Hidayatullah.com—Mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengambil uang 50 juta euro lebih (>629 milyar rupiah) dari mendiang pemimpin Libya Muammar Qadhafi, kata seorang hakim Prancis dilansir Al-Arabiya Kamis (3/1/2013).
Pengusaha kelahiran Libanon Ziad Takieddine mengatakan kepada hakim yang memeriksanya bahwa dia memiliki bukti tertulis transfer uang ilegal dari salah satu putra Qadhafi kepada Sarkozy melebihi 50 juta euro, lapor koran Inggris Independent.
Uang yang dikirim pemimpin Libya itu dipergunakan untuk mendanai kampanye pemilihan presiden pertama Sarkozy tahun 2006-2007, di mana transfer uang dalam jumlah sangat besar itu terus berlangsung sampai sebelum Qadhafi tumbang, yang antara lain akibat serangan udara yang dilancarkan oleh Prancis dan Inggris pada tahun 2011.
Tuduhan serupa pernah muncul pada April tahun 2012. Namun, jurubicara kampanye Sarkozy dulu, Nathalie Kosciusko-Moziret, menyangkal tuduhan terbaru ini dengan mengatakannya sebagai tuduhan yang menggelikan dan dikarang oleh kelompok pendukung Presiden Francois Hollande.
Dalam emailnya kepada AFP, wanita itu mengatakan bahwa dana kampanye Sarkozy tahun 2007 sudah dinyatakan bersih oleh Dewan Konstitusi.
Dalam dokumen berbahasa Arab bertahun 2006, yang menurut Mediapart ditandatangani oleh kepala intelijen luar negeri Qadhafi, Mussa Kussa, disebutkan kalimat “kesepakatan dalam rangka mendukung kampanye calon pemilihan presiden, Nicolas Sarkozy, sebesar 50 juta euro.”
Kelompok sayap kiri Prancis membuat dugaan serupa pada 12 Maret tahun lalu yang dimuat dalam situsnya, berdasarkan kesaksian dari seorang mantan dokter dari seorang pemasok senjata Prancis yang diduga mengatur uang kampanye Sarkozy.
Menurut Telegraph, Tekieddine yang menjadi pusat perhatian dalam kasus dugaan uang haram dalam kampanye Sarkozy, merupakan seorang fixer yang mengatur perjanjian legal (diduga termasuk yang ilegal) antara Prancis dan Timur Tengah selama 20 tahun.
Dalam pernyataannya kepada koran Le Parisien, Tekieddine mengatakan bahwa apa yang diungkapkannya itu merupakan bagian dari kesepakatan hukum dengan peradilan Prancis, di mana di dalamnya termasuk mengungkapkan siapa saja politisi Prancis yang menerima dana dari Libya.
Qadhafi dibunuh agen Prancis
Pada akhir September 2012 muncul kabar yang mengatakan bahwa Muammar Qadhafi dibunuh bukan oleh pemberontak Libya, melainkan oleh seorang agen intelijen Prancis atau orang yang bekerja untuk intelijen Prancis yang menyusup di antara para pemberontak yang memburu Qadhafi.
Qadhafi dibunuh pada 20 Oktober 2011, dalam serangan di kampung halamannya di Sirte, setelah dia terdesak bersembunyi di sebuah pipa saluran pembuangan dan menyerah sambil mengangkat tangan memegang sebuah pistol emas.
Menurut sumber-sumber kuat di Libya, seorang pria Prancis menyusup kerumunan pemberontak yang menangkap Qadhafi tahun lalu, kemudian menembak kepalanya.
Libya Herald (27/9/2012) melaporkan, mantan perdana menteri sementara Mahmoud Jibril dalam wawancara dengan stasiun televisi Mesir Dream TVmengatakan, seorang agen intelijen asing yang melakukan pembunuhan atas Muammar Qadhafi dan bukan pemberontak Libya seperti yang disangka orang selama ini.
“Tujuannya adalah untuk membungkam Qadhafi selamanya, karena dia memegang banyak rahasia besar dan dokumen dan memiliki hubungan dengan banyak foreign security services,” kata Jibril, tanpa menjelaskan lebih lanjut security services asing apa yang dimaksudkannya dan tanpa memberi bukti.
Al Arabiya menyebut, pembunuh yang menghabisi nyawa pemimpin Libya itu bertujuan utama mencegah terbongkarnya hubungan Qadhafi dengan mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy, yang disebut-sebut mendapatkan dana jutaan dolar dari Qadhafi untuk pemilunya di Prancis tahun 2007. Baca berita sebelumnya Qadhafi Dibunuh Agen Prancis, Bukan Pemberontak Libya.
Nicols Sarkozy adalah seorang keturunan Yahudi yang berpaling memeluk agama Katolik Roma. Dia memiliki karir cemerlang dan pesat di dunia politik Prancis, berawal di Neuilly-sur-Seine sebagai anggota dewan pada usia 23 tahun. Mei tahun 2007 saat berusia 52 tahun dia resmi menjadi presiden Prancis ke-23. Setelah kalah dari Francois Hollande dalam pemilu 2012, Sarkozy mengundurkan diri dari dunia politik dan tenggelam dari kacamata publik seiring dengan merebaknya kabar uang haram yang dipergunakannya selama berkarir di dunia politik*