Sambungan artikel KEDUA
Inggris dan Prancis:
Masing-masing negara menerima kurang-lebih 7.000 permintaan suaka dari pengungsi Suriah. Kemungkinan, Prancis akan menerima lebih banyak permintaan suaka setelah Presiden Prancis Francois Hollande mengumumkan negaranya siap menerima lebih banyak pengungsi dan menyediakan 24.000 suaka selama dua tahun ke depan.
Inggris, menempuh langkah yang sedikit berbeda. Perdana Menteri David Cameron setuju untuk menyediakan 20.000 suaka bagi para pengungsi Suriah dengan satu syarat: Inggris lebih memilih pengungsi yang ada di kamp di perbatasan Suriah daripada mereka yang sudah sampai di Eropa. Cameron beralasan, “Mereka yang ada di kamp dekat perbatasan lebih rentan (terhadap bahaya). Dan dengan begini mereka akan menempuh jalan langsung, yang lebih aman daripada harus menjelajah Eropa yang sayangnya telah menelan banyak korban.” Para pengungsi Suriah tersebut akan menerima visa pelindungan khusus kemanusiaan berdurasi 5 tahun dari Inggris.
Hungaria:
Meski menerima perlakuan buruk dari pemerintah Hongaria, UNHCR mencatat 54.145 permintaan suaka telah diajukan ke Hongaria. Ini peningkatan tajam dari laporan sebelumnya yang menyatakan Hongaria menerima “hanya” 18.800 permintaan suaka. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua permintaan suaka akan dikabulkan oleh pemerintah, sehingga ada kemungkinan permintaan sebanyak itu terjadi karena Hungaria adalah gerbang darat dari Eropa timur ke Eropa barat, wilayah-wilayah yang dituju oleh para pengungsi.
Kemungkinan peningkatan tersebut terpaksa terjadi karena hari Senin lalu (14 September 2015), Hongaria menutup seluruh perbatasan internasional mereka, menghadang para pengungsi untuk menuju negara impian mereka, menurut laporan independent.co.uk.

Austria:
Sebanyak 20.946 jiwa meminta Austria untuk memberikan mereka kewarganegaraan baru. Sama seperti Jerman, Austria bersedia memberikan suaka kepada para pengungsi yang memintanya. Kanselir Austria, Werner Faymann bahkan mengomentari tindakan Hongaria menjebloskan para imigran ke penjara sama dengan tindakan para Nazi mengirim kaum Yahudi ke kamp konsentrasi dahulu.
Negara Eropa Lainnya:
Hampir seluruh negara di Eropa menerima permintaan suaka dari para pengungsi Suriah. Denmark sejauh ini telah menerima sekitar 12.000 pengajuan, Spanyol sekitar 5.000, Belanda dan Bulgaria masing-masing lebih dari 15.000, serta lebih dari 8.000 pengajuan diterima oleh Swiss.
Anehnya, meski menjadi gerbang Eropa bagi mereka yang mengungsi lewat jalur laut dari Asia ke Eropa, Italia dan Yunani menerima permintaan suaka jauh lebih sedikit dari negara-negara di Utaranya. Italia mencatat hanya sedikit di atas 2 ribu permintaan suaka, dan Yunani hanya sedikit di atas 3 ribu permintaan.
Apa yang Amerika Utara Lakukan?
Amerika Serikat:
Negara pimpinan Barack Obama tersebut mengklaim telah menerima 1500 orang pengungsi Suriah sejak 2011 saat konflik pertama meletus, dengan peningkatan tajam pada tahun ini, yaitu mencapai lebih dari 1000 orang pengungsi. Saat dituding negaranya hanya menerima terlalu sedikit pencari suaka, juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa Obama telah memerintahkan peningkatan kuota bagi para pengungsi Suriah, mencapai angka 10.000 suaka, tak mau kalah dengan negara tetangganya, Kanada.
Kanada:
Di Amerika Serikat, negara berbendera daun Maple tersebut memiliki stereotype positif bahwa orang-orang Kanada adalah orang yang ramah dan baik. Stereotype itu terbukti dengan kesediaan mereka menampung para pengungsi Suriah hingga 10.000 orang sampai 3 tahun ke depan. Sejak 2014, Kanada telah kedatangan lebih dari 2000 orang pengungsi Suriah.
Negara-negara Lainnya:
Australia telah setuju untuk menampung lebih dari 12.000 pengungsi Suriah ke negaranya, namun jauh sebelum Amerika dan Kanada bereaksi, Brazil telah mengumumkan bahwa mereka menyediakan visa kemanusiaan khusus bagi para pengungsi Suriah pada tahun 2013 silam. Kini, lebih dari 1.000 orang pengungsi Suriah tinggal di Brazil.
Meski ada laporan bahwa negara-negara Teluk tidak membuka pintu mereka kepada pengungsi Suriah, nyatanya Uni Emirat Arab telah memberikan tempat bagi 250.000 orang Suriah sejak 2011 lalu. “Kami ingin para pengungsi berada dekat dengan rumah mereka. Sehingga, jika sewaktu-waktu perang usai dan mereka ingin kembali ke rumah, mereka dapat pulang dengan mudah,” ujar juru bicara UEA kepada cnn.com.

Negara-negara Tanpa Pengungsi Suriah:
Amnesty International mencatat negara-negara kaya Rusia, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan tidak mengajukan ketersediaan sama sekali untuk menampung para pengungi Suriah, meski jika dilogika, wajar jika mereka tidak memberikan tempat bagi para pengungsi. Korea Selatan sesungguhnya masih resmi berperang dengan Korea Utara, meski masih ada pada situasi gencatan senjata tanpa akhir yang jelas. Singapura negara kecil dengan kepadatan penduduk tinggi, tanpa perlu ditambah lagi penduduknya. Entah apa alasan Rusia dan Jepang untuk tetap diam.
Amnesty International juga mencibir negara-negara teluk kaya seperti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Qatar untuk memberikan nol tempat kepada para pengungsi Suriah. Meski faktanya jauh lebih banyak dari Eropa [baca: Mayoritas Mengungsi ke Negara Arab, Sebagian Kecil ke Eropa [1]]
Meski demikian, umumnya, Negara Teluk tidak menandatangani perjanjian PBB tahun 1951 mengenai pengungsi.*/Tika Af’idah, dari berbagai sumber