Senin, 26 September 2005
Analisa Berita:
Hidayatullah.com–Politik adu domba yang dilakukan oleh Amerika dan Ingris untuk membuat perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni Iraq akhirnya terungkap. Selama ini setiap ada penyerangan bom bunuh diri atau bom mobil terhadap rakyat sipil, kaum Syiah atau pun kepolisian nasional Iraq, media masa di Iraq ataupun di negeri-negeri Barat, selalu menyalahkan kelompok Sunni dibawah komando pemimpin Al-Qaida, Al Zrqawi.
Walaupun banyak saksi yang mengatakan bahw bom-bom tersebut direkayasa oleh tentara Amerika atau Ingris sendiri untuk terjadinya perang saudara antara Syiah dan Sunni di Iraq, tetapi hal tersebut tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah Iraq ataupun kelompok Syiah sendiri.
Tetapi anggapan masyarakat Iraq yang meyakini bahwa yang merekayasa bom-bom terhadap rakyat sipil, anak-anak dan kelompok Syiah adalah tentara Amerika dan Ingris sendiri pada akhirnya mendapatkan bukti. Beberapa hari lalu, polisi Iraq di Basra pada hari senin tanggal 19 September menghentikan sebuah mobil yang mendekati kantor polisi mereka karena mereka mencurigai dua orang di dalam mobil tersebut berpakaian Arab, dan salah seorangnya berpakaian seperti ulama Sunni.
Ketika mereka mencoba mengehentikan, mobil tersebut malah melaju terus dan menembaki mereka, akhirnya setelah dibantu oleh beberapa mobil polisi Iraq, mobil tersebut akhirnya bisa dihentikan.
Mereka menemukan mobil tersebut dipenuhi dengan bahan-bahan peledak. Dan diketahui bahwa yang didalam mobil tersebut adalah dua orang Ingris yang berpakaian sipil Iraq. Dua orang ini akhirnya ditahan oleh polisi Irak.
Kepolisian Iraq menuduh tentara Ingris berencan akan menanamkan bom di markas kepolisian di Basra, tetapi komando pasukan Ingris di Basra menolak dan melaporkan bahwa itu adalah tentara mereka berpakaian sipil melakukan “tugas rahasia”.
Sementara rakyat sipil di Basra ketika mengetahui hal tersebut, meyakini bahwa selama ini yang melakukan pemboman terhadap rakyat sipil, anak-anak dan tentara nasional adalah tentara Ingris sendiri. Maka mereka melampiaskan kemarahan mereka tersebut kepada tentara Ingris dengan melemparkan bom molotov dan batu ke atas tank yang sedang berpratoli. Kejadian tersebut menyebabkan dua penduduk sipil Iraq meninggal.
Sementara itu Ingris sepertinya tidak mau rahasia mereka terungkap, sebelum kedua tentara mereka berbicara, mereka menyerang dan meluluhlantakan markas besar kepolisian Iraq di Basra hanya untuk membebaskan kedua tentara mereka tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar tahanan di kepolisian tersebut melarikan diri.
Peristiwa ini meyakinkan rakyat Iraq bahwa dalang di balik pemboman sipil, dan terhadap kaum Syiah selama ini didalangi oleh para tentara sekutu, Inggris untuk menciptakan perang saudara antara Syiah dan Sunni.
Kejadian penyamaran dua tentara Inggris itu menambah keyakinan penduduk Basra bahwa mereka dibalik rekayasa berdarah. Ditambah lagi kedua orang tersebut justru melawan saat dihentikan polisi.
Keyakinan warga sipil akan tabiat tentara sekutu (dalam hal ini Inggris) itu semakin meyakinkan mereka tatkala dua pasukan Ingris menyerang dan meluluhlantakan markas besar polisi di Basra untuk menyelamatkan dua rekan mereka. Peristiwa ini menambah keyakinan mereka bahwa Ingrislah di balik semua pengeboman rakyat sipil di Basra.
Basra yang dikenal penduduk dengan mayoritas Syiah sering mendapatkan peristiwa berdarah di mana serangkaian pengeboman terhadap penduduk sipil dengan korban kelompok Syi’ah. Kejadian-kejadian ini, seolah-olah ingin mengesankan bila kelompok Sunni lah pelakunya.
Walau begitu, rakyat Iraw mengetahui bahwa ini adalah politik adu domba yang dilakukan penjajah terhadap mereka.
Sementara itu, meski di dalam negeri Iraq sendiri mulai paham scenario-skenario itu, sikap tentara Inggris di Iraq terus dikecam berbagai tokoh. Kemarin, Penasehat Ketua Dewan Tinggi Revolusi Islam Iraq, Sayyid Muhsin Hakim, menilai aksi militer Inggris di kota Basrah telah melanggar seluruh ketentuan internasional.
Seperti dilaporkan Kantor Berita FARS, sambil menyinggung aksi Militer Inggris membebaskan secara paksa dua personilnya dari tahanan pasukan keamanan Iraq di kota Basrah, Muhsin Hakim menuntut pasukan asing untuk mematuhi ketentuan dan UU di Iraq.
Peristiwa serangan pasukan Inggris mengepung markas tempat penahanan dua tentara Inggris di kota Basrah menunjukkan, bila pasukan multinasional di Iraq tak menghargai konstitusi hukum di negeri itu. (M Yusuf. dari berbagai sumber)