Surat ini aku tulis untuk penduduk Gaza, kalian seperti ghulām pada kisah ashāb al-ukhdūd. Kalian masih sanggup tersenyum dan berbagi di tengah-tengah kesukaran yang kalian alami
Oleh: Alwi Alatas
Hidayatullah.com | BEBERAPA minggu lalu, tidak terlalu lama setelah terjadinya Operasi Taufan Al-Aqsha 7 Oktober 2023 dan agresi di Gaza, seorang sahabat dari Gaza bertanya kepada saya, “Apa yang sebaiknya kami lakukan terkait perang di Gaza saat ini?”
Saya tahu ia hanya ingin mendengar pendapat saya saja. Inti jawaban saya ketika itu hanya satu: Hendaknya kalian bersabar dan meneruskan perjuangan.
Di bawah surat cinta yang saya tulis untuk penduduk Gaza;
Wahai penduduk Gaza,
Saya tahu itu sesuatu yang ringan untuk diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilakukan, terutama mengingat betapa keji kehancuran yang terjadi di Gaza saat ini.
Lagipula, saya tidak memiliki sebarang kelayakan untuk memberikan nasihat semacam itu. Apalah kapasitas saya menasihati kalian untuk bersabar, wahai penduduk Gaza, sementara saya hidup dalam keadaan aman, cukup makan dan tidur, tanpa sebarang ancaman verbal ataupun fisik, bebas bergerak ke sana kemari tanpa rasa takut?
Ucapan itu sebenarnya sebuah kelancangan, sesuatu yang kurang pada tempatnya. Kalian adalah veteran dalam hal daya tahan, pada level yang melampaui imajinasi banyak insan.
Siapa yang sanggup memaksakan diri untuk duduk saat dibopong di atas tandu, dalam keadaan berlumur debu, sambil mengayunkan tangannya dari bawah ke atas memberi semangat kepada sekumpulan warga sekitar yang baru saja menolongnya keluar dari puing-puing bangunan?
Siapa yang sanggup berkata-kata, saat baru saja dibom secara brutal dan saat berdiri di depan puing-puing rumah yang hancur, “Ya Rabb, ambil dari darah kami sampai Engkau ridha; Ya Rabb, ambil dari nyawa-nyawa kami sampai Engkau ridha; Ya Rabb, ambil dari anak-anak kami sampai Engkau ridha; Ya Rabb, ambil anak-anakku sampai Engkau ridha?” Ini perbuatan dan kata-kata mereka, dan kamu hendak menyarankan mereka untuk bersabar?
Wahai penduduk Gaza,
Kemudian waktu berjalan, dan kami dibanjiri berita yang menyesakkan dada-dada kami, menyekat suara kami, mengeringkan air mata kami, membuat doa kami terbata-bata.
Kami melihat bangunan-bangunan di Gaza diratakan oleh bom-bom zionis, yang disokong tanpa syarat oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Kami menyaksikan rumah sakit dan sekolah dihancurkan, para jurnalis dihabisi, dan penduduk sipil dibantai.
Ada kepala keluarga yang kehilangan seluruh anaknya yang terkubur di dalam reruntuhan rumahnya. Banyak yang menjadi cacat dan menjalani pengobatan tanpa sebarang anastesi.
Kami terpana mendengar ribuan anak-anak dibunuh, melihat sejumlah bayi prematur wafat terbengkalai karena kehancuran rumah sakit dan hilangnya suplai listrik dan alat-alat kesehatan.
Kami melihat sebagian anak ditarik keluar dari puing-puing bangunan, atau terduduk gemetar karena trauma, atau berjalan mengungsi sendirian tanpa keluarga. Anak-anak mana di dunia yang pernah mengalami hal seperti itu? Anak-anak mana di dunia yang layak mengalami kekejaman semacam ini?
Berapa banyak lagi bom-bom akan dijatuhkan dan peluru-peluru akan ditembakkan sebelum perang biadab ini dihentikan? Kalian (zionis) yang melemparkan bom-bom itu menuding mereka, penduduk Gaza, sebagai manusia hewan (human animal).
Sebenarnya kalianlah, dan pihak-pihak yang mendukung kalian, yang tidak lagi memiliki hati selayaknya manusia normal. Karenanya, masih pantaskah kalian disebut sebagai manusia?
Secara terang-terangan, kalian melakukan dan mendukung kebiadaban yang melampaui segala ungkapan yang dapat diterima di dalam kamus kemanusiaan. Bahkan hewan sekalipun masih memiliki rasa kasih sayang. Kalian lebih buruk daripada hewan.
Masih saja berita-berita menyedihkan itu sampai kepada kami, setiap hari, setiap jam, setiap menit. Perang masih belum berhenti setelah berlangsung lebih dari 70 hari. Ini sudah akhir tahun, suhu menurun tajam, dan sebagian besar penduduk Gaza hidup dalam keadaan terlantar tanpa tempat tinggal.
Nyawa masih terus berjatuhan dan korban luka terus bertambah. Kehilangan anggota keluarga besar yang bagi kami mungkin hanya terjadi dalam hitungan jari tangan pada setiap tahunnya (dan kadang tidak ada sama sekali), bagi kalian, wahai penduduk Gaza, menjadi kabar mingguan, bahkan harian.
Siapa yang sanggup menjalani kehidupan seperti ini? Siapa yang sanggup bersabar menghadapi semua itu? Hati kami menjerit, cukup sudah!
Kelihatannya tak mengapa jika sekarang kalian hendak menyerah. Asalkan semua ini dapat berhenti, dan kalian dapat bernafas lega dan beristirahat dari para pembunuh itu. Ini sudah terlalu menyesakkan. Ini sudah diluar batas kesabaran. Tapi …
Wahai penduduk Gaza,
Jangan! Jangan pernah berhenti untuk bersabar. Izinkan lisan kami yang lancang dan kurang tahu adab ini untuk tetap mengucapkannya: bersabarlah.
Bahkan tetaplah bersabar dan tambahkanlah kesabaran itu. Memang betul kami hanya pandai mengucapkannya dan tidak pandai menjalankannya.
Dan jika kami mengalami sedikit dari kekejaman yang kalian alami, jiwa-jiwa kami mungkin sudah lumpuh dan berputus asa. Namun, tampaknya kalian memang berbeda dengan kami.
Al-Qur’an menyatakan yang artinya; “… Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …” (QS 2: 286), dan dari situ kami mengakui bahwa kesanggupan kalian adalah di atas kesanggupan kami.
Kalian masih sanggup tersenyum dan berbagi di tengah-tengah kesukaran yang kalian alami, sementara kami sering mengeluh tentang makanan kami yang kurang sedap dan tidur kami yang kurang lelap. Tuhan mungkin menciptakan kalian dari tanah yang mengandung baja, sementara kami dari tanah becek yang kurang berguna.
Jangan menyerah, wahai penduduk Gaza, karena tidaklah kalian menyerah melainkan kepada manusia-manusia yang sama sekali tidak memiliki kasih sayang kepada kalian dan tidak mau menepati janjinya bagi kalian.
Ini bukan ungkapan kebencian terhadap lawan-lawan kalian, tetapi fakta yang sudah berjalan puluhan tahun di negeri kalian, dan masih tetap berjalan hingga hari ini. Perampasan tanah dan properti adalah kegembiraan mereka (zionis); pembunuhan orang-orang yang tak bersalah adalah sesuatu yang ringan bagi mereka; pemenjaraan tanpa proses pengadilan yang layak, bahkan bagi anak-anak, adalah hiburan bagi mereka. Mereka hanya akan menambahkan kehinaan dan siksaan bagi kalian.
Jangan menyerah, wahai penduduk Gaza, karena kalian sebenarnya sudah menang, dan bertahannya kalian akan menyempurnakan kemenangan itu.
Memang betul para pemimpin negara-negara di dunia banyak yang tetap mencium tangan para pemimpin zionis, atau terlalu lemah untuk melakukan tindakkan nyata bagi menghentikan perang.
Namun, sebagian besar penduduk dunia turun ke jalan membela kalian dan meminjamkan suara-suara mereka bagi perlawanan. Memang betul media-media internasional masih memulas bom-bom dan peluru-peluru zionis dengan gula-gula, serta memburuk-burukkan gambaran tentang kalian, wahai penduduk Gaza.
Namun, media-media sosial pada hari ini menyebarluaskan berita yang telanjang tentang kalian, dan mereka tanpa ragu mengungkap dan mengkritik kekejaman zionis.
Memang benar zionis masih menerima sokongan senjata dan ekonomi dari budak-budak baratnya. Namun, mereka terlalu bodoh dalam menggunakan senjata-senjata itu dan terlalu gopoh dalam serangannya yang membabi buta itu.
Selain itu, ekonomi mereka semakin mendekati kebangkrutan, boikot di seluruh dunia juga telah memiskinkan sebagian perusahaan-perusahaan pendukung mereka.
Wahai penduduk Gaza,
Mereka (zionis) selama ini berdiri congkak, mencitrakan diri sebagai bangsa yang berkuasa di dunia. Namun, pada hari ini kalian menunjukkan bahwa jejaring kekuasaan mereka tak lebih dari sarang laba-laba. “… Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui” (QS 29: 41).
Tidaklah sekarang ini mereka membombardir negeri kalian habis-habisan, melainkan untuk menutupi realitas diri mereka yang mulai terkoyak.
Wahai penduduk Gaza,
Kalian tidak membiarkan dunia untuk percaya bahwa hanya zionis yang memiliki hak untuk membela diri. Kalian tidak membiarkan suara-suara perlawanan dibungkam, dan tidak membiarkan tangan dan leher manusia dipaksa tunduk oleh rantai-rantai perbudakan modern, tanpa berusaha memutus rantai-rantai durjana itu dari tangan dan leher manusia.
Kalian tidak membiarkan pemimpin zionis terus menampakkan janji semu akan “potongan pizza” bagi semua pihak sambil terus memakan pizza itu untuk menghabiskannya sendirian, melainkan kalian tampar dengan keras pipi si zalim itu hingga ia tersedak gelagapan.
Wahai penduduk Gaza,
Pengorbanan kalian telah menaikkan iman dan menguatkan jiwa-jiwa yang lemah. Bahkan tidak sedikit masyarakat di Barat pada hari ini yang masuk Islam disebabkan kalian.
Kalian seperti ghulām pada kisah ashāb al-ukhdūd (QS 85: 4-10), yang merelakan dirinya dibunuh, tetapi sebagai gantinya sejumlah besar rakyat yang menyaksikannya serta merta menyatakan keimanan mereka, dan mereka tetap teguh dengan keimanan itu walaupun harus dilemparkan ke dalam parit api.
Sekiranya ada rasa ragu yang terlintas di hati saat berada di tengah ujian, semoga senantiasa ada anak-anak yang tatapannya meneguhkan kembali jiwa kalian: “Yā ummah, iṣbirī, fa innaki ‘alā al-ḥaqq (Wahai ibu, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di jalan kebenaran).”
Wahai penduduk Gaza,
Darah dan tangisan kalian telah membuka mata banyak orang yang selama ini buta. Sebelum ini mereka melihat air sebagai api dan menolaknya, melihat api sebagai air dan merengkuhnya.
Sekarang banyak dari mereka melihat air sebagai air dan mereguknya, serta melihat api sebagai api dan menjauhinya. Spirit kalian telah menghalau kabut kebutaan dari banyak orang.
Api perlawanan kalian telah menjadi suluh yang menerangi jalan. Kini jalan menjadi jelas dan semakin banyak orang yang kembali ke jalan itu.
Wahai penduduk Gaza,
Kalian menjual diri kalian kepada Tuhan dengan harga yang sangat tinggi, dan transaksi mulia itu telah mengangkat harga diri kami setelah sebelumnya tergadai dengan harga yang murah.
Reruntuhan rumah-rumah kalian telah menarik kami keluar dari kuburan hasrat-hasrat dunia yang telah membusukkan ruhani kami. Kami hidup bertahun-tahun dalam kehinaan dan kepala yang tertunduk, tetapi keberanian kalian telah mengangkat kepala kami dan membuat kami merasakan seteguk kemuliaan.
Disebabkan hal itu, sandal-sandal kalian lebih mulia dari peci-peci dan sorban-sorban kami.
Wahai penduduk Gaza,
Tidak ada sedikit pun alasan setelah hari ini untuk mencela ataupun memandang rendah ke atas kalian. Sementara tidak ada alasan sedikit pun atas kami untuk tidak memberikan pembelaan bagi kalian, dengan doa-doa, dengan harta benda, dengan pembelaan di dunia maya dan di dunia nyata bagi setiap tetes air mata dan darah kalian.
Wahai penduduk Gaza,
Bahkan jika akhirnya negeri kalian ditaklukkan oleh musuh – semoga kalian diajuhkan dari hal ini – keadaan tidak akan pernah sama lagi dengan sebelumnya.
Kalian telah memperlihatkan kepada dunia bahwa di balik wajah-wajah zionisme dan kekuasaan kolonial yang selama ini terlihat menawan dan berbudaya terdapat makhluk-makhluk buas yang mencabik-cabik kemanusiaan dari waktu ke waktu.
Makhluk-makhluk buas itu telah melakukan kejahatan yang tak terperikan, berulang kali dan untuk waktu yang lama. Banyak manusia tidak akan pernah lupa dengan apa yang berlaku pada hari ini. Kami tidak akan pernah lupa.
Ya Allah,
Ampunilah kekurangan kami dan berilah kemenangan yang dekat bagi para pejuang Gaza dan al-Aqsa.*/Kuala Lumpur, 5 Jumadil Awwal 1445/ 18 Desember 2023
Penulis adalah staf pengajar di International Islamic University Malaysia (IIUM)