika harus berbicara tentang kebudayaan lokal, bahkan seolah setiap wacana kebudayaan adalah bid’ah najis yang harus dihilangkan dari tubuh umat Islam.
Lebih jauh, ia mengajak umat Islam, khususnya di Jawa, mulai mengaktifkan halaqah-halaqah kebudayaan, untuk mencari wujud ekspresi yang pas di dalam ruang yang bernama Indonesia, khususnya Jawa.* /Sarah Chairunnisa