Hidayatullah.com–Turki yang bermaksud meluncurkan produk minuman ringan Cola Turka yang menurut rencana akan dilancarkan pada pertengahan musim panas depan mendapat sambutan hangat dari penduduk setempat.
“Kami mencoba menjual sesuatu yang memenuhi gaya hidup Turki,” katanya seorang pedagang mengomentari Cola Turka di Eda Gokkan.
Menurut banyak kalangan, rencana peluncuran Cola Turka itu secara kebetulan semarak sentimen nasionalis berikut terjadinya penangkapan 11 anggota pasukan Turki oleh pasukan AS di utara Iraq.
“Disebabkan serangan ke atas Iraq, 90 persen penduduk Turki menentang AS dan mayoritas orang memilih untuk membeli produk tempatan dari pada membeli produk AS,” katanya.
koran Milliyet secara rasmi melaporkan, kesuksean peluncuran minuman itu adalah hasil reaksi penangkapan tentera Turki di utara Iraq pada 4 Juli lalu.
Walaupun anggota tentera itu dibebaskan 60 jam selepas itu, namun dampak penangkapan itu telah dianggap sebagai satu penghinaan dan menimbulkan ketegangan diplomatik dengan Washington.
Sejak itu, separoh koran-koran setempat memberi dorongan kepada para penjual di Turki agar tidak menjual barang produk AS termasuk beberapa produk minuman popular AS.
Koran Hurriyet, yang menguti penelitian institut Roper ASW, melaporkan penjualan produk AS di negara itu kini merosot 13 persen sejak beberapa bulan lalu.
Iklan di televisi turut juga membantu penyebaran produk Cola Turka.
Dengan menampilkan pelawak AS, Chevy Chase, iklan televisi menayangkan rakyat AS di negara mereka turut menerima budaya Turki ketika meminum produk baru itu, dengan cara mencurahkan air selepas mobil berjalan guna memastikan kelancaran perjalanan.
“Ini bukan propaganda Turki sebaliknya semangat nasionalisme positif,” kata Serdar Erener, salah seorang yang bertanggungjawab mengiklankan produk baru itu.
Anak lelaki Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan diantara salah satu agen Cola Turka. Sementara anak lelaki bekas Perdana Menteri, Mesut Yilmaz, yang juga pesaing politik Erdogan justru pengedar Coca Cola, kuti koran Vatan. AFP