Hidayatullah.com -– Tidak adanya lokalisasi pekerja seks membuat penyebaran virus HIV/AIDS sulit terdeteksi. Demikian dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono saat berbicara di acara launching buku “Milineum Development Goals (MDGs) Sebentar Lagi” di Auditoriaum Meseum Nasional Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (31/1).
Ia melanjutkan, persoalan prostitusi bagai buah simalakama, jika dilokalisir bermasalah, tidak dilokalisir pun bermasalah.
Namun kata dia, apabila PSK dilokalisir dinilainya akan lebih mudah dieteksi.
“Kalau tidak malah semakin liar penularannnya. Karenanya, pembagian kondom gratis bagi mereka yang beresiko tinggi menjadi pilihan,” kata Agung Laksono.
Senada dengan itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Dr. Nafsiah Mboi, menilai tingginya tingkat penyebaran AIDS pada kaum perempuan, terutama disebabkan kurangnya kesadaran kaum pria menggunakan pengaman (kondom) saat melakukan hubungan intim.
Nafsiah bahkan menuduh, keberadaan Perda Perda Maksiat di beberapa wilayah di Indonesia dianggapnya tidak efektif untuk memberantas praktik seks bebas.
Ditanya hidayatullah.com mengenai alasan dari anggapannya itu, Nafsiah mengatakan masalah pelacuran tidak bisa diselesaikan semata dengan Perda Maksiat.
Cara-cara seperti merazia, menggelandang, atau menggaruk langsung ke tempat lokalisasi sebagaimana diatur dalam Perda, sama saja tidak memberikan perlindungan kepada pelaku sendiri.
“Selama Perda Maksiat itu ada, maka hanya akan menimbulkan masalah,” tuduhnya. *