Hidayatullah.com- Jum’at (23/01/2015) Siang ini, Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU menggelar diskusi budaya dengan tajuk “Abad Kejayaan: Antara Fiksi, Sejarah, dan Agama.” di Aula Lantai 5 Kantor PBNU Jakarta Pusat.
Acara tersebut menghadirkan tiga pembicara sekaligus yaitu: Danang dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menggantikan Idy Muzayyad (Wakil Ketua KPI), KH Masdar Farid Mas’udi (Rais Syuriah PBNU), Zastrouw Ngatawi, M.Si.
Dalam pemaparan Zastrouw Ngatawi, selaku Ketua Lesbumi PBNU yang menyampaikan beberapa pandangan.
Di antaranya memahami dan menghargai sikap dan protes sekelompok masyarakat yang merasa keberatan atas beberapa adegan dalam film “King Suleiman”. Namun Lesbumi menolak menghentikan proses kreatif dan menghilangkan momentum budaya yang bisa menjadi sarana dialog. [Baca: Anggota DPR Desak ANTV Hentikan Film King Suleiman]
Selain itu, meminta kepada pihak stasiun yang menyiarkan film “King Suleiman” untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat jika film itu merupakan film fiksi yang berlatang belakang sejarah, bukan film dokumenter yang bisa dijadikan rujukan, baik di awal atau akhir penayangan.
Untuk menghindari benturan budaya akibat perbedaan nilai moral etik dan estetik yang ada di masyarakat, Lesbumi meminta pihak stasiun yang menayangkan film fiksi dengan latar belakang sejarah tersebut perlu mensensor adegan-adegan vulgar yang dianggap tidak sesuai dengan budaya, nilai, moral dan etika masyarakat.*