Hijrah adalah menjadikan agama Islam sebagai tujuan utama perjuangan terbesar umat Islam
Hidayatullah.com | WAKTU terus berjalan. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari.
Hari berganti tahun. Tidak terasa saat ini sudah memasuki tahun baru hijriah 1445. Apakah yang sudah kita perbuat di tahun kemarin?. Muhasabah adalah hal yang pantas kita lakukan saat ini.
Allah telah mengingatkan di dalam Al-Quran bahwa semua nikmat Allah yang diberikan akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat. Sebagaimana firmannya dalam akhir surah at-Takatsur ayat 8:
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ
“Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).”
Allah juga menginformasikan kepada manusia pada surat setelahnya, yakni Surah Al-Ashr :
وَالْعَصْرِۙ
1. Demi masa,
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Ayat ini mengabarkan bahwa orang yang tidak akan merugi (orang yang bisa mempertanggungjawabkan amalnya di akhirat) adalah orang yang amalnya bisa masuk pada empat kategori tersebut. Yakni, iman, amal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Sudahkah masukkah amal kita pada 4 kategori di atas? Kalau belum, maka ini adalah saat yang tempat untuk kita hijrah.
Sebagaimana hadits riwayat bukhari dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Aash radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah ﷺ bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Orang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.
Khatimah
Hijrah adalah berpindah karena agama. Menjadikan agama Islam sebagai tujuan utama perjuangan terbesar umat Islam.
Mereka meninggalkan tanah kelahiran, keluarga, harta dan teman karena di tanah kelahirannya mereka dihina, diganggu dan tidak bebas menyembah Allah.
Dalam konteks saat ini, hijrah umat Islam bagaimana meninggalkan pemikiran pemikiran yang tidak islami seperti sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan), pluralisme (menyamakan semua agama) dan liberalisme (kebebasan saat beragama ‘Islam’) sebagaimana yang difatwakan oleh MUI.
Juga setiap amalan baik hubungannya dengan Allah, manusia dan alam harus ada landasannya dalam Islam. Kalau tidak ada, maka kita harus hijrah supaya tidak menabrak larangan Allah sebagaimana dalam hadits Bukhari di atas.
Di dalam hijrah terdapat niat, perjuangan, perencanaan dan pengorbanan. Pengorbanan sekecil apapun akan dicatat di sisi Allah bahkan dijadikan gelar sebagaimana Asma’ binti Abu Bakar yang mendapat gelar “dzatun nithaqain” pemilik dua ikat pinggang karena ikat pinggangnya dipotong untuk menali makanan saat momen hijrah.*/Herman Anas, khadim Muassasah Shahabatil Quran