Hidayatullah.com– Anggota DPR RI Mardani Ali Sera mengingatkan pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo pada periode kedua jabatannya, agar serius mempersiapkan manajemen optimalisasi bonus demografi Indonesia memasuki era 2020-2023.
“Perlu upaya serius mempersiapkan optimalisasi bonus demografi Indonesia. Kalau tidak bisa, ini akan menjadi pisau bermata dua, peluang atau ancaman,” kata Mardani dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (25/07/2019) kepada hidayatullah.com.
Seperti diketahui, Indonesia akan memasuki masa puncak bonus demografi dengan proyeksi jumlah penduduk usia produktif mencapai 68 persen, atau setara dengan 200 juta orang pada tahun 2020-2023 mendatang.
Legislator PKS ini memberikan kritik konstruktif dengan mengusulkan perlu adanya strategi dan perencanaan yang matang. Ia juga menyarankan agar hal itu diampu oleh satu kementerian koordinator yang menjadi sektor pemimpin untuk mempersiapkan manajemen optimaliasai bonus demografi ini.
Menurut Mardani, ada beberapa hal penting untuk dipersiapkan dalam manajemen optimalisasi bonus demografi Indonesia tahun 2020-2033.
“(Pemerintah) harus mempersiapkan strategi dan perencanaan yang matang lalu implementasinya perlu ditugaskan pada salah satu kementerian koordinator sehingga bisa menjadi salah satu konsenterasi strategis kebijakan pemerintah. ‘Kan sudah ada Kemenko bidang Pembangunan manusia dan kebudayaan RI, misalnya, mungkin kementerian ini bisa ditugaskan,” ujarnya.
Beberapa strategi yang diusulkan Mardani. Pertama, perlu meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar siap menghadapi tantangan ke depan, terutama perubahan teknologi yang begitu pesat.
Menurutnya, pekerjaan rumah (PR) negara meningkatkan angka usia pendidikan di Indonesia karena –berdasarkan data 2010-2014– masih didominasi oleh tingkat lulusan pendidikan SD dan SMP.
Kedua, kata Mardani, pendidikan di Indonesia terutama pendidikan tinggi dan vokasi, harus linear dengan kebutuhan industri 4.0. Artinya, kualitas SDM yang dicetak harus memiliki soft skill dan bisa berbahasa asing.
Ketiga, negara harus memberi kepastian pekerjaan bagi generasi muda ke depan. Karena, salah satu isunya adalah pengangguran dan sulitnya pekerjaan didapatkan.
Mardani mengatakan, anak muda tidak memerlukan belas kasihan, melainkan perlu diberikan peluang seluas-luasnya. Pemerintah harus menyadari di tahun 2024 merupakan eranya anak-anak muda.
Keempat, yang dinilai tidak kalah penting adalah mempersiapkan pendidikan akhlak dan karakter kepada generasi muda sekarang agar kuat menghadapi tantangan masa depan.*