Oleh: Sri Lestari
“Wanita dijajah pria sejak dulu,
Dijadikan perhiasan sangkar madu…”
ENTAH siapa penarik suaranya, jelasnya lirik lagu ini terbilang pernah tenar di masa dahulu. Sebuah stigma negatif kepada wanita yang terus menerus diperdengarkan kepada masyarakat Indonesia.
Pertanyaannya, benarkah ungkapan yang dipakai dalam lirik tersebut? Tentang ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki yang dipandang negatif oleh sebagian masyarakat.
Kini banyak pihak yang menentang masalah ketidaksetaraan tersebut dan menamakan diri mereka sebagai penganut dan pejuang mazhab feminisme.
Apakah benar laki-laki menjajah dunia dalam berbagai bidang? Apakah benar perempuan tidak bisa mengubah dunia? Bagaimana peran perempuan di dunia sebenarnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali datang dan pergi tanpa jawaban. Namun, sesungguhnya ada fakta yang perlu dicermati mengenai wanita, yaitu wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang juga diutus sebagai khalifah Allah untuk bumi ini.
Bukankah Allah tidak menyebutkan laki-laki yang diutus sebagai khalifah di muka bumi ini tetapi manusia. Bukankah yang Allah ciptakan bersama jin semata-mata untuk beribadah adalah manusia bukan hanya laki-laki.
Fakta ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk menjaga dunia sebagai amanat.
Fakta lain yang sering dilupakan oleh kaum feminis adalah perbedaan yang hakiki antara laki-laki dan perempuan. Apakah perempuan dan laki-laki itu sama? Tentu saja jawabannya adalah berbeda.
Perbedaan pertama yaitu kemampuan berbicara perempuan. Perempuan memiliki kemampuan bicara lebih banyak daripada laki-laki.
Perbedaan berikutnya, menurut penelitian yang dilansir oleh softpedia, Senin (4 Maret 2013), tim peneliti Universitas California dan beberapa Universitas di Madrid menyatakan bahwa meskipun perempuan memiliki otak yang kurang lebih delapan persen lebih kecil daripada otak laki-laki, mereka bisa melakukan tugas lebih cepat daripada laki-laki (Ayunda W. Savitri, Okezone.com: 2013).
Hal yang membedakan berikutnya adalah perempuan bisa melakukan pekerjaan berbeda secara bersamaan dengan baik, sementara laki-laki akan kesulitan jika mereka melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Oleh karena itu, seorang ayah yang sedang menyetir akan sulit berinteraksi aktif untuk mengobrol. Di sisi lain, seorang ibu diberikan potensi yang tepat, dia dapat memasak tetapi tidak melupakan tugasnya untuk mengawasi dan mengurus anaknya.
Seorang ibu juga tidak akan mengalami kesulitan untuk mengajarkan anaknya pelajaran sekolah di saat dia juga harus menyapu lantai. Allah menciptakan makhluk-Nya dengan segala pertimbangan yang luar biasa. Perbedaan yang dimiliki manusia memiliki hikmah tersendiri dari Allah.
Penciptaan laki-laki dan perempuan sudah dikonsepkan dengan sempurna oleh Yang Maha Esa, Allah. Mereka memang diciptakan berbeda dengan kemampuan dan sikap masing-masing. Laki-laki memiliki kemampuan untuk mengatasi rasa sakit lebih baik daripada perempuan.
Menurut penelitian yang dilansir oleh Your Tango (11 Februari 2013), perempuan membutuhkan morfin dalam tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi rasa sakit daripada yang dibutuhkan oleh laki-laki.
Hal ini menyebabkan mengapa laki-laki lebih kuat dan tahan dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan fisik secara simultan daripada perempuan. Semua telah di ciptakan Allah dalam porsi yang tepat dan terukur. Allah Maha Besar.
Sebagai makhluk ciptaan Allah, dalam beberapa hal pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Misalnya mereka sama-sama wajib memenuhi ibadah kepada Allah, sama-sama wajib untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya serta sama-sama wajib dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Mereka sama-sama berhak mendapatkan surga, sama-sama berhak untuk didengarkan pendapatnya dan yang lainnya.
Selain memberikan hak dan kewajiban yang sama, Allah juga memberikan keistimewaan kepada masing-masing pria dan wanita dalam rangka mengabdi kepada-Nya dalam kehidupan dunia.
Allah menciptakan keistimewaan ini bukanlah untuk menjadi alasan yang satu untuk meremehkan yang lain, tetapi supaya satu sama lain saling melengkapi dan menyadari bahwa mereka tak bisa hidup secara normal tanpa kehadiran yang lainnya.
Kesalahan berfikir utama para feminis adalah mereka menjadikan tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi pria sebagai tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi wanita.
Misalnya, para feminis mengatakan seseorang wanita bisa dikatakan berhasil dan sukses jika mereka bisa menghasilkan uang, mempunyai kedudukan tinggi, mempunyai posisi yang tinggi, kuat secara fisik, dan lain-lain.
Mereka lupa jika memang pria dan wanita berbeda. Dan hal ini lah yang tidak boleh diulangi oleh kaum muslim dan muslimah dalam menyongsong kebangkitan peradaban Islam.
Seperti yang telah kita ketahui, Allah telah melebihkan pria atas wanita dalam hal-hal tertentu, dan melebihkan wanita atas pria dalam hal-hal tertentu pula.* (BERSAMBUNG)
Pengurus Mushida Yogyakarta