Hidayatullah.com–Cobalah me-nonaktifkan Facebook selama 72 jam dan lihat apa yang terjadi. Saya terkadang mencoba memaksakan diri untuk tidak men-tweet selama 24-48 jam (bahkan jika saya sedang mengecek Twitter).
Jika Anda mengikuti saya di Twitter, Anda mungkin tidak percaya, tapi itu benar. Hapus aplikasi-aplikasi tersebut dari smartphone Anda.
Jika Anda tidak bisa berkomitmen untuk detoks secara penuh, cobalah untuk detoksifikasi ponsel Anda. Hapus Facebook, Tumblr, Instagram, Webtoon, atau apa pun yang Anda rasa banyak menghabiskan waktu di aplikasi tersebut. Anda boleh menggunakan semua media tersebut di laptop, cukup hapus yang ada di smartphone Anda.
Ini saja, sudah akan memberikan hasil yang besar. Matikan semua pemberitahuan. Jika Anda merasa pilihan di atas terlalu ekstrim, matikan saja notifikasi Anda. Nonaktifkan semua push notification, peringatan bergetar, -lakukan apapun yang Anda bisa agar tidak membiarkan smartphone mendikte Anda untuk segera mengeceknya.
Kunci dari semua tips di atas adalah untuk fokus memiliki sistem yang diterapkan. Jangan hanya mengandalkan niat dan tekad Anda untuk berjanji tidak mengecek itu semua.
Secara pribadi, saya bahkan hampir tidak punya tekad sama sekali. Jika tidak diatur secara sistematis, hal itu tak akan terjadi. Jika saya mencoba memaksakan diri untuk tidak memeriksa Twitter, setelah beberapa saat, saya akan menyerah, dan kembali ke kebiasaan lama yang sama. Kemalasan yang sama dapat digunakan untuk mendukung Anda juga.
Setelah saya menghapus aplikasi Facebook, ketika saya merasa ingin install ulang lagi, saya akan membayangkan betapa repotnya untuk mengunduhnya lagi, dan mengetikkan email dan password lagi. Ya, mungkin terdengar sepele dan agak bodoh, tapi ini berhasil. Pahami bagaimana pikiran Anda bekerja, dan kemudian buatlah sistem untuk memanfaatkannya agar Anda mendapatkan keuntungan darinya.
Cobalah untuk mengganti waktu luang yang ada dengan memperbanyak do’a atau membaca al-Quran. Memang tidak semua orang butuh detoksifikasi digital. Ada beberapa orang yang menggunakan internet dengan bijak. Tetapi jika Anda merasa bagian ini perlu ada perbaikan, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memberikan diri Anda sedikit motivasi.
Baca juga Panduan untuk Puasa Jejaring Sosial selama Ramadhan
Apa yang Bisa Anda Raih
Ada dua kata (atau frase) saya rasa tepat dalam hal ini (keduanya adalah istilah yang saya dapatkan dari Michael Hyatt);
Menjadi intensional (menyengaja) berarti mengambil kontrol waktu Anda. Masalahnya bukan pada alat itu sendiri (entah itu ponsel atau jaringan sosial) – bukan, masalahnya adalah ketika kita membiarkan alat tersebut tanpa sengaja mengisi waktu kita.
Jika Anda pernah menutup akun Facebook, lalu kemudian segera membukanya lagi karena kebiasaan tanpa menyadari bahwa baru saja Anda menutupnya – maka Anda tahu apa yang saya maksud.
Untuk menghentikan kebiasaan atau siklus ini, pikiran Anda harus kembali fokus dan menyengaja untuk mengatur bagaimana dan kapan media sosial digunakan.
Membuat batas (creating margin) dapat didefinisikan sebagai “ruang antara beban dan batas-batas kita… Margin (batas) adalah jarak antara istirahat dan lelah, ruang antara bebas bernapas dan perasaan menyesakkan.”
Pada tahun 2012, orang Amerika rata-rata mengkonsumsi 13,6 jam media setiap hari. Pada tahun 2015, angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 15,5. Angka-angka ini meliputi media multitasking, misalnya, mendengarkan musik sambil memeriksa email Anda, sehingga memungkinkan untuk mengkonsumsi lebih dari satu jam media dalam waktu 60 menit itu.
Yang mengejutkan, 13,6 jam itu belum termasuk media yang dikonsumsi di tempat kerja. Pada dasarnya, kebanyakan kita setiap harinya mengkonsumsi arus deras media, setara dengan waktu kita selama terjaga. Jika kita sudah bangun, otomatis kita tersambung langsung dengan media.
Kita sudah kehilangan nilai sejati dari nikmatnya keheningan. Kita perlu menemukan kembali kekuataan jiwa untuk merenung. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merenung dan memberikan diri kita batas dalam hidup. Kita semua melalui hari dengan kesibukan, pulang ke rumah kelelahan, dan merebahkan diri di atas kasur sedang jiwa kita juga penat. Namun, jika mau jujur dengan diri sendiri, sebenarnya kita tidak sibuk-sibuk amat seharian itu. Itu hanyalah rasa lelah karena berkutat dengan serbuan email, sms, jejaring sosial yang menumpuk di ponsel kita.
Gunakan langkah-langkah praktis di atas untuk mencari tahu bagaimana cara detoksifikasi diri dari media sosial. Tetapkan tujuan jangka pendek. Mungkin 24 jam, mungkin sepekan, atau jika hal itu mungkin, sampai 30 hari.
Lihat apa saja hal yang Anda lakukan untuk mengisi kekosongan itu. Mungkin dengan berdiam diri. Atau dengan menghabiskan waktu dengan keluarga. Atau dengan membaca Quran, berdzikir, atau berdoa. Apa saja hal positif yang Anda pilih, lihatlah bagaimana hal itu mempengaruhi Anda.
Untuk jangka panjang – cobalah untuk membuat jadwal untuk istirahat dari media sosial dan atur ulang. Ini bukanlah hal yang dilakukan satu waktu, tapi bulan Ramadhan adalah alasan yang baik untuk mencobanya.*/Artikel ditulis Omar Usman di fiqhofsocial.media. Penulis adalah anggota pendiri dari MuslimMatters.org dan konsultan IT. Artikel diterjemahkan Karina Chaffinch